8. Fatamorgana
Violet melangkah keluar melewati pintu gerbang rumah sakit. Menyapa satpam yang baru datang sekadar untuk menunjukkan sikap santun.
Sepanjang berjalan kaki menuju tempat kosnya, dia berpapasan dengan orang-orang berpakaian rapi yang tampak bergegas hendak ke tempat kerja masing-masing. Kebalikan dengannya yang justru baru saja pulang dari bekerja.
Dia mampir ke salah satu penjual makanan yang banyak terdapat di sepanjang pinggir jalan menjajakan menu sarapan. Biasanya, Violet memasak sendiri makanan paginya. Tapi kali ini rasanya dia tak sanggup melakukan pekerjaan apa pun sesampainya nanti di tempat kos. Dia merasa lelah sekali.
Sesampai di kamar kosnya, hal pertama yang dilakukan Violet adalah menghabiskan sarapan yang dia beli. Dia membeli bubur ayam lengkap dengan berbagai lauk khasnya. Menu sarapan sederhana ini mampu menghilangkan rasa laparnya dengan cepat serta meningkatkan energinya yang rasanya telah tersedot nyaris habis.
Beberapa menit setelah sarapan, dia langsung tergeletak tak berdaya di atas kasurnya dan tertidur pulas. Dia baru terbangun menjelang tengah hari.
Hari ini dia bisa sedikit bersantai. Nanti malam dia tidak perlu bertugas jaga lagi. Besok dia bertugas di jam kerja normal, mulai pukul tujuh pagi.
Karena dia masih pegawai baru, dia diberikan tugas malam hanya lima hari. Tapi dia belum bisa libur. Dia harus bertugas pagi selama dua hari lagi. Setelah itu barulah dia mendapat libur di hari Minggu dan hari Senin. Untuk selanjutnya, bila dia mendapat giliran jaga malam, dia harus menjalaninya selama tujuh hari.
Dalam sebulan setiap perawat mendapat tugas jaga malam selama tujuh hari berturut-turut. Itulah konsekuensi bekerja di rumah sakit yang harus dia jalani. Karena rumah sakit harus buka selama 24 jam, harus ada pegawai medis yang mendapat giliran jaga malam.
Esok harinya, Violet datang kembali ke rumah sakit dengan perasaan lebih segar. Dia merasakan perbedaan antara bertugas di jam normal dan bertugas jaga malam. Berangkat bekerja di pagi hari membuatnya bersemangat dan merasa sehat. Hangatnya sinar mentari menambah keceriaannya.
"Selamat pagi," sapa Violet pada semua yang ditemuinya begitu dia melangkah masuk ke lingkungan rumah sakit. Tak peduli dia belum mengenal orang-orang yang disapanya itu. Dia hanya ingin menularkan semangatnya pagi ini.
"Violet!"
Baru saja Violet masuk ke ruang perawat, dia mendengar suara memanggilnya. Dia menoleh dan dilihatnya Suster Diana berjalan cepat ke arahnya.
"Pagi ini kamu tugas lagi di ruang rawat inap anak. Suster kepalanya bilang, kemarin malam kamu nggak datang. Padahal aku lihat kamu ngisi absen."
Alis Violet terangkat mendengar ucapan Suster Diana itu.
"Kemarin malam saya datang kok. Saya juga bicara sama Suster Kepala. Aneh banget, kenapa Suster Kepala bilang saya nggak datang?" sahut Violet membantah ucapan Suster Diana.
Mendadak Violet terbelalak.
"Apa karena saya ketiduran, jadinya Suster Kepala bilang saya nggak datang? Padahal kemarin malam dia bilang dia nggak marah. Ternyata ...."
"Kamu ketiduran saat jaga malam? Nggak minum kopi?" potong Suster Diana setengah melotot.
Violet agak salah tingkah dan merasa bersalah.
"Itu karena anak-anak yang dirawat di sana nggak mau tidur. Padahal sudah malam. Mereka malah ribut bermain, teriak-teriak, tertawa-tawa, lari-larian. Kayak nggak capek dan nggak sakit. Malah saya yang capek berusaha mengatur mereka. Karena kecapean, nggak sadar saya ketiduran." Violet menyampaikan pembelaan dirinya.
Suster Diana mengernyit tampak semakin heran.
"Tiap kali aku bertugas menjaga pasien anak-anak di waktu malam, mereka selalu tidur. Apalagi obat yang mereka minum sebelum tidur bikin mereka gampang terlelap. Nggak ada yang masih bangun dan lari-larian di waktu malam. Cerita kamu itu nggak masuk akal," katanya.
"Saya nggak mengada-ada. Memang itu yang terjadi kemarin malam di ruang rawat inap anak-anak. Saya juga heran, kenapa mereka nggak ngantuk dan capek. Apa makanan yang dikasih ke mereka mengandung energi yang bikin mereka tetap aktif di malam hari? Atau itu efek obat?" sahut Violet.
"Sudahlah. Pokoknya, Suster Kepala tadi titip pesan ke aku. Dia mau ketemu kamu dulu dan minta penjelasan kenapa kemarin malam kamu nggak datang ke tempat tugasmu. Hati-hati lho. Kamu baru bekerja di sini. Jangan sampai penilaian kinerjamu buruk." Suster Diana mengingatkan.
