Empat
"Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air" HR.Muslim
°°°~Mercinku~°°°
Author Pov
"Sisiiiiiii....apa lo baik-baik ajaa???"
Suara Ali membuat Prilly yang berada dibak mandi panik. Dengan sekali dorongan kedua tangannya mencengkram tepi bak mandi dan meloncat keluar. Lagi-lagi menimbulkan bunyi yang keras. Dijangkaunya handuk dengan kedua tangannya bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Wajah Prilly pucat pasi.
"Sisiiii....?!" Ali membelalakkan mata melihat Prilly tergeletak menelungkup dengan tangan yang meraih handuk.
"Lo jatuh??" Ali membantu Prilly berdiri dan memejamkan mata. "Pakai handuk lo, jangan kaya gitu terus didepan mata gw!!"
Prilly bergidik ngeri mendengar teriakan Ali. Secepat kilat Ali meraih handuk dan melilitkan ditubuh Prilly yang bengong.
"Kenapa sih lo, bengonggg terus?? Tertekan batin ya lo??? Heran gw!!" Ali membalikkan tubuhnya sambil meremas kepalanya. Rasanya stress sedari tadi disuguhi tubuh indah.
"Ada apa den Digo??" Suara Bu Irni didepan pintu kamar mengagetkan Ali. Untung saja posisinya sudah berbalik dari Prilly.
"Si Sisi ini kaya orang oon Bu, aku jadi stress, tolong urus dia bu!!!" Ali kelihatannya sangat kesal. Rasanya gadis ini di utus Tuhan untuk membuat dia stress karna gadis itu lupa ingatan dan membuat matanya sakit dengan tubuh polosnya.
Bu Irni mendekati Prilly yang menunduk takut.
"Gak papa, den Digo tak bermaksut membuatmu sedih, jadi namamu Sisi?" Bu Irni menyentuh bahu Prilly. Prilly tetap menunduk. Matanya memerah menahan tangis. Rasanya tak pernah dibentak-bentak seperti itu. Ayah, Amares, termasuk Cortez sangat baik dan lembut padanya.
°°°~Mercinku~°°°
Suasana bawah laut sangatlah tenang. Air mengalir tanpa gelombang, ikan ikan kecil berbaris rapi. Ikan - ikan besar mengikuti kemana ikan - ikan itu pergi. Rumput laut, akar - akar dan kerikil dilautan kadang terbawa arus. Kuda laut terlihat bersembunyi dibalik batu batu karang.
"Pril, aku sebenernya sayang sama kamu....!"
"Hah? Apa?"
Prilly terkejut memandang Amares. Amares mengangguk dan memegang tangan Prilly.
"A..amares jangan begini..." Prilly tergagap menarik tangannya dari genggaman tangan Amares. Wajah Amares berubah sendu.
"Kenapa, Pril, kita bersahabat sudah cukup lama, kita dekat dan kita sama-sama tau bagaimana sifat kita masing-masing?"'Amares mengambil serpihan ranting yang menyangkut dirambut Prilly.
Prilly begitu cantik dengan lilitan bunga laut kecil kecil yang dirangkai melingkar dan rambut yang dikepang dan dikaitkan dibahunya. Entah kenapa Prilly menjadi mahluk air terindah bagi Amares. Perhatian, kelembutan sekaligus keriangannya membawa suasana damai tersendiri jika mereka bersama - sama.
"Maaf Amares, aku sayang sekali sama kamu dan Nadine, kalian adalah semangat aku didasar laut ini, apa yang membuat kalian bahagia itu bahagia juga yang kurasakan, aku menganggap kalian adalah sahabat terbaikku lebih dari saudara...." Prilly menyentuh bahu Amares yang menatap sendu.
"Pril, kita berhak bahagia berdua saja tentu Nadine pun senang melihatnya..."
"Maaf Amares, kita bersahabat, aku tak mau merusak persahabatan kita hanya karna perasaan dan hubungan yang lain, aku tak mungkin menjadikanmu pacar karna aku menganggapmu saudaraku...!"
Kalimat Prilly masih terngiang ketika menolak Amares. Amares menunduk dalam sangat kehilangan sahabatnya saat ini. Dan itu karna kesalahannya yang tidak bisa menjaga Prilly.
Setelah Prilly menolak, Nadine dengan perhatiannya yang lebih mengalihkan dunia Amares. Amares tak menolak perhatiannya. Tadinya Amares dan Nadine merasa tak enak dengan Prilly tetapi ternyata Prilly sangat mendukung hubungan mereka.
