16. Pelukan Mantan

[Halooo! Teruntuk kalian yang belum tahu, cerita Jessa ini udah tamat yes. Bisa baca part duluan di Karyakarsa kataromchick. Atau beli versi ebook di google playbook dengan cari 'Faitna YA'. Special chapter yang bermuatan dewasa juga adanya di Karyakarsa,ya. Happy reading.]

Sudah resmi menikah dengan Jessa selama lima hari nyatanya tidak membuat Zeke lega. Dia diusir oleh sang istri dari kamar hotel, dan ketika mereka tinggal di penthouse, Jessa juga tidak mengubah keputusannya untuk pisah ranjang. Sebenarnya mereka ini pasangan baru menikah atau bersiap bercerai, sih?

Zeke termenung sendiri di ruang kerjanya. Percuma dia ke kamar jika tidak ada Jessa di dalamnya. Kamar yang digunakannya tetap kamar utama yang dulu sering mereka jadikan tempat berbagi peluh bersama. Jessa menolak keras untuk menggunakan kamar tersebut karena katanya, di sanalah memori terburuknya berada. Entah memori mana yang paling buruk, karena Zeke tidak diberitahu dengan rinci sama sekali.

Laila Ali Syrah: Zake apa aku boleh bawa anakku ke tempat kamu? I need your help again. Aku minta maaf karena nggak bisa mengatasi masalahku sendiri tanpa melibatkan kamu.

Zeke melotot mendapatkan pesan tersebut. Tidak lagi. Sungguh ini akan menjadi masalah baru baginya dan Jessa. Malam pertama setelah acara resepsi saja Zeke sudah diusir dari kamar hotel, bagaimana dengan membantu Laila sekarang? Permasalahan yang Jessa kemukakan juga terasa masuk akal, karena memang Jessa sedang melindungi hatinya sendiri dari kemungkinan sakit hati. Laila sudah pasti adalah sumber sakit hati Jessa yang paling besar jika Zeke membantu mantan istrinya.

Zeke Mason T: Maaf, Laila. Aku nggak bisa bantu kamu.

Pesan berisi penolakan Zeke sudah tepat, kan? Dia tidak ingin basa basi menanyakan apa yang terjadi dengan Laila, karena mengetahui lebih dalam, hanya akan membuat pria itu banyak membahas hal lainnya dengan sang mantan.

Laila Ali Syrah: sent a picture

Laila mengirimkan gambar bibirnya yang berdarah dengan baju yang koyak di bagian pundak.

Laila Ali Syrah: Aku bingung harus minta bantuan ke siapa. I need you, Zake.

Inilah yang membuat Zeke tidak bisa menelan rasa tak tega. Laila yang menderita adalah hal yang tidak bisa Zeke abaikan. Apalagi jika ada anak kecil yang menjadi korban psikis. Anak Laila sudah sakit-sakitan, tidak mungkin Zeke membiarkan Laila juga menderita. Jika Laila menderita, siapa yang akan merawat anak perempuan itu.

Zeke Mason T: Kamu sekarang sebenarnya dimana? Kenapa mengalami hal semacam itu?

Laila Ali Syrah: Aku kabur dari rumah. Aku takut Zake.

Mengusap wajahnya dengan kalut, Zeke tetap tidak bisa menutup mata dengan kondisi mantan istrinya itu. Dia berdiri, bersiap untuk menjemput Laila dimana pun perempuan itu berada. Membiarkan perempuan itu di jalanan juga tidak baik.

"Jessa?"

Akhirnya Zeke memberanikan diri untuk memanggil perempuan itu. Bagaimana pun yang namanya pernikahan harus tetap didasari kejujuran. Zeke akan memulai dengan jujur mengenai kondisi Laila saat ini.

"Kenapa?"

Jessa menggunakan baju tidurnya sedang menyeduh cokelat hangat yang belakangan sangat disukai oleh perempuan itu.

"Ada seseorang yang butuh bantuanku," ucap Zeke.

"Siapa? Laila?"

Jessa tidak meleset dalam urusan menebak siapa orang yang membutuhkan bantuan Zeke saat ini. Mungkin karena sudah terlalu sering, makanya Jessa bisa hafal.

"Kenapa lagi dia?" tambah Jessa.

Zeke membuka layar ponselnya dan menunjukkan gambar yang Laila kirimkan. Jessa menyipit dan mendekatkan wajahnya pada ponsel sang suami. Kernyitan muncul di kening Jessa setelah beberapa saat mengamati tangkapan kamera ponsel selfie itu.

"Apaan itu?" ucap Jessa.

"Foto Laila, bibirnya berdarah. Bajunya compang camping. Dia lagi nggak baik-baik aja sekarang, Jessa. Kamu bisa lihat, aku udah nolak untuk bantu dia diawal chat. Tapi situasinya nggak bagus. Ini demi kemanusiaan, Jessa. Aku nggak berusaha untuk balikan sama dia atau apa."

Jessa mengibaskan tangannya seolah dia tidak peduli dengan bagian itu.

"Bukan bagian itunya. Coba lihat, tuh! Ini lipstick merah, bukan darah. Kemampuan mata kamu berkurang atau gimana? Itu bajunya bekas digunting bajunya. Nggak koyak. Dia lagi bikin skenario, nggak sedang kena musibah. You must let her face the problem by herself. Stop helping your ex wife. Karena aku adalah istri kamu sekarang, pendapatku bisa kamu pertimbangkan, kan? Atau jangan-jangan, apa pun statusku, nggak akan jadi pertimbangan kamu?"

