Dua
"Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. ."
"Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus." (surat Ar-Rahman ayat 19-20)
°°°~mermaidcintaku~°°°
Author Pov
Suasana bawah laut sangatlah ramai dengan hilir mudik mahluk air. Prilly bersama dengan Amares dan Nadine berenang bersama menuju terusan teluk diiringi Aurely dan Cortez. Mereka sudah berbaur dengan mahluk air lainnya. Ikan-ikan hias berwarna warni berkelompok mengikuti arus. Duyung-duyung bergerombol dengan penampilan yang cantik. Dengan Sisik berkilauan serasi dengan penutup Dada senada dari rumput laut. Prilly dengan lilitan rumput laut hijau melingkari kepala kekeningnya nampak semakin bercahaya dengan senyuman manisnya. Sementara Aurely sang kakak sebenarnya sama bercahaya tapi dimata Cortez Prilly sangatlah menarik. Dengan kulit tubuh yang bening, wajah yang mulus, hidung runcing dan bibir tipis yang selalu tersenyum setiap melakukan kontak mata dengan orang lain.
"Prilly pergi dengan Amares dan Nadine, dia sudah berjanji sama mereka, tapi kalau kita mau barengan perginya, Prilly setuju saja."
Sebelum mereka pergi bersama - sama, Aurely mengatakannya pada Cortez. Pesta Terusan Teluk adalah pestanya para ikan, dan mahluk air lainnya berpartisiasi untuk meramaikan seperti karnaval. Ada semacam aksi air yang digelar dikedalaman 30meter dari permukaan. Duyung - duyung mengepakkan ekornya ketika melihat penampilan lima puteri duyung yang meliuk indah didepan mereka. Mereka menari diiringi musik yang berasal dari cipratan air, riaknya arus dan riuh rendahnya suara rerumputan laut.
Prilly memgikuti irama gerakan duyung duyung yang sedang perfome didepan mereka, rambutnya yang panjang terbawa arus hingga punggungnya yang mulus tersibak. Cortez yang berada diantara Prilly dan Aurely menoleh memperhatikan rambut Prilly yang dimainkan arus. Cortez meraih rambut Prilly dan mengaitkannya kebahu hingga rambutnya menutup sebelah dadanya. Prilly menoleh pada Cortez dan tersenyum.
"Terima Kasih, Cortez..." Cortez makin terpesona melihat senyumnya. Aurely yang memperhatikan adegan itu merasakan dadanya nyeri dan tercabik - cabik. Lagi - lagi rasanya airmata Aurely berjatuhan tersapu air laut.
Tiba-tiba gelombang seperti bergejolak disekitar mereka. Mahluk -mahluk air yang sedang berpesta tercerai berai dan berenang menjauh dari area pesta. Sekelompok penyelam yang bereksplorasi kebawah laut tiba - tiba muncul dan mengacaukan acara pesta hari ikan selautan tersebut. Amares menarik Nadine dan Prilly bersamaan sementara Cortez yang ingin menarik Prilly tapi kalah cepat dengan Amares harus rela menyelamatkan Aurel karna itu juga adalah janjinya pada King Mermaid ayah Aurel. Malang bagi Prilly ekornya tersangkut dan terlilit akar akar pepohononan yang menjalar dibawah ekor mereka. Penyelam - penyelam yang seperti mendapat sesuatu yang sangat berharga tak ingin melepaskan kesempatan menangkap salah satu dari duyung duyung yang ada.
"Amares, ekorkuuuu ...." Tangan Amares masih menggenggam tangan Prilly sementara tangan lainnya menggenggam tangan Nadine. Penyelam yang berjumlah 5orang itu semakin mendekat pada mereka karna hanya mereka yang tertinggal.
"Tinggalkan aku, kalian pergi saja!" Prilly melepaskan tangan Amares. Amares dan Nadine menggeleng bersamaan.
"Tidak, kami akan terus bersamamu, Pril!" Nadine berteriak. Amares ingin menunduk kearah ekor Prilly yang terlilit itu dan masih berusaha menyingkirkan lilitan tapi gagal.
"Please, pergi dari sini, biarkan aku saja yang dibawa mereka....!!" Prilly menatap Amares dan Nadine bergantian dengan tatapan memohon
"Pergi dari siniiiiiii...."
Dengan wajah sangat merasa berdosa Amares dan Nadine beranjak. Ingin tetap disana tapi akan sangat berbahaya bila mereka bertiga yang tertangkap. Daripada manusia - manusia itu mendapat tiga duyung dan akan menguntungkan mereka, lebih baik satu, Prilly berkorban. Manusia - manusia ini pasti akan menjualnya dengan harga mahal dan tentu saja akan menjadi tontonan manusia lain- demi mendapatkan uang padahal mermaid didasar lautan mati - matian mempertahankan diri untuk tetap menumbuhkan populasinya tanpa campur tangan manusia.
Lima orang penyelam tersebut mendekati Prilly, ada yang memotong akar diekor Prilly dengan sebuah pisau. Mereka menarik dan menggiring Prilly paksa. Prilly meronta ingin melepaskan diri tapi sia-sia. Naik kepermukaan air hingga 10meter dikedalaman dari permukaan air tiba - tiba Air bergolak dengan kuat seperti ada pusaran air didasar laut hingga Prilly merasa tubuhnya melayang dengan tangan terlepas dari penyelam dan menggapai - gapai. Arus yang kuat dan gelombang yang menghempas tubuh Prilly kepusaran air yang seketika menyembur keatas melemparkan tubuhnya jauh kepermukaan membuat Prilly tak bisa menyeimbangkan tubuhnya terhantam kekuatan air yang dahsyat, terbawa arus deras dipermukaan dengan kepala terbentur air yang menyembur ganas Prilly akhirnya kehilangan kesadaran dan tak merasakan apa - apa lagi.
