1.4 Makka: the iron-skinned guy
SEORANG PRIA bersungut-sungut ditenggelam kemarahan di sebuah ruangan kosong. Gelap. Ia mengerahkan sit-up dengan menggelantung di atas perpipaan berkarat yang ada di langit-langit.
"Brengsek! Aku harus mempersiapkan ini semua untuk kau," ucap sang pria yang sedang meneruskan sit-up.
Dia punya wajah yang tak asing. Pria itu tidak menggunakan kaus hitam yang sebelumnya ia kenakan. Ia murka disebabkan suatu hal. Sesekali, pria yang tenggelam dalam amarah ini berteriak kencang hingga membuat suaranya bergaung di gudang yang ia tempati.
"Seratus satu, seratus dua, seratus tiga," lanjut sang pria menghitung sit-up.
Pria itu semakin berapi seiring gelapnya langit malam. Ketika sinar rembulan mulai menembus jendela kaca yang ada di samping, wujud pria yang berkeringat deras ini menjadi terlihat.
Dia adalah orang bayaran bos Makka, pria yang memiting sang pemuda bermata biru untuk malam penjualan.
Pria bayaran bos Makka ini berbadan tinggi-besar. Usianya kepala tiga. Tubuh berotot terukir jelas dimiliki olehnya. Akan tetapi, otot-otot pada tubuhnya masih dilekati oleh timbunan lemak di beberapa bagian. Pria itu memiliki rambut cepak yang berwarna putih. Beberapa rambut wajah seperti kumis dan janggut pendek bak jarum tipis, rajin ia cukur.
"Taiga, laki-laki bermata hijau itu adalah seorang MESS! Kepalanya seharga 700 ribu dolar [~100 miliar rupiah]! Sementara laki-laki yang bermata biru, Makka, kepalanya adalah ... 70 juta dolar [~1 triliun rupiah]? Gila!
"Dasar bos bodoh! Pantas pemuda brengsek itu rela memberikan 105 ribu dolar untuk Makka. Ternyata, nilai laki-laki itu jauh lebih tinggi!
"Sial! Aku akan mengambil uang itu dari kalian! Aku akan mengikuti kalian walau harus ke ujung dunia! Aku tak akan membiarkan hidup kalian tenang, Bocah!"
Menggerutu. Pria berambut putih itu murka sembari meremas bagian surat kabar yang ia genggam.
Sebuah halaman menampilkan banyak muka yang diberi warna hitam-putih. Di sana, terpampang foto Makka yang berupa sketsa. Sementara beberapa foto asli dengan muka Taiga, tergambar jelas tak jauh dari muka Makka.
Bagian koran itu menunjukkan wajah buronan bagi para MESS. Semua muka MESS terpampang di bagian ini. Mereka adalah para orang pilihan yang lolos dari pembantaian satu tahun lalu.
Sementara itu, di ujung lain bagian buronan, terdapat wajah sesosok lelaki yang sama dengan sang pria yang berlatih di gudang kosong. Di surat kabar tersebut, dikabarkan bahwa pria yang memiliki rambut putih ini adalah seorang MESS. MESS dengan harga 150 ribu dolar—berkisar 2 miliar rupiah.
Seorang MESS bernama Dante. Sang kulit besi.
***
LANGIT BIRU terlukis jelas di angkasa. Di bawahnya, samudra terbangun tenang dengan ombak gelap. Di antara keduanya, terapung sebuah kapal tua yang sekarang terdiam naik-turun mengikuti ombak.
"Midas, Turok, Efrat, SEA, dan A-Capital," ucap Taiga secara berulang-ulang kepada pemuda yang sedang murung di hadapannya.
Tanpa mempedulikan ucapan laki-laki yang telah menjaganya itu, Makka membuang muka menghadap tembok. Seakan tidak mendengar perkataan yang berulang dari Taiga di sampingnya, Makka menutup mata biru agar kesedihan ikut tersembunyi dari raga.
Pagi itu, Makka terduduk lemas di sudut geladak. Mata birunya kali ini tidak sebiru langit pagi yang menggantung di atas. Mulutnya murung bagai mawar merah yang layu. Merah bibirnya seakan mati setelah kehilangan sumber kehidupan.
"Mengapa kau mengulangi kata-kata itu terus?" tanya Makka kepada Taiga bernada lemas. "Untuk ke Cycle Stream? Cih! Bukannya kita sudah sampai ke sana kemarin malam?"
Taiga kembali menunduk malu untuk meminta ampunan dari Makka. Ia berusaha menyusun kembali hati seorang pemuda yang remuk sebab gagal untuk melihat wanita yang paling ia cintai: ibunya sendiri.
"Maafkan aku, Makka," pinta Taiga puluhan kali kepada Makka. "Demi Tuhan! Ibumu sendiri yang melarang kita untuk memasuki Cycle Stream!"
Mata biru Makka malah semakin sendu ketika mendengar perkataan Taiga. Makka tak kuasa menahan kesedihan atas kegagalannya dalam memenuhi janji yang telah ia buat kepada sang bapak.
