4/5
Haruka paling menyukai sore hari. Selain karena pemandangan langitnya yang indah, sebagian besar suka cita Haruka disebabkan karena setiap sore itu lah kalian bertemu di Dramaga ataupun batu karang di tepi pantai.
Saat tubuh Haruka telah sampai di permukaan laut, kedua manik kuningnya langsung menangkap sosokmu yang tengah duduk di batu karang. Haruka tersenyum kecil sebelum berenang menghampirimu.
Duyung berambut biru langit itu menilik tiap jengkal parasmu saat jarak kalian sudah lumayan dekat. Sepertinya kau teramat larut akan lamunan hingga tak menyadari presensinya yang kian mendekat. Wajah sendu serta matamu yang menyiratkan kehampaan itu entah kenapa membuat Haruka tidak senang. Dia selalu tidak suka jika kau sedih ataupun menangis, karena hal itu membuat hatinya turut merasakan sakit dan sesak yang teramat sangat.
Menyembuyikan segala kecemasan yang dia rasakan, Haruka segera memanggil namamu hingga kau menoleh ke arahnya.
Kau segera menyapa Haruka dan tersenyum seperti biasanya. Haruka selalu menyukai senyumanmu, tapi untuk beberapa alasan dia tidak menyukai senyumanmu saat ini.
"Apa kau baik-baik saja, [Name]?"
Pertanyaan Haruka membuatmu mengerjap padanya, "Hah? Apa maksudmu?"
"Kau menangis."
"Ap-...."
Kalimatmu terpotong saat tangan basah Haruka terulur untuk menggapai wajahmu. Mata kuningnya tak lepas darimu saat ibu jarinya bergerak untuk menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah menganak sungai di wajahmu.
Kau bahkan tidak sadar bahwa kau menangis.
"Ada apa?" Tanya Haruka lagi, "Kau tau kau selalu bisa menceritakan masalahmu padaku, [Name]."
"A-aku baik-baik saj-...."
"Berhenti berbohong."
Kalimat tegas Haruka membuatmu tersentak sebelum menundukkan kepala. Bahumu mulai bergetar dan isakan lolos dari celah bibirmu, "Orangtuaku bercerai, Haru."
Haruka tidak tau arti dari kata bercerai itu apa, tapi dia yakin hal itu pastilah sangat buruk hingga sanggup membuatmu begitu terluka seperti ini.
"Mereka bilang sudah tidak cocok lagi, jadi mereka memutuskan untuk berpisah."
"Jadi, orang tuamu akan berpisah?" Tanya Haruka hati-hati. Tangannya masih setia mengelus punggungmu dengan lembut.
Kau mengangguk seraya menghapus airmata di wajahmu.
"Apakah orangtuamu tidak saling mencintai?"
"Dulu mereka saling mencintai. Tapi hati manusia mudah berubah, Haru. Begitu pula perasaan mereka terhadap pasangannya. Jika mereka tidak saling mencintai lagi, maka berpisah akan menjadi pilihan mereka."
"Apakah kau juga begitu?"
"A-apa?"
"Apakah hatimu juga mudah berubah?"
Terdiam sesaat sebelum kau menjawab,"Aku tidak tau."
"Aku mencintaimu, [Name]."
DEG
Kalimat tiba-tiba Haruka sontak membuatmu menatapnya, "A-apa?"
"Aku mencintaimu. Dan akan selalu begitu." Haruka berkata dengan serius, manik kuningnya tak lepas darimu saat dia kembali berkata, "Kami para duyung hanya jatuh cinta satu kali, dan kami akan mencintai pasangan kami seumur hidup kami."
Haruka tidak tau sejak kapan perasaan itu mulai tumbuh di hatinya. Mungkin sejak kalian menghabiskan waktu bersama, atau mungkin sejak pertama kali dia bertemu denganmu di dekat Dramaga.
"Apakah kau juga mencintaiku, [Name]?"
"A-aku tidak tau." Jawabmu linglung. Mungkin masih terkejut atas pengakuan Haruka yang tak terduga. "A-aku tidak tau, Haru."
Dengan gerakan tiba-tiba, kau bangun dari posisi dudukmu. Haruka bahkan tersentak begitu kau berdiri hingga membuatnya harus mendongak untuk menatapmu.
"[Name]?"
"Aku harus pulang."
Jawabanmu membuat Haruka membulatkan matanya. "Apa? K-kenapa?"
Tanpa menjawab pertanyaannya, kau lantas segera pergi. Kau tidak berhenti atau bahkan menoleh lagi pada Haruka yang terus memanggil namamu di belakang sana.
Kenapa kau pergi begitu saja?
Apakah kau marah padanya?
Apakah salah dia menanyakan hal itu padamu?
Haruka mengigit bibir bawahnya begitu pemikiran itu terlintas di benaknya. Bodoh. Tentu saja salah! Bagaimana mungkin dia menanyakan hal konyol seperti itu padamu? Tentu saja kau tidak mungkin mencintainya 'kan?! Kepergianmu telah membuktikan ketidakmungkinan itu.
Bagaimana mungkin Haruka berpikir kau memiliki perasaan yang sama dengannya? Kalian ini berbeda. Mungkin kau merasa jijik padanya sekarang. Jangankan dirimu, Haruka bahkan jijik pada dirinya sendiri saat ini.
"Bodoh!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top