7. Anak-Anak Malam

Ini malam terakhir Violet bertugas jaga malam. Dia tidak pernah merasa seperti sekarang ini, cemas dan takut roh gadis kecil kemarin muncul lagi. Membuatnya ingin malam ini lekas berakhir.

Namun di tengah rasa cemasnya, dia malah ditugaskan di ruang rawat inap anak. Malam ini Violet sampai di rumah sakit nyaris pukul sembilan malam. Dia tertidur setelah Isya. Beruntung dia masih sempat bergegas berangkat dan tempat kosnya tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Violet berjalan seorang diri menuju ruang rawat inap anak. Sepanjang melangkah dia hanya sendirian, sama sekali tidak ada petugas medis lain yang berpapasan dengannya.

Violet merasa sedikit heran, ruang rawat inap itu tampak gelap dari luar. Pencahayaan remang-remang di bagian depan. Tidak seperti di bagian lorong-lorong rumah sakit yang terang benderang.

Kamar-kamar perawatan pada malam hari memang hanya diterangi lampu yang redup agar pasien bisa tidur dengan nyenyak, tetapi bagian depan dan lobi ruang rawat inap itu harusnya diterangi dengan lampu yang benderang.

Sesampainya di ruang itu, Violet menemui suster kepala bagian rawat inap anak. Suster itu tampaknya sangat senior. Violet memperkirakan usianya sekitar empat puluhan tahun.

Suster itu menyambutnya dengan senyum.

"Selamat malam, Suster. Saya Violet, suster baru di rumah sakit ini. Malam ini saya mendapat tugas jaga di sini." Violet memperkenalkan diri.

"Oh iya, silakan, Suster Violet. Panggil saja saya suster kepala. Saya yang memimpin suster-suster yang bertugas di ruang ini. Sudah sepuluh tahun lebih saya bertugas di sini."

Violet sedikit terbelalak. "Oh, Suster Kepala sudah lama sekali bertugas di sini." Violet mengamati sekelilingnya. Di meja jaga untuk perawat itu hanya ada suster kepala dan dirinya.

"Apa saya cuma bertugas sendiri di sini, Suster?" tanyanya.

"Lho, kan sama saya."

Violet kembali terbelalak.

"Wah, saya nggak sangka bertugas bersama Suster Kepala."

"Sekarang coba kamu cek satu per satu kamar perawatan. Pastikan semua anak sudah tidur."

"Baik, Suster. Saya cek dulu," sahut Violet. Lalu dia mulai melangkah ke kamar rawat inap pertama.

Kamar pertama merupakan kelas VIP. Kamar itu luas dan berisi satu tempat tidur. Di dalamnya nyaris gelap. Hanya lampu redup di samping tempat tidur yang dinyalakan. Violet terenyak melihat tempat tidur itu kosong. Ke mana pasien anak yang dirawat di kamar itu? Dia melihat sekelilingnya. Tidak terlihat siapa-siapa.

"Suster ...."

Violet hampir melompat mendengar suara memanggilnya itu. Perlahan dia menoleh. Matanya terbelalak melihat di belakangnya berdiri seorang anak laki-laki kemungkinan berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun.

"Suster, main yuk." Anak itu bersuara lagi.

Violet tidak bisa melihat wajah anak itu dengan jelas karena pencahayaan kamar hanya remang-remang. Dan Violet membelakangi cahaya lampu hingga anak itu tertutup tubuhnya dan wajah anak itu tidak terkena cahaya.

"Kenapa kamu belum tidur? Sekarang sudah malam. Ayo tidur dulu. Mainnya besok lagi," sahut Violet.

Anak itu malah melangkah mundur.

"Nggak mau tidur! Mau main!" ujar anak itu, menolak ajakan Violet. Lalu tiba-tiba saja dia melesat bergerak cepat ke samping.

Violet tercengang. Bergegas dia menoleh, lalu berputar memandangi seluruh ruangan. Tapi anak itu tidak terlihat. Dia menyalakan lampu besar hingga ruang itu terang benderang. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan lagi. Anak tadi tetap tak terlihat.

Matanya berhenti di pintu kamar mandi. Dengan langkah pelan dia berjalan menuju kamar mandi. Dia buka pintunya dan menyalakan lampu. Tapi anak itu juga tidak ada di sana.

Dia menutup lagi pintu kamar mandi. Lampunya dia biarkan menyala. Lalu dia melangkah mendekati tempat tidur. Dia menunduk. Satu ide terbetik di benaknya. Dia berjongkok dan melongok kolong tempat tidur. Tapi dia kecewa melihat tak ada siapa-siapa di sana.

"Suster!"

Violet terlonjak mendengar suara tiba-tiba itu. Hingga dia terjengkang dan terduduk.

