2.5 Turok: son of Naru
BULAN purnama menyinari pundak sang pria terbang. Bersama malam yang dingin, tubuhnya masih melayang tanpa gemetar. Di bawahnya, dataran yang tadinya berwarna hijau sudah menghilang ditelan samudra. Benua itu hanya meninggalkan kabut yang membumbung tinggi tanpa henti.
Di langit yang sama, Torue masih menelusuri keberadaan Makka. Pria berambut kaku itu tidak percaya lawannya akan mati begitu cepat. Dia yakin, Makka masih bernyawa karena pemuda yang dilawannya adalah putra Naru, anak terkuat Jibril.
"Putra Naru, keluarlah!"
Suara pria berambut mohawk itu menggema kencang. Dirinya sama sekali tidak berteriak. Ajaibnya, suaranya terdengar jelas di mana-mana. Pasti, Torue tahu cara kerja gelombang longitudinal.
Masih tak ada jawaban, pria terbang itu mencoba cara lain. Torue berkeliling meluncur di langit luas. Mencoba tetap memberikan jarak, dirinya tahu bahwa putra Naru masih belum diketahui kekuatannya. Jika benar Makka adalah MESS api seperti sang bapak, berakhir sudah hidup pria pengendali udara ini.
"Pengecut, keluarlah!" teriak Torue yang semakin bertambah keras. "Kau ternyata tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bapakmu! Menyedihkan!"
MESS udara itu berkeliling sembari berteriak ke segala penjuru. Dengan mata coklatnya, dia menelisik setiap sisi lautan yang tidak menyisakan daratan. Merasa terheran, Torue hampir percaya bahwa putra Naru sudah tewas. Namun, dirinya tak mau beranjak.
Berkeliling di angkasa tidak membuahkan hasil. Berteriak dan menghardiknya juga sama saja. Torue semakin kehabisan kesabaran. Akhirnya, pria berambut emas itu memilih menjadi agresif.
Torue menjentikkan jari. Dengan sekejap, udara bergolak hebat dalam pusaran. Awan-awan berubah menjadi hitam. Semua yang ada di langit menjadi berpusar, berkumpul hingga menutupi sinar rembulan.
Hebat! Berbeda dari MESS lainnya, penguasa angkasa itu tidak perlu berbicara dengan semesta. Hanya satu jentikan jari, membuat alam menurut padanya.
Raja Ming itu masih terbang di tempat. Sementara di belakangnya, sebuah pusaran angin berwarna hitam terbentuk lebar. Besarnya mencapai separuh Turok. Torue benar-benar akan menghabisi Makka. Dengan angkuh, dia berucap sekali lagi,
"Putra Naru, mati saja kau seperti bapakmu!"
Mendengar ejekan yang semakin gila, pemuda yang saat ini bertahan di dalam laut itu menjadi muak. Walau dirinya tidak bisa bernapas di dalam air, Makka masih sanggup bertahan seharian di dalam air dengan teknik MESS-nya. Namun, seruan dari mulut kotor Torue tidak bisa membiarkannya sembunyi terlalu lama.
Persetan Torue memiliki kepala bernilai 105 juta dolar [~1,5 miliar rupiah]! Pria cerewet itu sebenarnya Kaisar yang lemah. Dari tadi hanya bisa berteriak seperti gadis cengeng!
Makka sudah menetapkan niat. Dengan hati yang kesal pada kebodohan sang MESS udara, dia akan melawan Torue. Tak peduli dia adalah Kaisar, dirinya akan bertaruh pada pertarungan ini.
Makka mengumpulkan konsentrasi sekuat tenaga. Tanpa bisa berbicara dengan air, Makka menguatkan hati. Berusaha memperhitungkan segala kemungkinan, dirinya masih berpikir, Tidak boleh muncul ke permukaan! Segala suara akan menggema karena kekuatan Torue—
"Woi, Putra Naru! Kau dan bapakmu tidak ada bedanya, sama-sama pengecut!" seru Torue yang sekali lagi membuat Makka sesak. "Kalian berdua hanya bisa menghilang sejak dulu!"
Pemuda yang sudah tak tahan bersembunyi di dalam laut ini, menjadi naik pitam. Di tengah guyuran tornado kencang, amarah Makka mendidih. Dinginnya air laut masih tidak mampu memadamkan murka. Makka yakin, pria bermulut besar itu pasti tidak pernah menggunakan otak.
