17. Fatal
[Penggemar pasangan ini, bisa baca sampai tamat di Karyakarsa kataromchick atau yang lebih suka versi ebook, silakan untuk beli di google playbook dengan cari username 'Faitna YA'.]
Jessa bukan perempuan bodoh yang akan berdiam diri begitu mendengar Zeke, yang sudah menjadi suaminya, berniat membantu mantan istrinya yang jelas sekali sangat mencurigakan. Dari foto yang diberikan pada Zeke, semua itu hanya tipu muslihat saja. Laila masih ingin menarik perhatian Zeke. Wanita itu masih saja gatal untuk menggoda Zeke dengan berbagai alasan dan cara. Yang menyebalkannya, Zeke benar-benar bodoh dan menutup mata dengan apa yang sudah Jessa paparkan. Ya, namanya juga cinta. Pasti bodoh.
Akhirnya Jessa mencari cara untuk mengirimkan pesan pada Zaland untuk mencari tahu mengenai suami Laila. Karena Jessa tidak memiliki kekuasaan selayaknya keluarga Tatum, maka yang harus dilakukannya adalah meminta salah satu anggotanya bergerak dengan uang dan orang kepercayaan mereka. Sungguh Jessa senang mendapati bahwa tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Zaland dan bahkan ibu mertuanya bisa mengetahui bahwa Laila tidak disiksa. Iya, wanita itu tidak mendapatkan tindak KDRT sama sekali. Justru suami Laila sedang menjaga anak mereka di rumah sakit dengan tenang.
"Gimana bisa abang gue sama mantannya??" tanya Zaland begitu sampai di lobi hotel.
Jessa memberikan tatapan lelah dan dia sengaja menyentuh permukaan perutnya di depan keduanya supaya tak perlu menjelaskan apa-apa. Rasanya lelah harus menjelaskan berulang kali pada orang-orang bahwa kelakuan suaminya yang masih belum move on sangat menyebalkan dan membuatnya frustrasi.
"Zal, stop nanya pertanyaan konyol begitu ke Jessa. Dia pasti juga udah capek kasih tahu kakak kamu yang masih kegilaan sama Laila. Mommy dan papi kamu aja capek nyuruh dia cerai dulu, apalagi Jessa yang baru menjalani rumah tangga seminggu dengan kakak kamu."
Jessa suka ini. Sosok ibu mertua yang tidak menjadi nenek sihir dalam hidup Jessa. Gwen jelas tahu mana perempuan yang memang cocok untuk dijadikan menantu dengan perempuan yang tidak bisa menjaga janji pernikahan dan hanya bisa mempermalukan keluarga saja.
"Sorry, kalo gitu kita naik sekarang?" ucap Zaland.
"Suaminya Laila nggak bisa dateng sekarang?" tanya Jessa.
Tidak akan lengkap jika hanya ada mereka bertiga saja. Suami wanita itu juga harus tahu dan melihat sendiri kelakuan istrinya yang tidak beradab, menghubungi mantan suaminya ke hotel bahkan berpura-pura disiksa.
"Nggak bisa. Suaminya juga mikirin kondisi anak mereka. Mommy nggak tega membuat anak kecil ditinggalkan dua orangtuanya dan akan bermasalah di sini. Biarkan suaminya mendapatkan informasi dari orang-orang Mommy. Gimana, Jessa?"
Gwen memang bukan wanita tanpa perasaan meski memiliki kekayaan. Dia tahu bagaimana cara memanusiakan orang lain. Dan dalam hal ini, Zeke adalah pihak yang benar-benar harus disalahkan karena dia memusuhi orangtuanya yang melindungi dan memikirkan kondisinya.
"Oke, kita langsung aja ke unitnya. Tapi saya nggak punya akses untuk minta orang hotel pakai kartu akses cadangan. Saya pasti kena masalah kalau minta mereka membuka kamar hotel yang Laila gunakan, karena itu privasinya."
Menarik simpati dari Gwen adalah hal yang paling tepat, wanita itu langsung berkata, "Serahkan itu sama Mommy, kamu nggak perlu pusing." Jessa benar-benar merasa dilimpahi keberuntungan yang tidak akan bisa ditemukan di sembarangan tempat. Mendapatkan suami kaya, keluarganya yang menerima, dan dukungan dari mertua adalah hal yang sangat memuaskan. Sayangnya, selalu ada kekurangan dalam hidup manusia. Jessa mendapatkan semua itu, minus cinta dari laki-laki yang menjadi ayah anaknya.
