15. Wedding

[CERITA INI SUDAH TAMAT DAN BISA KALIAN AKSES HINGGA TAMAT DI KARYAKARSA KATAROMCHICK ATAU GOOGLE PLAYSTORE DENGAN MENCARI NAMA 'FAITNA YA'. JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW AKUN INSTAGRAM FREELANCERAUTHOR JUGA UNTUK INFO TULISAN TERBARU, YA :)]


Jessa menjadi putri dalam semalam. Itu benar. Dia masih tidak percaya bahwa pesta pernikahan semegah yang dijalaninya ini bisa terlaksana dalam waktu satu malam. Iya, ini tidak bercanda. Dalam satu malam, bisa dikatakan tidak ada satu hari segalanya bisa berjalan dengan sangat megah.

Jessa masih ingat, begitu dirinya sampai di rumah dan bertemu dengan mamanya, dia lebih dulu ditarik ke kamar untuk bicara berdua, meninggalkan Zeke dan mommy-nya di ruang tamu.

"Kamu nggak bilang kalo udah punya calon?!" ungkap Raquellia dengan heboh tapi tentu saja membuat suaranya seperti berbisik.

"Dia bukan calon, Ma."

"Bukan calon, bukan calon! Kamu ini bikin Mama hampir jantungan aja! Kalo memang udah deket dengan atasan kamu, ngapain masih minta kenalan sama anak kenalan Mama, sih? Kalo kayak gini, kita bisa ribet dinilai keluarganya Kharan."

Pas sekali mamanya membahas mengenai Kharan, Jessa memiliki kesempatan untuk membahas apa yang terjadi semalam.

"Tanpa Pak Zeke dan mamanya datang ke sini, sebenernya aku memang pengen minta rencana perjodohan aku dan Kharan dibatalin, Ma."

Raquellia tidak heboh ketika menanyakan, "Kenapa? Dia memang nggak sesuai sama selera kamu, kan? Lagian selera kamu bos kamu sendiri, ngapain malah minta dikenalin?"

"Bukan karena itu, Ma. Tapi Kharan ada potensi jadi pasangan posesif dan kasar. Semalam, pas makan malam Pak Zeke telepon, dia nggak nunggu aku untuk angkat panggilan di hapeku sendiri tapi malah jawab telepon itu. Dia juga nggak langsung bilang kalo ada telepon di hapeku, dia malah nanya sedeket apa hubunganku sama Pak Zeke. Aku panik waktu dia maksa aku untuk nggak nyimpen nomor pria manapun, mau itu ada urusan sama kerjaan atau nggak. Dia nggak mau dengerin penjelasanku, dan genggam tanganku pake tenaganya yang berlebihan. Dia juga ninggalin aku di pinggir jalan, Ma. Aku takut sama Kharan. Pernikahan aku dan Kharan nggak akan pernah ada, Ma."

Barulah Raquellia menutup mulutnya dengan histeris. "Ya ampun! Kita bisa visum sekarang untuk membuat ini dijadikan perkara, Jess! Mama nggak terima ternyata anaknya si Kelin ada indikasi tukang kdrt! Pokoknya kita harus jadikan bukti visum mumpung belum 24 jam, pasti masih ada jejak dia genggam tangan kamu keras."

Jessa jelas bersyukur pada mamanya yang sangat concern dengan apa yang terjadi pada dirinya. Raquellia tidak semata-mata hanya peduli supaya putrinya cepat laku saja. Dia peduli dan bahkan tidak menyudutkan kehamilan Jessa meski memang mencubit paha Jessa agak kuat karena kecewa dengan tindakan ceroboh itu. Dengan kondisi Jessa itulah makanya Raquellia langsung mengiyakan rencana mama Zeke untuk menggelar pesta pernikahan sebelum perut Jessa semakin besar.

Tentu saja gaun pernikahan yang digunakan tidak serta merta siap dalam satu malam. Gaun milik Gwen dulu dirombak beberapa bagian dan disesuaikan dengan ukuran tubuh Jessa saja. Dan tuksedo pernikahan yang Zeke kenakan juga milik papinya yang rupanya tidak bisa melakukan apa pun lagi karena terkena serangan stroke.

"Kamu harus duduk," bisik Zeke.