Meskipun sang ibu yang menyuruhnya untuk kembali, Makka menjadi sedih karena mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ia masih lemah. Sang ibu sendiri bahkan tidak mempercayainya.
"Aku tidak sedih karena tidak bisa bertemu ibuku, Taiga," ucap Makka kepada Taiga dengan nada sangat lemas. "Aku sedih karena ibuku sendiri tidak percaya kepadaku. Bahkan kau! Bahkan bapakku juga!"
Mendengar perkataan dari laki-laki yang seharian ini murung, Taiga menjadi terdiam tak mampu berkata-kata. Dia teringat pada nasibnya yang hampir sama dengan pemuda Arab yang ada di hadapannya. Dengan lembut, Taiga mulai berkata,
"Maafkan aku karena tidak bisa menepati janji."
"Tidak, ini bukan salahmu," balas Makka kepada laki-laki yang sudah meminta maaf kepadanya puluhan kali. "Ini salahku yang terlalu lemah."
Sontak Taiga malah mengiba kepada sang pemuda yang sudah menjadi anjingnya. Makka terus menyalahkan diri. Meskipun ia berperangai menyeramkan dan berdarah dingin, Makka memiliki simpanan rasa sedih yang teramat besar dalam hatinya.
"Makka, kau itu kuat. Siapa yang mengatakan kalau kau itu lemah?" tanya Taiga kepada pemuda yang sedang menyalahkan dirinya sendiri. "Kita hanya menghindari kemungkinan terburuk!"
Terburuk? Makka pun tersentak setelah mendengar perkataan Taiga. Jawaban tadi telah memantik sesuatu yang ada di benak Makka, sampai-sampai mampu mengubah cara pandang pemuda Arab itu.
Tidak ada seorang pun yang mengatakan Makka lemah. Sang bapak berkata untuk menjadi lebih kuat, sedangkan sang ibu meminta dirinya untuk melewati jalur yang lebih aman. Tak ada yang salah. Bahkan penolongnya—Taiga—memohon agar tidak menghadapi seorang Kaisar.
Bukan karena MESS air itu yang lemah, melainkan sebuah persiapan. Bekal harus ditata rapi agar bisa meraih kemenangan.
Seketika saja, Makka yang sedari tadi menghadap dinding kapal tua, mulai membalikkan badan. Dia mengarahkan mata birunya pada sepasang iris hijau yang sedari tadi menemaninya.
"Midas, Turok, Efrat, SEA, dan A-Capital," ucap Makka mengikuti perkataan yang sudah diulangi Taiga sebanyak puluhan kali.
Mendengar perkataan Makka barusan, Taiga sontak memekarkan senyum selebar rahang. Matanya berbinar sehijau zamrud disebabkan rasa senang yang merasuk dalam sukma. Taiga akhirnya melihat apa yang sudah ia sangat lama nantikan: sepasang netra biru yang birunya seperti samudra dan angkasa.
Tangan berotot Taiga langsung ia pukulkan ke pundak pemuda yang sudah mengembalikan warna biru matanya. Beberapa kali, laki-laki A-Capital itu mengacak-acak rambut hitam Makka, saking senangnya.
Kedua MESS yang akan menaklukkan dunia ini pun beranjak dari dudukan. Sang MESS otot langsung mengajak Makka untuk pergi ke belakang geladak. Menyaring air bersih, menangkap ikan, dan mengarungi laut, akan semakin mudah dengan kehadiran MESS yang bisa mengendalikan air ini.
Namun, rencana yang akan Makka dan Taiga lakukan harus urung karena sebuah kejutan yang tidak pernah mereka pinta—!
Suara bola meriam menggaung di bagian ruang kendali.
Celaka! Apa itu? tanya Taiga dalam hati seraya refleks berlari menuju tempat hantaman. "Makka, bantu aku!"
MESS air itu juga langsung berlari. Namun, tidak ke arah Taiga. Makka bergegas ke sudut tempat ia menyimpan senjata rahasia: tas biola. Benda itu adalah harta karun yang dicari olehnya ketika berada di tengah suasana semencekam ini.
Sementara Makka mencari tas yang menyimpan shotgun, Taiga masih berlomba dengan hantaman bola meriam yang ia dengar. Dia terus bergegas walaupun kepulan asap masih membumbung tinggi.
Pemilik kapal tua yang dibom itu sangat terkejut ketika mencapai tempat bola meriam yang menembus kapal tuanya. Sampai, sesosok pria bertubuh tinggi-besar melangkah gontai dari balik asap. Aneh. Badan pria itu mengilap seakan ... tertutup logam.
"Halo, Taiga. Salam kenal ... Dante."
Sosok yang melancarkan serangan adalah Dante, dan dia sudah menampakkan diri. Pria berambut putih itu berkata dengan mengeluarkan suara beratnya yang serak.
"Aku akan mengambil kepala kalian berdua!" Dante meloncat ke arah Taiga.
Kedua laki-laki itu menjadi tercebur dalam kubangan pertarungan. Taiga menahan pukulan dari pria berbadan logam yang ada di depannya. Logam melawan otot. Rasa sakit jelas dirasakan oleh laki-laki bermata hijau ini.