Akhirnya mereka menggunakan akses yang luar biasa mudah karena Gwen memang bukan orang sembarangan. Segala privasi akan tetap tertutupi, dan Jessa bisa mengumpulkan bukti bahwa suaminya memang sosok yang sangat bodoh.
Pelukan yang dilakukan oleh Laila dan Zeke menjadi pemandangan yang jujur saja ... menyakitkan bagi Jessa. Bohong jika dia tidak peduli atau tidak merasakan sakit, bohong jika Jessa berkata bahwa dia tidak memiliki rasa apa pun terhadap Zeke. Tidur bersama selama tiga tahun jelas mengubah perasaan Jessa yang tadinya batu es, lama-lama mencair menjadi lautan mendamba cinta pria yang sulit sekali dirayu untuk tidak lagi setia dengan mantan istrinya. Garis bawahi, ya. Jessa merayu pria yang sudah bercerai cukup lama dari istrinya, bukan pria yang masih menyandang status suami orang.
Namun, meski merasakan nyeri mendapati semua yang bisa diperkirakannya itu, Jessa tetap memasang ekspresi keras di sana. Bahkan dia menyeletuk dengan suara yang mampu didengar semua orang di kamar tersebut. "Enak, ya, dipeluk mantan, Pak Zeke?"
Yang membuat lebih geram, Laila tidak langsung melepaskan diri. Sedangkan Zeke yang terkejut baru mendorong mundur mantan istrinya itu setelah beberapa saat memastikan situasinya sendiri.
"Jessa ... I swear I don't do anything—"
"Biar Mommy dan adik kamu yang urus ini. Aku akan pulang dengan taksi. Aku nggak ingin ikut campur dengan urusan keluarga kamu, Z. Karena aku cuma orang luar yang nggak kamu anggap istri, jadi lebih baik aku nggak terlibat apa pun yang bisa membuat hatiku lebih sakit."
Jessa tidak mengatakan omong kosong. Dia memang sakit hati melihat semua ini meski dia juga yang merencanakannya. Jessa tidak ingin susah payah berhadapan dengan Laila yang terlihat malah kesal menatap Jessa sang istri sah. Sungguh Jessa tidak ingin kondisi kandungannya kenapa-napa dengan semua yang terjadi ini. Lebih baik dia menenangkan diri dan tidak stres oleh kelakuan suaminya yang tidak mau percaya padanya.
"Jessa! Tunggu, Jessa—"
"Biar gue yang ngejar Jess. Lo urus semua ini sama Mommy. Tanya apa yang sebenernya apa yang diinginkan mantan istri lo itu, ZK."
Jessa masih bisa mendengar semua itu samar-samar karena langkahnya juga tidak terlalu cepat. Biarkan saja ibu mertuanya yang mengurus mantan istrinya Zeke itu, toh yang bisa membuat Zeke dan Laila cerai juga Gwen. Jessa hanya perlu menunggu hasil akhirnya dan memberikan hukuman untuk Zeke yang melakukan kesalahan fatal karena sudah meragukan kemampuan istrinya dalam menelaah kepura-puraan Laila.
***
Jessa menggunakan waktunya untuk melihat pekerjaan apa yang akan Zeke lakukan untuk satu minggu ke depan. Dia adalah mantan sekretaris pribadi pria itu, jadi tidak sulit untuk mengetahui password Ipad pria itu yang memang hanya berisi pekerjaannya saja. Tidak peduli bahwa ini termasuk mengacak-acak ranah pribadi Zeke, yang jelas Jessa ingin memastikan hukuman yang diberikannya akan membuat pria itu kapok.
"Boleh nggak kalo kamu handle dulu kerjaan kakak kamu, Zal?"
Zaland yang baru akan pulang menatap Jessa yang kini menjadi kayak iparnya itu dengan ngeri.
"Kenapa gue? Bukan apa-apa, itu bukan ranah gue. Lagian mau ngapain sampe nyuruh gue gantiin ZK?"
"Aku kerjasama sama Mommy kalian. Aku minta Mommy kamu pura-pura untuk bikin kakak kamu nggak bisa kerja. Dan sisanya akan menjadi rencana pribadiku untuk memberikan hukuman buat kesalahan fatal kakak kamu."
Zaland semakin ngeri saja dengan Jessa yang tetap terlihat tenang saat mengatakan akan memberikan hukuman pada Zeke itu.
"Why do you look so scary?"
