13. Mine
Jessa menunggu di tempat yang tidak jauh dari lokasi terakhir dirinya diturunkan oleh Kharan, juga saat dirinya ditelepon Zeke. Dia mengungsi di warung kaki lima yang kebingungan dengan kedatangan pembeli dengan pakaian mewah seperti yang dikenakan Jessa saat ini. Setiap kali jessa kencan untuk mengenal lebih jauh seorang Kharan, perempuan itu selalu menggunakan gaun mahal dan mewah. Hampir tidak ada kencan mereka yang biasa-biasa saja. Kharan selalu mengajak ke restoran yang cukup mewah, dan kali ini memang sangat mewah.
Dibanding dengan Zeke yang memang memiliki banyak uang, sosok yang benar-benar memiliki uang berlebih, Kharan termasuk yang suka makan di tempat yang mewah. Zeke justru lebih banyak makan di tempat tinggalnya sendiri. Jika berada di kantor, Zeke lebih suka pesan makanan diet yang memang sekarang mudah sekali untuk ditemui. Mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam. Katering sehat Zeke akan mengirimkan makanan dan Jessa juga menikmatinya bersama pria itu.
"Bu, mau air mineral satu lagi, ya. Jangan yang dingin."
Jessa tidak peduli jika dia akan terdorong untuk kencing karena menghabiskan satu botol air mineral dan membeli satu lagi. Jessa saat ini benar-benar sedang cemas menunggu Zeke. Dia merasa tenggorokannya sangat kering hingga minum terus menerus. Bagaimana tidak cemas? Pria itu menyuruh Jessa menunggu dan percaya bahwa Zeke akan datang dalam beberapa menit, sedangkan tempat yang digunakan untuk menunggu benar-benar di pinggir jalan dan tidak banyak penerangan. Juga bayangan Zeke yang sudah tahu mengenai kehamilannya ... Jessa tidak tahu harus melakukan apa.
Tangannya bergetar saat meneguk botol minum tersebut. Lalu dengan cepat terkejut karena getaran ponselnya. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Jessa mengangkat panggilan Zeke.
"Halo."
"Kamu dimana? Saya sudah sampai di titik terakhir GPS kamu, tapi kamu nggak ada."
"Saya di warung deket dari situ. Saya nggak berani nunggu di situ karena sepi, nggak ada yang bisa saya mintai tolong kalo ada orang iseng."
"Warung deket sini ... sebentar, jangan tutup panggilannya."
Jessa memang tidak akan lebih dulu menutup panggilan telepon dari Zeke. Pria itu saja yang tadi melakukan hal tersebut. Jessa menggerakan kepalanya ke arah dimana mobil mobil Zeke muncul. Saat Jessa melihat plat nomor yang sudah dikenalinya itu, dia langsung berkata, "Sudah deket, Pak. Saya depan mobil Bapak."
Panggilan langsung terputus dan Jessa bisa melihat Zeke yang keluar dari kursi kemudinya. Melihat pria itu setelah dua minggu lebih tidak bertemu membangkitkan kenangan yang Jessa pendam dengan keras.
"Are you okay?" tanya Zeke dengan cemas.
Suasana hati Jessa yang sudah kacau menjadi lebih lemah ketika ditanya dan ditatap dengan cemas oleh Zeke. Menangis di depan Zeke bukanlah hal yang ingin Jessa lakukan, tapi dia tidak mampu menahannya lagi.
Jessa masuk dalam pelukan Zeke dengan pasti. Pria itu menciumi kepala Jessa dengan dalam. Perlakuannya, ciumannya, dan kalimat menenangkannya sungguh menghanyutkan Jessa.
"Maaf. Maafin saya karena nggak bisa mengerti keadaan kamu."
Jessa tidak mengerti kenapa pria yang sedang menenangkannya ini meminta maaf. Padahal sudah jelas Jessa melakukan kesalahan karena mengandung bayi Zeke. Pria itu sendiri yang mengatakan bahwa kehamilan hanya merugikan Jessa, tapi kenapa Zeke meminta maaf?
"Bayinya baik-baik aja? Kamu menangis karena ada yang sakit? Told me, katakan kepada saya kalau ada keluhan yang kamu rasakan, Jessa."
Jessa hanya memilih menggeleng sebagai jawaban. Dia malu jika terus menangis di warung tersebut.
"Pulang."
Zeke menangguk dan membukakan pintu untuk Jessa.
Duduk di dalam mobil milik Zeke lagi rasanya membangkitkan rindu. Jessa secara otomatis menyentuh permukaan perut dari balik gaunnya. Dia menatap ke jendela tanpa mau bicara lebih banyak dengan Zeke. Lagi pula, Jessa memang sedang bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Lebih baik begini, tidak mengatakan apa pun. Dan Jessa secara perlahan juga bisa menyandarkan kepalanya dengan kursi yang sudah diturunkan oleh Zeke tadi. Rasa kantuk menyapanya, meski air matanya masih mengalir dan mungkin sudah merusak riasannya. Sungguh dia lelah dengan drama yang dihadapinya malam ini. Meski begitu, dia akan tetap menghadapi drama lainnya yang siap menyambut dan harus diselesaikan agar tidak malah berlarut-larut.
***
[Udah pada ikutin kisah ini belum? Baca lengkap di Karyakarsa kataromchick yups. Gambar dibawah itu POV yg kubuat sendiri aja di TikTok. Buat senang-senang aja buat dibaca.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top