Dengan rencana yang sudah tersusun rapi, Makka mulai melakukan serangan.
Kabut di permukaan Turok, bergeserlah ke atasku!
Kepulan kabut yang semula dibuat Baek, bergerak penuh gemuruh menutupi semua permukaan laut. Melawan pusaran angin hitam, kabut-kabut itu menambah kengerian langit malam.
Awan-awan hitam di langit, turunkan hujanmu!
Gumpalan awan hitam tadi langsung menurunkan air yang dikandung. Tanpa berbasa-basi, hujan turun deras menutupi segala pandangan.
Melihat langit yang seakan mengkhianatinya, Torue kesal. Angkasa mempersulit dirinya untuk menemukan putra Naru. Namun, angkasa hanya berbisik seakan putra Naru adalah satu-satunya makhluk yang boleh memerintahnya.
Masa bodoh dengan segala kabut dan hujan, pria berambut kaku itu mulai berteriak liar. Amarahnya menjadi-jadi. Amukannya makin tak terkendali. Dengan semua kekuatan udara, Torue menggemakan semua teriakan.
"Putra Naru, sampai kapan kau akan bersembunyi, huh!?" teriak Torue menggema sangat keras. "Tampakkanlah mukamu dan lawan aku—!"
Sebuah tembakan meluncur tepat ke mulut Torue.
Tembakan Makka meluncur menembus angin-angin yang bergemuruh. Sebuah sinar elektromagnet dengan eksitasi tinggi menembus pusaran hingga tepat memukul mulut pria kurang ajar yang tergantung di langit.
"Hei, Banci! Turun! Aku sangat ingin menyobek mulut cerewetmu!" teriak Makka mengiringi tembakan pamungkas.
***
SEBELUM melakukan serangan, Makka berusaha mengingat cerita ini.
Sejak cucu-cucu Jibril dilahirkan, bumi selalu merasa ketakutan. Jibril mendapatkan dua cucu secara bersamaan. Cucu-cucunya didapat dari anak kedua dan anak ketiganya, MESS bumi dan MESS udara. Arda dan Rin. Aneh, bapak Makka malah baru memberikan cucu ketika empat tahun berikutnya.
Sebagai anak pertama, keterlambatan bapak Makka menjadi tanda tanya besar bagi para saudara. Mengapa harus selama ini? Malah, setelah Makka lahir, bapak Makka menghilang dari keluarga Jibril.
Masih belum genap setahun kepergian bapak Makka, anak bungsu Jibril juga menghilang, Asar sang MESS waktu. Ada yang berkata, bapak Makka dan Asar bersekongkol untuk suatu tujuan besar. Namun, bapak Makka menepisnya. Bapak selalu bercerita kepada Makka, Asar melihat masa depan yang buruk dari kelahiran anak Arda dan Rin, sebuah kiamat yang akan terjadi lagi.
Torue adalah anak Rin. Sama seperti sang ibu, dirinya adalah MESS udara. Terbang bebas di angkasa adalah hal yang mudah untuk ia lakukan. Karena itu, dia selalu berkeliling dunia.
Selalu terkesan atas keindahan dunia, pribadinya mulai menjadi tidak waras. Pria berambut emas itu ingin memiliki dunia. Torue selalu melihat dunia dengan ukuran kecil. Secara harfiah. Terbang di angkasa membuat semuanya tampak menciut.
Benar saja, ketika usianya menginjak 23 tahun, tepat saat pembantaian MESS dimulai, Torue mengalahkan pemimpin persekutuan China dan Rusia. Hasilnya, pria berdarah Siberia-Mongol itu menguasai Ming, benua terbesar di muka bumi yang baru. Setelahnya, MESS udara ini tak henti-hentinya melakukan kegilaan hingga sekarang.
Pria itu hendak menyerang Turok tahun ini. Namun, Baek mengacaukannya.
Tak gentar dengan ambisi menguasai dunia, Torue menantang Turok Selatan. Pria berambut kaku itu nekat menyerangnya. Sadar dengan senjata radioaktif yang dimiliki negeri itu, Torue sudah siap meladeninya. Sayang, apa yang dilihat Torue berbeda dengan harapan.
Negeri itu sudah tenggelam bersama hujan deras. Gelapnya mendung membuat Torue tidak bisa menyaksikan kehancuran Turok. Sebuah keberuntungan bagi Makka, dia tidak perlu meladeni amarah Torue. MESS udara itu sangat tidak suka ketika melihat tanah yang akan menjadi miliknya malah hancur.