Jessa menoleh pada pria yang sudah resmi menjadi suaminya, karena mereka memang sudah melaksanakan akad nikah tadi pagi. Tidak heran, sih, segalanya bisa siap dalam semalam. Sogokan untuk membuat KTP bisa selesai dalam satu hari saja bisa dilakukan, apalagi jika uang yang keluarga Zeke miliki dikerahkan dengan baik untuk membuat pesta dan menyebarkan undangan dalam waktu yang singkat? Yang mengherankan, meski sangat mendadak, semua tamu seolah bisa meluangkan waktunya untuk datang di resepsi tersebut. Tidak mungkin semua tamu yang datang di hari ini disogok juga dengan uang keluarga Tatum, kan?

"Gimana bisa duduk kalo tamunya sebanyak ini???" balas Jessa dengan kesal.

"Oh, tamunya cuma 1000 orang yang jadwalnya udah Mommy sesuaikan."

Jessa melongo dengan ucapan enteng Zeke. "1000 orang? Cuma?"

"Iya. Kali ini kita lebih beruntung menghadapi 1000 tamu aja. Di pernikahan pertamaku totalnya 20.000 tamu yang dibagi empat hari acara dan empat konsep yang beda-beda."

Jessa tahu pernikahan Zeke memang digelar dengan megah juga saat bersama Laila. Namun, Jessa tidak tahu jika acara pernikahan Zeke dilaksanakan empat hari dengan jumlah 20.000 tamu, yang berarti bahwa satu harinya ada 5000 tamu.

"Waktu aku masih jadi pegawai biasa dan diundang, itu hari resepsi yang ke berapa?" tanya Jessa.

"Khusus pegawai kalo nggak salah hari terakhir."

Jessa mengangguk memahami mengapa acara pernikahan anak presiden bisa begitu heboh. Sebab orang penting banyak yang berdatangan. Namun, ini hanya keluarga Zeke saja, yang berarti bahwa keluarga pengusaha jelas memiliki uang yang melebihi presiden jika bisa mengundang total 20.000 tamu. 

"Apa nggak malu?" tanya Jessa kembali.

"Malu kenapa?"

"20.000 tamu dan berakhir cerai? Untuk apa pesta semegah dan selama itu kalo nggak berhasil?"

Raut wajah Zeke berubah seketika. Jessa menyadari bahwa pria itu masih setia menyimpan nama mantan istrinya di hati, jadi menanyakan hal semacam ini mungkin memang menyakiti Zeke hingga langsung bungkam. Meski begitu, Jessa tidak mau meminta maaf. Dia juga sakit hati dengan sikap Zeke yang masih belum mau melepaskan mantan istrinya. Memangnya mudah menikah dengan pria yang berjanji setia untuk perempuan yang tidak seharusnya diingat-ingat lagi karena sudah berkhianat? Sulit!

Namun, seperti apa yang Raquellia katakan, "Nggak penting lagi cinta atau nggak, duda atau bukan. Anakmu butuh pengakuan. Itu dulu yang harus kamu ingat. Soal nanti kamu nggak bahagia, katakan langsung depan mukanya setelah resmi menikah. Biar dia tahu apa yang salah sejak awal, tapi tetap utamakan kerjasama sebagai orangtua bagi anak kalian." Jessa tidak ingin menjadi perempuan yang paling banyak berkorban di pernikahan ini. Dia menggunakan saran mamanya Dan akan dirinya aplikasikan setelah acara resepsi orang kaya gila ini selesai.

***

Karena pesta pernikahan dilaksanakan di salah satu hotel ternama, maka semua orang yang termasuk kerabat diberikan kamar yang tidak mengecewakan. Sama seperti pasangan pengantin baru, Zeke dan Jessa. Mereka mendapatkan kamar terbaik yang bisa digunakan untuk istirahat.

"Uwaaahh capek banget!" keluhan Jessa yang merebahkan diri di ranjang empuk hotel tersebut.

Perempuan itu menguasai ranjang tersebut dan Zeke menyingkirkan kaki Jessa untuk bergeser sedikit untuk pria itu duduk.

"Eh, eh, eh! Kamu nggak boleh di sini, Z!"

Zeke yang mendengar itu langsung terkejut. "Kenapa saya nggak boleh di sini?"

"Karena aku nggak mau tidur di satu kamar yang sama dengan kamu."

