Enam
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik". (Ali Imron:14)
°°°~mermaidcintaku~°°°
Air tenang. Riak kecilnya hanya menghanyutkan ranting-ranting kering dan daun yang berjatuhan diair sungai dikolam yang dipandangi Prilly. Bunyi titik air yang jatuh dari sela Goa ke kolam menambah suasana disekitarnya menjadi suram karna sepi. Sesepi hati Prilly yang duduk dibebatuan samping sungai yang berada didasar laut didalam Goa dimana dia tinggal. Ekornya menjuntai memainkan air sambil meremas baju yang dia pakai. Airmatanya terkadang mengkristal meleleh dipipinya yang halus apabila ia menaikkan ekornya kebebatuan dan dalam 10detik sisiknya terbuka membentuk kaki. Jika berada didaratan sisiknya tak nampak sehingga dia kelihatan seperti telanjang hingga harus menggunakan penutup seperti yang dipakainya sekarang. Baju Ali yang tak pernah dia lepas sejak dibawa dari tempatnya tinggal ditepi pantai sampai sekarang dia sudah berada didasar samudera kembali. Kini Prilly terlihat seperti Mermaid aneh, mengenakan baju, jarang keluar dari Goa untuk bermain di taman laut. Kehilangan keceriaan dan merasa hampa.
"Digooo..." Prilly sekarang hanya bisa menyebut namanya. Tanpa bisa menjangkaunya lagi. Mengenang manusia itu dengan hanya memakai bajunya. Ia sadar, tak mungkin dapat berjumpa lagi dengan manusia pertama yang dikenalnya didaratan. Yang mampu membuat perasaannya berubah-ubah permenit perdetik, sebentar senang, sebentar jengkel, sebentar sedih, sebentar marah dan itu sangat berkesan.
"Dunia kalian berbeda, kau itu mermaid, Prilly....." King Mermaid mengingatkannya selalu tentang perbedaan.
"Banyak duyung pria di dasar laut ini yang mengagumimu Prilly, kau bunganya lautan, buka hatimu pada salah satu dari mereka...." Queen Mermaid ibunya berusaha menghibur Prilly.
"Hatiku sudah tersesat, Bu, aku sudah tak tau arah jalan kembali...." Prilly meremas bajunya lagi. Bukan hanya karna kerinduan pada Ali dia memakai baju itu, tetapi sekarang dia sudah kemanusiaan karna merasa malu jika tubuhnya terbuka. Hanya dalam beberapa hari Prilly bersama seorang manusia yang selalu menutupi tubuh Prilly ketika melihat tubuhnya tanpa penutup, bahkan menurunkan bajunya jika sedikit tersingkap, Prilly sudah terkontaminasi dengan rasa malu terbuka karena Pria itu selalu menutupinya.
"Digoooo..." lirih suaranya menyebut Digo. Pria yang mempunyai mood tak stabil. Terkadang bagus. Terkadang buruk. Seperti cuaca yang mudah sekali berubah-ubah. Bad Boy. Berbeda dengan Amares yang selalu lembut dan melindungi, juga Cortes yang selalu ramah dan baik hati. Tetapi justru berbeda itulah yang membuat kesan mendalam dihati Prilly.
King dan Queen Mermaid merasa tak rela jika Prilly meninggalkan mereka kedaratan dan takkan bertemu kembali selamanya. Karna jika Prilly menjadi manusia dia takkan bisa lagi memiliki kemampuan untuk menyelam tanpa alat kedasar lautan. Dan jika itu terjadi Prilly pasti akan melupakan asal usulnya.
"Kamu kenapa, Pril? Sudah gak sayang sama King, Queen, Aurely, aku dan Nad?" Amares mendekati Prilly yang menyandarkan tubuhnya kepohon disamping sungainya.
"Tentu saja sayang kalian, Amar...!"
"Trus kenapa kamu seperti tak bahagia kembali bersama kami? Kamu tak ingin jadi Mermaid lagi?"