°°°~mercinku~°°°
Ali mendekati sesosok tubuh yang mengganjal didekat motorboat yang dibawanya. Sepertinya tubuh itu terseret arus hingga sampai terdampar dipulau tak berpenghuni itu. Sejenak Ali memandang tubuh tanpa busana yang tergeletak menelungkup ditanah. Sepertinya seorang wanita karna rambutnya panjang. Dadanya tertutup sejenis tanaman laut yang melingkar seperti Bra, bagian bawahnya tertutup dengan bahan yang sama seperti sisik tersusun tetapi sudah robek disana sini dan tersisa minim sekali hingga terlihat seperti telanjang. Sejenak Ali bingung apa yang harus dia lakukan. Pergi sajakah? Atau sentuhkah tubuh itu? Bagaimana kalau dia sudah mati? Ali tak mau ambil resiko akan menjadi tersangka padahal dia tidak tau apa-apa. Tapi dia seorang wanita dan sekarang wanita ini antara hidup dan mati, setidaknya kalau dia masih hidup bisa ditolong dan kalau sudah mati apa boleh buat terpaksa akan ditinggalkan. Ali memang cuek. Tapi dalam keadaan seperti ini alangkah jahatnya jika meninggalkan tanpa tau hidup atau mati. Ali berjongkok menyentuh tubuh yang tertelungkup itu dan perlahan membalik tubuh molek itu. Seketika Ali terperangah melihat cahaya diwajah gadis yang tergeletak didepannya. Mata yang tertutup damai dengan hidung yang runcing, wajah yang mulus dan bibir yang tipis. Cantik walaupun terlihat pucat. Ali menggelengkan kepala mengurangi keterpanaannya.
Ali mendekatkan tangannya kehidung merasakan nafasnya, menyentuhkan dua jarinya keleher merasakan denyut nadinya. Masih ada. Ali teringat cerita tentang nafas buatan. Ali pikir Ali harus mencobanya. Teori sekilas dan tak pernah praktek membuat gerakan meniupnya dibibir tertutup itu seperti sia-sia, setelah tersentuh bibir dingin itu bibir Ali terasa tersengat.
"Damn!!" Ali merasa dirinya bodoh telah lupa memencet pipi sosok itu dulu dan mencoba memberi nafas buatan. Sepertinya sia - sia, atau harusnya tak perlu nafas buatan sebenarnya? Entahlah. Ali menyentuh dada sosok itu. Masih terasa degup jantungnya.
Ali membuka kaos yang dipakainya hingga tersisa singlet dan memakaikan pada sosok itu. Rasanya tak tega menikmati menatap tubuh molek tanpa disadari pemiliknya. Se-bad boy -nya dirinya takkan berbuat hal yang tak gentle seperti itu.
"Ck. Kenapa gw jadi kena musibah gini sih? Niat jalan - jalan ngusir kebosenan malah dapat masalah kaya gini!!" Mulut Ali mengomel tapi tangannya bergerak cepat memasang kaos ketubuh gadis mungil itu.
°°°~Mercinku~°°°
"Den Digo, Alhamdulilah kembali...!" Pak Dayat menyambut Ali dengan wajah lega ketika motorboat Ali merapat kepulaunya.
"Saya sudah cemas karna tadi ada gelombang besar yang terlihat disana, saya pikir aden terbawa arus...!"
"Enggak, aku gak ngerasain apa - apa Pak, aku tadi ke pulau itu....liat disana yang kata bapak indah tapi ternyata biasa aja...!!" Ali berteriak karna suaranya terbaur dengan suara mesin motorboat yang segera dia matikan. Pak Dayat cuma mengangguk - angguk heran kenapa bisa Ali tak merasakan getaran gelombang, apalagi dia berada dipulau itu yang berdekatan dengan asal gelombang.
"Kok cuma pakai singlet, Den?"
Pak Dayat membantu menambatkan Motorboat Ali dan melebarkan mata melihat diMotorboat itu sesosok tubuh terbalut kaos yang ia liat Ali pakai sebelum pergi.
"Dia sepertinya nyangkut sebelum air surut Pak, tergeletak begitu saja ditanah dekat motorboat yang aku tambatkan...." Pak Dayat mengeryitkan alis mendengar perkataan Ali.
"Tadinya mau aku tinggalkan dipulau itu tapi rasanya sejahat - jahatnya aku, gak mungkin aku gak peduli melihat ada orang antara hidup dan mati ada didepan mata!" Ali membopong gadis itu menaiki ujung depan motorboatnya dan meloncat ketepian membawa gadis itu menuju villanya sejauh 10meter dari tepian pantai diiringi Pak Dayat.
"Bu Irni, tolong siapin kamar.."
Tergopoh Bu Irni membukakan pintu dan melesat kekamar kosong yang ada di Villa keluarga Ali. Ali menaruh tubuh gadis itu dan menyelimutinya.
"Tolong jaga bu, aku mau bersihin diri dulu!" Ali beranjak dari tepi tempat tidur dan berlalu dari kamar.
Pak Dayat dan Bu Irni berpandangan. Bu Irni menyibak selimut yang menutupi gadis itu. Memperhatikan kaos kedodoran Ali ditubuhnya.
"Siapa dia? Darimana asalnya? Apakah ada hubungannya dengan ombak besar tadi? Kenapa dia tak pakai baju?"
°°°~Mermaidcintaku~°°°
September 2015
Readers, keep station... :)
Thanks ya..
Regards,
:*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top