Sudah jelas bahwa Jessa tidak memberikan izin, tapi entah kenapa Zeke merasa tetap cemas untuk diam.

"Kamu nggak bisa mengatakan hal seperti itu berdasarkan rasa cemburu kamu, Jessa."

"Okelah aku cemburu. Terus kenapa? Kalo dia butuh bantuan, dia punya keluarga. Dia nggak yatim piatu. Kenapa malah minta bantuan kamu yang bukan apa-apanya lagi? Kamu bahkan bukan ayah dari anaknya. Terus kenapa dimintai bantuan terus menerus? Kalo dia ada masalah sama suaminya, you better not meddling in other people's affairs." 

Sekali lagi ucapan itu benar. Zeke memang bukan siapa-siapa lagi dalam hidup Laila. Seharusnya memang Laila juga meminta pertolongan pertama pada keluarganya, bukan pada Zeke. Namun, Zeke masih saja memiliki pemikiran bahwa mungkin saja Laila sudah meminta tolong pada keluarganya tapi tidak digubris.

"Aku tahu apa yang ada di pikiran kamu, Z. Kalo gitu, mari kita pastikan sendiri apa yang terjadi. Aku ikut dan ingin memastikan sendiri apa tebakanku salah atau nggak."

Dan mereka berangkat menuju lokasi hotel yang Laila berikan meski Jessa sudah mengernyitkan kening karena alamat hotel yang diberikan sebagai tempat untuk kabur oleh mantan istri Zeke itu. 

*** 

Zeke tidak bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang dikatakan Jessa. Mana mungkin, sih, seorang Laila Ali Syrah menggunakan lipstik dan sengaja menggunting bajunya sendiri? Untuk apa Laila melakukannya?

"Aku tunggu di sini aja," ucap Jessa.

"Ngapain kamu tunggu di sini? Kamu bisa ikut masuk, Jessa."

"Hmm. Kamu aja."

Zeke semakin tidak mengerti kenapa Jessa bersikap begini. Entah apa yang ada di pikiran perempuan itu sekarang.

"Yakin? Saya nggak mau ninggalin kamu yang lagi hamil."

"Kamu lebih nggak mau melihat mantan istri kamu menderita. Jadi silakan naik tanpa aku yang akan mengacaukan apa pun yang terjadi diantara kalian."

Ucapan Jessa selalu menyudutkan Zeke, membuat pria itu tidak nyaman tapi memang apa yang dikatakan oleh perempuan yang berstatus istrinya itu benar. Ah, sial. Kapan bisa berubah buat nggak peduli sama Laila? Semakin lama Zeke masih peduli dengan apa yang terjadi dengan Laila, maka besar kemungkinan pernikahannya dengan Jessa bisa mengalami kemunduran. Zeke tak mau dua kali menyandang status duda, apalagi sekarang dia akan mendapatkan anak dari Jessa.

"Oke. Saya ke atas sendiri, tapi kalo kamu butuh sesuatu, langsung aja naik. Saya hanya mau memastikan kondisi Laila aja, habis itu kita pulang."

Tanpa berpikir lebih lama, Zeke meninggalkan Jessa sendirian di lantai satu dengan tempat menunggu yang memang bagus. Namun, pria itu sama sekali tidak sadar bahwa Jessa sudah menyiapkan kejutan yang akan membuat Zeke benar-benar menyesal sudah peduli pada mantan istrinya.

Mendatangi kamar hotel Laila berada, Zeke mengetuk kamar yang dimaksud oleh mantan istrinya itu dan tidak perlu menunggu lama pintu terbuka. Yang pertama kali membuat Zeke mematung melihat Laila adalah pertanyaan dimana sisa darah dan pakaian compang-camping seperti di foto? Laila tidak terlihat disiksa atau terluka sama sekali.

"What happened?" tanya Zeke bingung.

"Masuk dulu, Zake."

Zeke yang masih dungu menuruti saja permintaan Laila. Saat di dalam, dia melihat segalanya baik-baik saja. Tidak ada indikasi bahwa kehidupan Laila menjadi rusak karena dipukuli oleh suaminya yang sekarang.

"Mana pakaian kamu yang tadi? Luka di bibir kamu?" desak Zeke kembali.

Laila tidak menjawab, wanita itu malah menatap Zeke dengan mata memelas. Langkahnya perlahan mendekati Zeke, lalu Laila memeluk tubuh pria itu dengan erat. Zeke tidak bisa mengolah dengan baik apa yang sedang terjadi, tahu-tahu saja seperti ini.

"Aku nggak bisa, Zake. Aku nggak bisa melihat kamu dengan perempuan lain. Aku nggak mau kamu dengan siapapun. Aku mohon, Zake. Lari sama aku. Kita pergi sama-sama, ya? I love you, dan aku tahu kamu masih cinta aku."

Zeke terkejut dengan apa yang Laila katakan. Dia belum sempat menjawab apa-apa saat pintu kamar hotel tersebut tiba-tiba terbuka dan menampakkan Jessa, Zaland, dan Gwen di sana dengan tatapan marah. Oh, tidak untuk Jessa. Perempuan itu memasang wajah datar dan bersedekap tampak bosan.

Dalam ketegangan, Zeke mendengar istrinya berkata, "Enak, ya, dipeluk mantan, Pak Zeke?"

Zeke benar-benar dalam masalah besar. Dan dia semakin kehilangan kesempatan untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan Jessa. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top