Prilly tercenung mendengar Amares. Benar. Kenapa ia seperti tak merasa bahagia, padahal harusnya tersesatnya kedaratan membuatnya rindu pada Lautan. Tapi pada kenyataannya saat ini dia yang rindu pada daratan. Tepatnya merindukan seorang pria yang belum tentu merindukannya. Entahlah. Prilly bingung dengan apa yang dirasakannya saat ini.
"Apakah karna kau telah diciumnya, kau ingat kau menggigil karna sisikmu yang rontok lantas dipeluknya?"
Prilly menoleh pada Amares. Sama sekali kesadarannya tak sepenuhnya berada dalam tubuhnya ketika saat itu ia menggigil. Yang ada hanya sakit disekujur tubuhnya. Panas dan dingin jadi satu. Begitupun ketika Ali memeluk dan menciumnya, antara sadar dan tidak, Prilly tak berdaya. Sampai akhirnya Amares datang dan membawanya pergi.
"Lalu kenapa kau berikan dia kibasan ekormu Amar, apa kau sengaja ingin menyakitinya?"
"Aku pikir dia akan menyakitimu, dia diam-diam menciummu tanpa kau sadari, bukankah itu namanya mencuri?"
"Amar, dia tak pernah menyakitiku, dia mencuri ciumanku juga karna terpancing, manusia tak seperti kita Ama, aku terlihat terlalu seksi dan mengundang bagi mereka, jadi sebetulnya aku yang salah bukan dia..."
"Kau membelanya karna kau suka padanya sehingga apapun yang dilakukannya kau anggap benar.."
"Bukan begitu Amar...."
"Lalu apa, Pril? Kau kenal dia baru beberapa hari, kau kenal aku sudah sejak lahir, kenapa kau lebih membelanya? Kau dirasuki apa sebenarnya Pril, hah?"
"Tapi kibasanmu akan membuat dia lama tak sadar, Amar...!"
"Enggak kok dia cepet sadar, tapiii.."
"Tapi apa?"
"Dia akan melupakanmu!"
"Apa????"
"Jadi berhentilah mengharapkannya, berhenti berniat jadi manusia, berhenti menyalahi kodratmu sebagai mermaid.....!"
°°°~Mercinku°°°~
Elusan dikepala Ali membuatnya terjaga.
"Digo..." Suara yang dirindukannya terdengar lirih.
"Mama..." Ali melihat kesekeliling ruangan. Sekarang dia sedang berada dikamarnya sendiri. Berarti dia sudah bebas dari pulau pribadi Papanya.
"Iya Digo, syukurlah sudah sadar.."
"Kenapa aku, Ma?"
"Sudah seminggu kamu pingsan, dikatakan koma tetapi diperiksa tak ada apa-apa, dikatakan tidur tapi kamu gak bangun-bangun, kami bingung, sayang..."
Ali menekan kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya.
"Sisiiii......" Ali berdesis pelan.
"Siapa Sisi?"
"Mmmh aku menemukannya dipulau sebrang pulau kita, Ma.."
Mama Ali memgeryitkan alis.
"Menemukan?"
"Tanya saja sama Pak Dayat sama Bu Irni, Ma"
Ali memandang Bu Irni dan Pak Dayat tetapi mereka menggeleng. Ali terdiam merasa tak mungkin pertemuannya dengan gadis yang dia panggil Sisi itu hanyalah mimpi karna dia terlalu lama tidur.
"Digo, lebih baik kamu istirahat saja, kamu terlalu banyak melamun dan mengkhayal karna kesepian hingga menciptakan sosok temanmu yang ternyata tidak ada...."
"Apa Mama tak percaya padaku?"
"Bukan tak percaya Sayang, pada kenyataannya Bu Irni dan Pak Dayat aja tak tau..."