Hentikan! rintih Taiga kesakitan.
Pria berbadan logam itu dapat melihat Taiga yang menahan nyeri. Dante bergegas menambah dera tinju ke badan MESS otot yang ia lawan. Sembari terus mendaratkan puluhan pukulan, Dante pun berkata,
"Katakan, di mana laki-laki yang bernama Makka?"
Celaka! Dia sudah mengetahui semua! Aku tak akan membiarkan pria besi ini menangkap Makka! batin Taiga yang masih menahan serangan Dante. "Hah, cari saja sendiri!"
Taiga sukses membuat Dante kesal. Pria yang tubuhnya ditutupi logam ini semakin memperkuat pukulan. Dengan urat yang tergambar jelas di kepala, Dante bertanya sekali lagi kepada Taiga,
"Bocah, cepat katakan di mana Makka! Beraninya kau melawan pencari buronan!" Dante mendaratkan bogem ke muka Taiga. "Aku akan mengambil 700 ribu dolar dan 70 juta dolar yang seharusnya menjadi milikku!"
Taiga yang masih bisa bertahan dari hujan pukulan Dante, malah tersenyum setelah mendengar perkataan MESS logam di depannya. Meski tangannya mulai meneteskan darah, Taiga dengan santai berupaya tetap menguasai pertarungan.
Namun, tidak sesuai rencana. Rasa santai Taiga seketika hilang ketika kedua mata hijaunya melihat Makka muncul di belakang Dante. Pemuda yang ahli menembak itu terbelalak selepas mendengar perkataan sang pencari buronan. Entah dia kaget karena apa, tapi Taiga seketika khawatir melihat netra biru Makka terbelalak lebar.
Sial! Pria gila ini berkata terlalu banyak! Taiga tergopoh.
Taiga mulai melakukan gerakan untuk melawan pria berambut putih di depannya. Dia seakan berusaha membawa Dante menjauh dari Makka. Dengan berpura-pura kejam, laki-laki bermata hijau itu berseru kepada Makka,
"Makka, tetap di sini! Jangan dekati pria bernama Dante ini!"
"Itu laki-laki 70 juta dolarku!" potong Dante.
Sial, b*jingan ini terlalu cerewet! sambung Taiga dalam batin.
Sementara Makka hanya termenung bingung. Dia malah merasa bodoh karena hanya boleh berdiri termenung menyaksikan pergulatan dua laki-laki berbadan besar di hadapannya.
Nekat. Makka tidak menuruti perkataan laki-laki yang sudah membelinya. Dia bergegas mempersiapkan shotgun yang sudah ada di tangan, lalu—!
Makka melepaskan tembakan tepat ke kepala Dante.
Tak mempan. Tembakan yang Makka lontarkan tidak berefek kepada Dante. Taiga yang melihat tembakan Makka langsung menjadi naik pitam. Ia marah melihat pemuda yang sudah ia beli tidak mau menuruti perkataannya.
"Dengarkan aku, Anjing!" bentak Taiga kepada Makka.
"Kau adalah anjing! Bagaimanapun juga kau adalah anjing! Menurutlah, Anjing!" Taiga kembali membentak Makka berkali-kali.
Taiga tentu khawatir karena Makka tidak akan menurutinya. Sementara sang b*jingan yang sedang dihadapi Taiga tidak berhenti melontarkan semua kata-kata yang tak pantas. Dengan kekesalan yang memuncak, Taiga berteriak kepada Makka,
"Anjing, dengarkan aku! Jangan ke mana-mana! Biar aku yang menghadapi pria ini!"
"Bodoh, jangan mengatur-atur hidupku!" balas Makka tegas.
"Makka, sadarlah! Kau bukan manusia lagi! Kau itu anjing!" bentak Taiga sekencang-kencangnya kepada Makka.
Dante yang masih fokus untuk menyerang Taiga, mulai tertarik kepada Makka. Menyadari hal itu, pemilik kapal tua ini langsung mengubah posisi.
Taiga membuat kuda-kuda. Dengan mengumpulkan seluruh tenaga di kaki, MESS otot itu akan mengeluarkan sebuah gerakan, dan melontarkan aba-aba. "Biseps femoris, gastrochemius ....
"Power!"
Taiga melesat sampai terbang—menjauh dari kapal tua ke angkasa.
Pemuda yang dilindungi oleh Taiga itu sedari tadi hanya bisa menyaksikan sang pemilik menghilang di langit berawan. Dengan mata biru yang terbakar amarah, Makka seketika mendengar teriakan Taiga dari kejauhan,
"Makka, dengarkan aku! Kau itu anjing!
"Kau ... itu ... Anjing ...!"
Pemuda yang dipanggil anjing ini seketika terdiam. Tiga kata itu menjadi penutup bagi kepergian Taiga. Namun, apakah seekor anjing akan diam ketika pemiliknya diambang kematian? Tidak!
Karena itu, Makka menyingsingkan lengan. Dia akan kembali mengambil Taiga, laki-laki yang ia percayai.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top