Semakin didengar, semakin Zeke kebingungan dengan keinginan Jessa. Entah bagaimana jalan pikiran perempuan itu, tapi Zeke tidak bisa menerima keputusan tidur terpisah begitu saja.

"Saya nggak mau menuruti ide gila kamu itu, Jessa. Kita sudah menikah. Apa yang kamu harapkan dengan tidur terpisah?"

Jessa bangun dari posisi telentangnya menjadi terduduk, dia menatap penuh keseriusan pada Zeke. Seperti apa yang mamanya katakan, Jessa akan menunjukkan bahwa dirinya tidak sepenuhnya bahagia dengan pernikahan ini.

"Z, harus aku katakan bahwa aku nggak sepenuhnya bahagia dengan pernikahan ini. Kamu menikahi aku karena kehamilanku. Itu pun awalnya kamu punya statement nggak akan mau menikahi aku. Terus, nggak ada cinta diantara kita berdua. Dan yang paling fatal, kamu masih mencintai mantan istri kamu. Setia menyimpan namanya di hati dan pikiran kamu. Lalu kamu masih menanyakan apa yang aku harapkan dengan meminta tidur terpisah? Aku kasih jawabannya ke kamu."

Jessa mendekatkan wajahnya pada Zeke, bukan untuk mencium bibir pria itu, melainkan menjelaskan apa yang dirinya inginkan. "Aku berharap bukan aku yang paling tersakiti di pernikahan ini. Aku berharap dengan terpisahnya kamar kita, maka aku nggak akan terbiasa dengan kehadiran kamu. Aku berharap agar nggak mencintai kamu sendirian. Aku berharap aku nggak patah hati kepada suamiku sendiri yang setia pada perempuan masa lalunya." 

Memiliki hati yang lebih dominan untuk digunakan memang tidak mudah bagi kaum Hawa. Potensi untuk sakit hati dan terluka sendirian menjadi bagian paling berisiko pula. Ekspektasi yang terlalu tinggi juga akan menggagalkan normalisasi daya berpikir Jessa sebagai perempuan. Maka sudah jelas, membatasi diri atas intensitas skinship, sex, make out, dan kedekatan fisik lainnya sebisa mungkin tidak Jessa lakukan lagi meski status mereka sudah menikah.

Aku nggak mau hatiku doang yang sakit. Kalo ada yang harus dirugikan, itu biar kamu, Z. Pria yang nggak pikirin kesempatan untuk mencintai perempuan lain selain Laila.

"Kamu harusnya nggak melakukan ini, Jessa. Bukankah cara kamu malah salah? Menjauhkan kedekatan fisik kita, berpotensi membuat hati saya sulit berubah. Harusnya kamu berusaha untuk membuat saya—"

Jessa dengan berani membekap mulut Zeke agar berhenti bicara. Perempuan itu langsung mengambil kesempatan untuk membawa secara paksa Zeke keluar dari kamar pengantin mereka. Jika begini, mereka bukannya menikmati malam pertama tapi bertengkar di malam pertama. Sungguh tidak ada romantisnya sama sekali.

"Sana, kamu pesan kamar lainnya satu lagi. Pastikan keluarga kamu nggak ada yang tahu. Aku nggak mau dinilai istri nggak sayang suami, karena kamu sebagai suami aja nggak bisa menyayangi istri dengan sepenuh hati. Kamu nggak mau, kan, ada kerabat kamu yang tahu kalo kamu masih belum bisa move on dari mantan istri kamu yang berkhianat?" ucap Jessa ketus.

Mulai malam ini memang Jessa harus tega dan ketus pada Zeke. Jika tidak, hati Jessa akan melemah dan tidak bisa bersikap tegas ke depannya. Tahan, Jess! Jangan gampang luluh dan manut aja dibawa ke ranjang! Jangan gatel!

"Tapi, Jessa—"

Jessa tidak menerima lebih banyak alasan dari Zeke, dia segera membanting pintu di depan wajah pria itu. Mulai malam ini statusnya boleh berubah, tapi rasa sakit hati dan kecewanya sebagai perempuan yang dilarang hamil masih segar diingatan. Anggap saja ini sebagai sweet revenge yang masih akan terus memberikan kejutan bagi Zeke ke depannya. Suruh siapa dia nolak dari awal dan masih pakai alibi lain untuk bisa dapetin anaknya aja?! 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top