"Tapi aku benar-benar bertemu dengannya Ma, beberapa hari dia tinggal bersamaku diVilla, sangat imposible jika Bu irni dan Pak dayat gak tau, ayolah Pak, bu, jangan buat aku seperti bermimpi bertemu dengannya!!" Ali tetap yakin kalau pertemuannya dengan Prilly nyata bukan mimpi.
Ali merenungi kembali kejadian itu, dimana dia menemukan Prilly tersangkut dimotorboatnya, dimana ia pertama kali merasakan sengatan bibirnya karna ingin memberikan nafas buatan. Mengingat saat mereka jatuh bertindihan ketika Ali menggendong dan ingin menceburkannya kelaut. Membentaknya karna tak becus membuatkan kopi, membentaknya karna gadis itu tak ingat apa-apa. Itu nyata. Sampai terakhir Sisi menggigil dan harus dipeluknya, lalu Ali terbawa suasana mencium bibirnya, setelah itu datang seseorang yang tak dikenal dan membawa Sisi pergi. Orang itu tanpa baju, hanya bertelanjang dada dan membawa Sisi pergi. Itu nyata, bukan khayalan. Bahkan bibirnya yang lembut saja masih terasa. Ali menyentuh bibirnya dan menggelengkan kepalanya.
"Besok Pak Dayat dan Bu Irni akan kembali kepulau, jadi tak ada yang akan menjagamu sementara mama akan kembali kerumah Mama...Mama mencarikan Asisten yang akan menjagamu, memenuhi kebutuhanmu selama sakit....."
"Gak usah asisten, aku bisa sendiri Ma..."
"Papamu terlalu sibuk sekarang sedang pusing karna proyeknya didermaga hancur, kamu pun akan sibuk karna akan terjun kebisnis papa sekaligus mengulang kuliah, jadi harus ada yang membantumu, sedangkan Bu Ratna gak bisa hanya urusin kamu, dia harus urusin rumah sepenuhnya, Digo!"
"Mama....."
"Sudahlah, kamu itu keras kepala, mungkin karna dipanggil Digo, mulai sekarang Mama akan ganti nama panggilan kamu menjadi Ali untuk buang semua kekerasan kamu itu!!"
"Mama ini, apa hubungannya nama Digo dengan kekeras kepalaanku?"
"Mama ingin kamu menjadi dirimu yang baru, kamu harus banyak berubah, karna selama ini kamu selalu mengecewakan, cobalah Li kamu menjadi lebih baik dari sekarang..."
"Ck. Mama iniii..."
Mama Ali keluar dari kamar diiringi Bu Irni dan Pak Dayat. Tinggal Ali sendiri merenungi dirinya. Dia masih merasa aneh kenapa Bu Irni dan Pak Dayat tidak tau Sisi, padahal mereka harusnya tau dengannya.
'Apakah memang aku bermimpi dengan kehadirannya?' Ali menghela nafas.
"Bu Ratna, panggilkan Asistennya Ali...!"
Mama Ali memasuki kamar lagi dengan diiringi Bu Ratna asisten rumah tangga mereka.
"Baik Nyonya..."
Bu Ratna keluar dari kamar Ali dan kembali lagi kekamar itu membawa Asistennya. Ali memalingkan wajahnya marah. Dia tak mau asisten yang menguntit kemanapun dia pergi.
"Ali, ayo berkenalan dulu dengan asisten pribadi kamu....!"
Ali mengulurkan tangannya tanpa mau melihat pada orang yang dikenalkan padanya. Ali memalingkan Wajahnya walaupun tangannya mengulur pada orang itu.
"Allison Diego Andersen. Panggil dia Ali!"
Suara Mama Ali yang terdengar memperkenalkan Ali.
"Saya Prillya Sisiela Asyiria. Panggil saya Prilly...."
°°°~Mercinku~°°°
September 2015
Haiiii...maaf terlambat....
Makasih semuanya.
Regards,
:*
Dipublikasikan kembali sebagian : 5 November 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top