"Ahahaha....Amares lucu sekaliii, kalau cinta sama Nadine bilang sajaaaa...aku gak papa kalian pacaran, kita bertiga tetap sahabatan"
Kembali kalimat Prilly terngiang. Rasanya bayangan Prilly berputar-putar dikepalanya. Sebenarnya dia menyadari mencintai kedua-duanya, tapi tak mungkin Amares memiliki kedua-duanya lalu kemudian memilih Prilly tapi ditolak. Akhirnya Amares menerima perhatian lebih yang diberikan Nadine.
"Sayang, apa kau sedang memikirkan, Prilly...?" Amares menoleh kesampingnya. Ada Nadine dengan senyum manisnya menyandarkan kepala dibahunya.
"Iya Nad, rasanya masih teringat jelas wajahnya ketika ditarik gerombolan penyelam pengacau keamanan laut itu!" Amares mengelus kepala Nadine.
"Aku juga kangen sama Prilly...dimana dia sekarang?" Nadine memeluk bahu Amares dengan kepala masih dibahunya.
"Entahlah, King Mermaid sudah mengerahkan kekuatannya untuk mencari jejak Prilly tetapi tanda-tanda keberadaan Prilly belum juga ditemukan." Amares menoleh kearah Nadine dan menyentuhkan ujung hidungnya kekepala Nadine.
Tiba - tiba Gelombang air meriak, terdengar dengungan dan terlihat gelembung air berjejer membentuk berurutan.
"King Mermaid memanggil...!"
Amares menatap gelembung yang mengarah kekedalaman 5meter dari tempat mereka berdua berdiri. Gelembung itu tanda king mermaid menyuruh komunitas duyung berkumpul di Goa tempat mereka biasa bertemu untuk membicarakan hal yang penting. Amares memeluk pinggang Nadine dan menggiringnya menuju Goa pertemuan. Terlihat Duyung perwakilan dari keluarga keluarga yang lain berduyun menuju ketempat yang sama.
"Aku hanya mengingatkan satu hal, dengan adanya tamu tak diundang dipesta ikan selautan, maka posisi kita akan semakin terancam..." King Mermaid membuka pertemuan mereka yang terkesan mendadak itu.
"Mereka pasti akan menyusun rencana untuk kembali lagi kesini, dan kita perlu berhati - hati, filter goa kalian agar tak terlihat manusia, atau suatu saat kita akan pindah ketempat lain, kalau ingin tetap tinggal disini berhati-hatilah, jangan sampai seperti Mermaidku Prilly, karna akan sulit telepati kita menembus daratan karna dunia kita dan mereka jauh berbeda...." Suara King Mermaid begitu lantang berucap.
"Amares bersiaplah untuk ditugaskan naik kedaratan mencari Prilly jika dalam beberapa hari ini aku tak menemukan sinyal keberadaannya....!" King Mermaid mengakhiri pertemuan hari itu dengan pesan pada Amares untuk bersiap. Dan Amares akan sangat siap mencari dimana Prilly berada berdasarkan petunjuknya.
°°°~Mercinku~°°°
Prilly menatap laut dengan jarak pandang 10meter dari bibir pantai. Air kelihatan cukup tenang. Dan semilir angin terdengar lembut diiringi suara burung burung yang menari diatas langit. Dibawah lautan sana ada keluarganya yang pasti cemas menunggu kabarnya. Prilly menggoyang kakinya yang menjuntai karna dia duduk diberanda rumah yang tingginya satu meter diatas permukaan tanah.
Memakai baju hem kotak - kotak biru milik Ali yang kedodoran dan hanya sebatas menutupi setengah pahanya kalau sedang duduk menjuntai seperti ini, Prilly kelihatan sexy.
Dari jauh terlihat Ali keluar dari Air dengan seluruh tubuh yang basah. Prilly menatapnya yang berjalan makin mendekat dengan mengibas rambut basahnya. Prilly tak berkedip melihat pria dengan rambut dengan dada yang tercetak jelas dibalik kaos tipisnya.
Oh Tuhan, walaupun ia terbiasa melihat Amares yang tampan dengan tubuh bagian atas tak kalah tegap bahkan dadanya selalu telanjang, entah kenapa melihat manusia yang satu ini mendekat dengan dada tercetak dibalik kaos tipis rasanya ada debaran halus bertalu dijantungnya. Pria ini kelihatan sexy justru karna dia menggunakan kaos yang melekat dalam keadaan basah.
Makin mendekat kearahnya makin kuat jantung memukul dadanya. Aneh. Padahal pada Amares yang dipujanya pun dia tak pernah merasa begitu. Ada debaran saat menatap Amares tapi debaran ini berbeda. Prilly menghela nafas mengingat Amares. Sebenarnya Prilly mencintainya dan saat Amares mengatakan cinta harusnya dia bahagia. Ya, dia mungkin akan menyambut uluran tangan penuh cinta Amares jika Amares mengatakannya sebelum Nadine mencurahkan isi hati padanya.