Semua belahan dunia harus menjadi milik MESS udara ini.
Nahas, mendung yang menipis, menjadi kesialan bagi Makka. Murka dari seorang penguasa angkasa sudah tak terbendung. Melihat sekumpulan makhluk rendahan pergi meninggalkan Turok, Torue menghabisi semuanya, tak terkecuali Makka.
Takdir mempertemukan mereka berdua. Tatapan murka Torue langsung tertuju pada sepasang mata biru, netra dari pemilik yang sudah dicari-cari. Putra Naru, Makka. Mengantarkan ke sebuah pertarungan, malam ini benar-benar terjadi.
Torue melawan Makka.
***
MAKKA berdiri tegar di atas lapisan es. Kakinya membuat air membeku untuk tempatnya berpijak. Di tengah ombak yang terus berkecamuk, Makka masih tak beranjak menunggu Torue.
Kabut yang menghadang pria terbang itu masih membumbung tinggi meliputi angkasa. Mata biru Makka masih menatap langit begitu tajam. Tangan putihnya tetap bersiap untuk menarik pelatuk aluminium shotgun. Makka yakin Torue tidak akan mati hanya dengan sekali tembak.
Suara petir mulai bergemuruh kencang di antara langit mendung. Hujan yang mengguyur turun semakin tajam menghantam kulit. Pusaran hitam yang dibuat Torue masih meraung jelas, menelan perlahan awan-awan mendung. Bergerak tak tentu arah, menarik segalanya.
Walau badai semakin mengamuk keras, keheningan masih meliputi diri Makka. Pemuda Arab itu memfokuskan seluruh perhatian pada segala kemungkinan. Torue bisa selamat. Namun, fokusnya tiba-tiba pecah saat melihat ada benda jatuh dari langit.
Sebuah kepala.
Mata biru Makka terbelalak lebar ketika melihat kepala itu. Bukan terkejut karena ngeri, melainkan ia sadar siapa pemilik kepala di depannya. Berharap kepala yang jatuh tadi adalah milik pria cerewet, Makka dibuat kacau karenanya.
Kepala itu milik Raja Turok. Pria pemilik Ming itu sudah memenggalnya terlebih dulu. Melihatnya, perasaan Makka menjadi getir. Keringat mulai bercucuran dari kulit putihnya. Dia sadar, ada hal buruk yang akan terjadi. Seketika—!
Torue menukik kencang dengan wajah gila.
"Putra Naru kurang ajar!" Torue menyorotkan mata melotot. "Kepalamu akan menyusul Raja Turok itu!"
Melihat Torue melesat sangat kencang, Makka langsung bergegas menjauh. Makka mengeset sepatunya ke mode ice skating. Dengan sama kencang, keduanya saling berkejaran di atas lautan yang membeku, bergantian mengeras mengikuti pijakan sang MESS air.
Dengan mulut sobek berdarah-darah, Torue melesat kencang. Saking cepatnya, shockwave terbentuk menembus semua kabut dan hujan. Pemuda yang dikejar Torue itu sampai tak segan untuk mengeluarkan kecepatan maksimal.
"Mengapa sekarang kabur, huh!?"
Torue masih berteriak dengan ekspresi gila. Bagai sudah dendam kesumat, pria berambut kaku itu tidak mempedulikan mulut sobeknya. Dia rela mulutnya terbelah dua, asalkan putra Naru bisa tewas di tangannya.
Makka yang saat ini berada dalam kejar-kejaran bak balapan Nascar, memfokuskan tujuannya untuk menemukan ombak terdekat, suatu penghalang yang akan menewaskan pria gila yang mengejarnya itu.
Namun, bukannya ombak yang ditemui oleh MESS air itu, dirinya ditampakkan dengan kapal tua yang tertarik ke arah pusaran hitam. Sadar itu adalah milik temannya, Makka langsung berniat membelok ke arah kapal tua.
Sebuah angin kencang membuat Makka terlontar jauh.
Bukannya mengincar putra Naru, Torue malah beralih ke kapal tua yang tertarik tornado. Makka yang sudah khawatir, dibuat panik dengan pikiran bodoh sang MESS udara.
"Brengsek, lawanmu adalah aku!"
Makka berteriak hebat. Hujan masih membasahi seluruh tubuh. Namun, panasnya amarah Makka bisa dirasakan oleh Torue. Sayang, pria gila itu enggan menghiraukan Makka. Malah, Torue tertawa gila diliputi rasa penuh haus darah.