"Baik, Suster. Nanti akan saya jelaskan ke Suster Kepala."
"Kamu sudah siap, kan? Ayo, kita ke sana sekarang. Sebentar lagi jam tugas kita dimulai."
Violet terbelalak. "Oh, saya ditugaskan bersama Suster Diana?" tanyanya tak mengira.
"Iya. Kenapa kamu kaget gitu? Eh iya, nanti kamu jangan cerita yang serem-serem ya. Aku nggak keberatan bertugas sama kamu asalkan kamu nggak cerita yang aneh-aneh dan ekspresi muka kamu jangan kayak orang ketakutan. Nanti aku ketularan ketakutan. Lagian pagi begini kamu nggak bakal lihat yang gaib-gaib, kan? Kalau pun kamu lihat, jangan bilang ke aku ya dan tampang kamu biasa aja. Aku pengin bertugas dengan tenang, nggak mau dengar cerita-cerita yang bikin merinding," jawab Suster Diana.
Violet mengangguk. "Iya, saya nggak akan bilang-bilang. Kalau saya melihat sesuatu, saya akan diam saja. Saya isi absen dulu ya, Sus."
Suster Diana tidak menyahut lagi. Dia hanya berdiri di tempatnya menunggu Violet mengabsenkan dirinya. Setelah itu, barulah keduanya keluar dari ruang perawat dan berjalan berdampingan menuju ruang rawat inap anak.
Violet berhenti dan terheran-heran saat sampai di lorong yang bercabang, Suster Diana berbelok ke kanan. Dia melirik ke kiri. Itu adalah selasar yang kemarin malam dia lewati.
"Suster Diana!" panggilnya.
Suster Diana berhenti dan membalikkan tubuhnya menghadap Violet. Mengernyit heran melihat rekan kerjanya itu berhenti.
"Ada apa? Ada yang ketinggalan?" tanyanya.
Violet melangkah mendekat.
"Suster mau ke mana? Kita mau ke ruang rawat inap anak, kan? Kenapa Suster jalan ke sana? Ruang rawat inap anak kan belok ke kiri," kata Violet sambil menunjuk ke arah selasar di sebelah kiri.
"Dulu kamu bilang, kamu sudah pernah keliling rumah sakit ini. Kamu juga pernah ke ruang rawat inap anak, kan? Arahnya ya ke sana, belok ke kanan. Coba tuh kamu baca papan petunjuknya," sahut Suster Diana terdengar agak kesal mengira Violet mengerjainya.
Pandangan Violet beralih ke papan petunjuk yang disebut Suster Diana. Papan itu tergantung di bawah langit-langit selasar itu. Tertera nama ruang dan tanda panah ke kanan dan ke kiri.
Violet terenyak membaca tulisan di papan petunjuk itu. Ke kanan adalah Ruang Rawat Inap Anak, ke kiri adalah Ruang Orthopedi.
Dia yakin sekali kemarin malam dia berbelok ke kiri. Dia ingat taman yang ada di depan selasar. Ada deretan bunga soka merah yang sedang mekar. Sedangkan di depan selasar yang berbelok ke kanan, terdapat kolam dengan air bergemericik.
Dia hampir saja mengatakan pada Suster Diana, kemarin malam dia yakin sekali berbelok ke kiri. Malam itu dia melihat di papan petunjuk arah tertulis ruang rawat inap anak berada di sebelah kiri. Tapi dia ingat sudah berjanji tak akan membicarakan hal yang aneh-aneh selama bertugas dengan suster seniornya itu. Dia simpan dalam hatinya saja segala keanehan yang membuatnya heran itu.
Baru sekarang dia menyadari, apa yang dia alami kemarin malam memang terasa janggal. Pantas saja saat itu dia merasakan aura tak nyaman. Itu sebabnya dia tak berminat shalat subuh di sana. Padahal biasanya, dia selalu menumpang shalat subuh di tempat tugas jaga malamnya. Tidak perlu harus ke musala.
"Oh, saya yang lupa ya," Akhirnya itu yang diucapkan Violet.
"Dan kalau jalan terus ke kiri, ujungnya sampai ke ruang jenazah. Kamu pernah ke sana?" sahut Suster Diana.
Violet kembali tersentak. "Iya, saya pernah lihat. Saya memang sudah keliling rumah sakit ini sebelum mulai kerja di sini. Maaf, saya cuma lupa," jawab Violet.
Diam-diam dia terkejut bukan main, menyadari selasar di sebelah kiri itu berujung ke kamar jenazah. Dia bergidik ngeri membayangkan malam itu mungkin saja dia berada di sana. Aura mistis telah mengecohnya. Membuatnya berbelok ke kiri dan terjebak di ruang rawat inap anak gaib.
Tapi dia penasaran, apakah ini berarti Suster Kepala dan pasien anak-anak yang dia hadapi semalam juga mahluk gaib?
**======================**
Hai teman-teman. Jumpa lagi dengan lanjutan cerita ini.
Berharap cerita ini banyak yang baca dan banyak yang suka juga seperti ATKKM. Aamiin.
Salam,
Arumi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top