Dia menoleh. Anak laki-laki tadi sudah berdiri di belakangnya. Tertawa geli seolah menertawai Violet.

"Kenapa kamu nggak mau tidur? Kamu nggak ngantuk?" kata Violet berusaha tetap sabar. Dia bangkit berdiri.

Anak itu hanya menggeleng-geleng.

"Tadi kamu ngumpet di mana?" tanya Violet lagi.

Anak itu tak menjawab. Malah tertawa-tawa lagi. Kemudian dengan cepat anak itu berlari menuju pintu. Violet terenyak. Dia heran bagaimana anak itu bisa berlari sangat cepat. Bahkan tak terlihat olehnya saat anak itu membuka pintu dan keluar. Dia hanya mendengar pintu itu ditutup dengan keras.

Violet mengernyit. Perlahan dia mendekati pintu lalu keluar dari kamar itu. Sesampai di luar kamar dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Anak tadi sudah tak terlihat lagi.

Violet mengecek satu per satu data pasien yang terpasang di ujung tiap tempat tidur. Penyakit anak-anak itu bermacam-macam. Ada yang sakit tipus, ada yang bermasalah dengan paru-parunya, ada yang demam berdarah, ada yang akan dioperasi amandel. Tapi mereka tidak terlihat sakit.

Akhirnya Violet menyerah. Dia keluar dari kamar itu kembali ke meja jaga. Sepi. Tak terlihat Suster Kepala.

Violet tak ingin memikirkannya. Dia butuh istirahat sebentar setelah dikerjai anak-anak yang susah diatur tadi. Dia merebahkan kepalanya di atas meja.

Entah berapa lama dia tidur. Dia terbangun dan setelah mengerjap beberapa kali, dia terkejut melihat Suster Kepala ada di depannya memandanginya.

"Suster Kepala ...." ucapnya lirih.

"Kamu capek?"

"Maaf, Suster, saya ketiduran. Tadi saya agak kewalahan mengatur anak-anak supaya mau tidur. Semoga mereka sudah tidur sekarang."

Violet melirik jam tangannya. Sudah hampir setengah lima pagi.

"Sudah hampir subuh. Saya izin ke musala dulu, Suster. Nanti saya kembali lagi," katanya.

"Pergilah dan nggak usah kembali lagi," sahut Suster Kepala.

Alis Violet terangkat, tak menduga mendapat jawaban seperti itu.

"Suster marah pada saya, karena itu saya nggak boleh kembali lagi?"

"Saya nggak marah. Tapi sekarang sudah pagi. Tanggung kalau kamu balik lagi. Pergilah. Nggak apa-apa. Saya bisa ngawasi sendiri anak-anak di sini sambil nunggu perawat lain datang."

Violet masih tak percaya.

"Suster serius?"

Suster itu hanya mengangguk. Violet membereskan barang-barangnya. Setahunya, letak musala dari ruang rawat inap ini memang cukup jauh. Tapi dia enggan shalat subuh di sini. Dia ingin ke musala untuk menenangkan diri sejenak setelah kejadian semalam.

Violet permisi pergi. Sebelum melangkah keluar, sayup-sayup dia mendengar suara anak-anak tertawa. Keningnya berkernyit.

Anak-anak itu nggak tidur semalaman? batinnya heran.

Walau merasa aneh, dia tak ingin memikirkannya. Terburu-buru dia melangkah menuju musala. Melewati lorong-lorong yang masih sepi.

Dia menghela napas lega setelah sampai di musala. Entah mengapa ada rasa tenang dan damai berada di sini setelah semalam dia merasa terjebak dalam situasi yang aneh. Suara azan yang dilantunkan pelan oleh seorang lelaki di musala itu membuat rasa resahnya hilang.

Cukup banyak orang yang datang ke musala rumah sakit yang lumayan luas ini. Violet ikut shalat subuh berjemaah. Setelah itu, dia akan tetap berada di musala sampai pukul tujuh pagi.

Dia membaca Al Quran yang tersedia sambil menunggu pagi. Dia berharap beribadah di tempat ini bisa melindunginya dari gangguan-gangguan segala hal gaib yang mungkin ada disekitar rumah sakit ini.

**======================**

Hai teman-teman, jumpa lagi dengan lanjutan cerita ini. Merasa aneh nggak sih dengan pasien-pasien anak itu? 😱

Ini ada testimoni dari beberapa penulis tentang ATKKM. Yang suka ceritanya dan penasaran dengan kisah Siena, Nala dan Brama.

Ada yang udah nonton book trailer ATKKM versi 2?


Oh iya, Alhamdulillah, film ATKKM sekarang bisa ditonton lewat HP di aplikasi nonton Disney+Hotstar 😊

Klik trailernya ya 😊

Salam,

Arumi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top