Melihat teman-temannya panik di atas kapal tua, darah menjadi mendidih di dalam tubuh Makka. Urat-urat amarah tergurat kencang satu per satu. Basahnya keringat sudah menjadi satu dengan air hujan. Pemuda itu sudah berada di puncak kesabaran.
Dengan mengerahkan mulut shotgun ke arah pria gila yang mengincar teman-temannya, Makka sudah bersiap melakukan tembakan terkuat.
"TORUE!" Makka melontarkan suara terkencang. "JAUHI MEREKA!"
Tembakan berenergi tinggi keluar dari mulut shotgun. Bagai cahaya yang tak terputus, tembakan itu menyinari gelapnya badai. Tenaga dahsyatnya menyingkirkan segala kabut dan memecah pusaran hitam. Saking kuatnya, mendung terpecah hingga menyinari langit malam.
Torue mengarah ke langit untuk menghindari tembakan dahsyat Makka. Wajah gila mulai berganti panik. Namun, Makka masih belum puas sampai pria gila itu tewas. Dengan amarah dan tembakan dahsyat yang masih terpancar, Makka mengerahkan seluruh tenaga untuk mengejar Torue. Bersama dengan kekuatan yang tersisa, Makka berteriak,
"MATILAH KAU, BRENGSEK!"
Tembakan dahsyat Makka bergerak membelah angkasa. Langit yang semula mendung, terbelah dua sebab tembakan Makka. Gelapnya malam seketika berganti dengan siang bersama amarah Makka. Membuat angkasa ketakutan, badai itu seketika berhenti, tunduk kepada Makka.
Dampak dari amarah seorang MESS air, sebuah tubuh gosong terjatuh dari langit. Mengapung di laut, pria gila itu sudah tidak bernilai lagi. Sang penguasa angkasa sudah tak menjadi penguasa lagi. Keangkuhannya hanya menjadi bualan kosong.
Makka tak ingin membuang waktu untuk memandang jasad Torue. Dia meninggalkannya menghilang terseret lautan. Hal terpenting yang ada di benaknya saat ini adalah teman-temannya. Tanpa pikir panjang, Makka langsung bertolak ke kapal tua yang ia selamatkan.
Langsung disambut dengan pelukan hangat dari Baek, remaja itu menangis kencang. Pemilik mata hitam ini sangat senang karena masih bisa berterima kasih kepada sang penyelamat.
Sementara itu, Taiga tersenyum lega melihat sahabatnya bisa kembali selamat. Dirinya tidak bisa menutupi kekhawatiran di depan sahabatnya ini. Melihat Taiga tersenyum lega, Makka juga turut menyeringai berseri-seri.
Senyuman lebar itu disambut dengan takdir yang tiba-tiba memperlihatkan sebuah kapal di cakrawala. Kapal yang membuat Baek dan para pencari harapan tersenyum lebar, kapal Turok Selatan yang berisi orang-orang selamat.
Tanpa menunggu lebih lama, Makka mengarahkan kapal tua Taiga ke arah tempat harapan baru itu.
"Baek, setelah ini, apa yang akan kau lakukan?" Makka menatap kapal Turok Selatan.
"Aku akan terus menjadi orang baik!" jawab Baek yakin. "Aku masih punya utang kepada bapak tentara Ming yang melindungiku."
"Jadi, kau akan pergi ke Ming?" Makka memastikan.
Baek mengangguk dengan senyum lebar. Seringai yang kuat dari seorang lelaki, bukan dari seorang bocah pengecut yang Taiga kenal.
Melihat pribadi Baek yang sudah semakin kuat, Taiga tidak bisa menyembunyikan rasa senang. Dia ikut tersenyum lebar seperti Makka. Dirinya pun berjalan ke sisi Makka untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Baek. Mereka semua tersenyum, bersyukur untuk kemenangan yang mereka dapat.
"Baek, jangan mati!" ucap Taiga sebagai perpisahan. "Kita akan bertemu lagi! Pasti!"
Baek yang sudah berada di kapal Turok Selatan itu, mengacungkan jempol. Tersenyum lebar. Remaja itu menganggukkan kepala menandakan setuju dengan janji Taiga. Baek akan terus hidup dan selalu berjuang hingga pertemuan berikutnya.
Hari saat MESS dan manusia bisa tersenyum bersama.
Aku janji.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top