Jessa menoleh pada Zaland dari Ipad Zeke dan tersenyum. "Kamu belum tahu aku sepenuhnya kalo kamu sekarang ketakutan. Aku mungkin nggak punya apa-apa, tapi aku tahu bahwa aku nggak boleh merendahkan harga diriku. Apalagi sekarang aku udah bagian dari keluarga kalian. Jadi ... kamu mau kerjasama denganku, Zal?"
Zaland tidak yakin, tapi dia tetap mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Jessa.
"Nggak ada pilihan lain, karena gue nggak mau ponakan gue nggak merasa didukung sejak dalam kandungan."
***
Zeke pulang ke rumah mereka dengan wajah panik dan mengira bahwa Jessa tidak kembali ke sana dan pulang ke rumah mamanya. Jessa yang duduk di ruang santai sambil menonton film menoleh ke belakang dan mendapati suaminya itu menghela napas.
"Saya pikir kamu akan pulang ke rumah mama kamu, Jessa."
"Kamu mau aku kasih surat perceraian sekarang, ya?"
Tubuh Zeke langsung mematung begitu mendengar kalimat tersebut.
"No. Saya nggak mau ada perceraian. Demi Tuhan, Jessa, kita baru satu minggu menikah. Kenapa kamu malah bahas perceraian? Kamu pikir saya mau menjadi duda untuk kedua kalinya?"
"Oh, kamu nggak mau jadi duda untuk kedua kalinya? Tapi kamu keliatan semangat banget untuk ketemu sama mantan istri kamu tadi? Kamu bahkan nggak peduli aku menjelaskan bahwa apa yang dilakukan mantan kamu itu palsu. Apa itu termasuk cara untuk mempertahankan pernikahan ini?"
Zeke berjalan mendekat dan berlutut di depan Jessa. Pria itu meletakkan kepalanya di paha Jessa dan meminta pengampunan atas apa yang sudah dilakukannya.
"Maafkan saya, Jessa."
"No. Nggak semudah itu kamu bisa mendapatkan maaf. Kamu pikir, hamil dengan suami yang nggak memikirkan suasana hati mudah? Kamu pikir menjalani satu minggu pernikahan dengan pria yang nggak mau melepaskan masa lalunya mudah? Kamu pikir hidup dengan pria yang selalu merasa bahwa pendapat mantan istrinya lebih valid ketimbang istrinya sendiri nggak menyakitkan? Kamu pikir melihat kamu dipeluk sama mantan istri kamu nggak bikin hatiku nyeri? Kamu udah melakukan kesalahan fatal, Z. Dalam kondisi ini, aku bisa memperngaruhi anak di dalam kandunganku untuk membenci kamu karena lebih mempercayai perempuan lain dan bahkan menyayangi anak perempuan lain yang bukan darah daging kamu. Apa kamu mau seperti itu?"
Zeke sontak saja langsung menggelengkan kepalanya dengan cemas.
"Jangan bicara seperti itu, Jessa. Saya nggak akan bisa membiarkan anak saya sendiri membenci saya."
Jessa mendengkus dan menatap ke arah lain karena air matanya terjatuh tanpa bisa ditahan.
"Jessa ... maaf karena saya sudah menyakiti kamu."
Jessa langsung beringsut berdiri dan berkata, "Satu minggu, kasih aku momen honeymoon yang nggak bisa tergantikan dengan apa pun. Berpura-puralah kamu adalah pria yang mencintai aku sepenuh hati. Aku ingin membangun satu kenangan seenggaknya yang bisa bikin aku merasa bahwa menikah dengan kamu adalah hal yang patut untuk disyukuri."
Jessa tidak peduli jika itu adalah hal yang mustahil. Meski sebenarnya tidak ada hal yang mustahil di dunia ini jika mau untuk berusaha. Sama seperti yang Jessa sedang usahakan ini, membuat hukuman pada pria itu dengan berpura-pura mencintai Jessa. Jika dipikir lagi, mungkin itu adalah hukuman yang tidak sulit sama sekali. Berpura-pura selayaknya para buaya yang bisa menaklukkan banyak wanita. Namun, bagi Zeke itu adalah hal yang sangat sulit. Dia adalah pria yang paling lurus dan tidak suka bermain-main dengan banyak wanita. Hatinya jika sudah terikat dengan satu orang, akan sulit untuk dilepaskan. Maka ini adalah hukuman yang sangat menyulitkan pria itu. Berpura-pura cinta pada perempuan yang tidak ada di hatinya.
Jessa tidak peduli, yang terpenting adalah dia puas membuat Zeke kapok. Namun, tetap terselip sedikit harapan bahwa kepura-puraan itu akan menjadi hal yang nyata dan mengikat Zeke untuk Jessa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top