"Hei...udahan natapnya..." Prilly mengibas-ngibaskan tangannya kedepan wajah Nadine yang menatap kepergian Amares yang berlalu ingin mengambilkan mereka rumput laut untuk dibuat penutup dada dan hiasan kepala.
"Amares seseorang yang perhatian dan melindungi kita banget, apa kau tak jatuh cinta padanya, Pril?" Nadine menoleh kearahnya dengan mata yang sangat terlihat berbeda menatapnya. Prilly tertawa dan menggeleng. Padahal dia sebenarnya hanya malu mengakui pada Nadine, kedekatan mereka sebagai sahabat membuat perasaan lain pada Amares. Amares yang perhatian dan selalu melindungi dengan tatapan lembutnya.
"Syukurlah....!" Nadine menarik nafas lega. Prilly mengeryitkan alis.
"Maksud kamu, Nad?"
"Sepertinya aku jatuh cinta pada Amares, Pril..."
Prilly merasa arus menderas menerpa tubuhnya ketika mendengar Nadine mengatakan itu. Selama ini mereka bertiga bersahabat dan saling menyayangi. Dan Prilly menyadari iapun jatuh cinta pada Amares. Tetapi mendengar Nadine memiliki perasaan yang sama pada Amares Prilly berusaha menekan hatinya tak mau mencintai terlalu dalam sampai akhirnya Amares,mengatakan cinta padanya dan ia tolak karna tak mau menyakiti hati Nadine.
"Jangan liatin gw kayak gitu, gw tau gw memang ganteng tapi gak segitunya juga lo mandangin gw!!"
Kalimat Ali yang sedikit nyaring membuat Prilly menyentak kaget memutuskan lamunannya tentang Amares. Senyum devil Ali membuat Prilly merinding. Dan pria itu makin mendekat dengan tatapan dinginnya. Ya Tuhan tubuh berototnya yang basah kenapa begitu menggoda? Prilly menggigit bibirnya melihat Niple Ali yang tercetak jelas dari balik baju basah tipisnya. Sepertinya beberapa hari berada didaratan dia sedikit melupakan keadaan dalamnya lautan dimana ia tiap hari melihat Amares dan duyung pria lainnya hanya bertelanjang dada. Mungkin karna Prilly sekarang sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan manusia didaratan, terutama beradaptasi dengan Ali karna dialah satu-satunya temannya sekarang didaratan, selain adanya Pak Dayat dan Bu Irni.
Apakah Prilly tak ingin pulang kelautan? Jawabannya sebenarnya ingin tapi dia merasa lebih baik tidak daripada selalu melihat Amares dan Nadine selalu romantis didepannya. Walaupun selama ini dia terlihat biasa saja dan kelihatan ikut bahagia tetapi sebenarnya ada yang merobek jantungnya ketika ia tak sengaja melihat Amares dan Nadine berciuman.
'TUK!
Lagi-lagi Prilly kaget karna kali ini Ali menjitak kepalanya.
"Aduhhh....!" Prilly tersungut mengelus kepalanya.
"Ngelamun aja sih lo, udah berapa hari lo disini ngelamun terus, gw tau lo mencoba mengingat siapa diri lo Si, tapi lo harusnya jangan banyak diem supaya lo bisa sedikit rilex!!"
Ali ini terkadang lembut terkadang juga jadi sedikit kasar. Seperti waktu itu dia tiba-tiba membentak membuat Prilly hampir menangis tetapi malamnya kembali dengan permintaan maaf.
"Eehhhh, ngelamun lagi, kayaknya lo minta dikasih pelajaran rilex deh Si, sini gw ceburin lo kelaut!!"
Tanpa diduga Ali meraih tubuh Prilly dan menggendongnya membuat Prilly kaget dan reflex melingkarkan tangannya keleher Ali. Ali sedikit berlari menuju bibir pantai. Prilly seketika sadar Ali tak main-main dengan ucapannya untuk menceburkan dirinya kelaut. Seketika Prilly menegang menatap Ali dengan cemas. Prilly meronta dalam gendongan Ali dengan tangan yang makin erat memeluk leher Ali.
"Digoo, tolong jangannnn...enggak aku gak mauuuu!!"
Rontaan Prilly digendongan Ali membuat Ali kehilangan keseimbangan dan jatuh ketanah. Tubuh Ali menindih gadis berbalut hem yang hanya bisa menutup setengah pahanya. Mata mereka bertemu dalam kedekatan tanpa jarak. Nafas mereka saling beradu menerpa bibir yang tak sengaja sempat tertempel. Tangan Prilly melingkari leher Ali yang tak sengaja tertekan karna punggungnya sedikit terangkat dari tanah.
"Digooo..."
°°°~Mercinku~°°°
September 2015
Tunggu disambung ya..
Terimakasih ...
Regards,
:*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top