10. Heartbreak

Di kantor, keesokan paginya, Zeke tidak bisa berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Kekacauan di dalam kepalanya menjadi sangat riuh. Tidak bisa dihentikan sama sekali perasaan yang tidak nyaman ini melihat Jessa membereskan barangnya di kantor. Perempuan itu sudah bersikap sangat dingin kepada Zeke, dan tidak ada cara yang bisa dilakukan oleh pria itu untuk bisa mendobrak dinding dingin Jessa.

"Saya sudah kemasi barang-barang saya, Pak."

Zeke mengepalkan tangannya di depan mulut. Pria itu tampak sangat resah untuk benar-benar melepaskan kepergian Jessa. Pada akhirnya dia memang sangat sangat menyesal untuk memutuskan memecat Jessa dengan tiba-tiba.

"Saya belum temukan sekretaris pengganti. Gimana saya bisa memulai pekerjaan dengan kamu yang pergi?"

"Kemarin waktu saya nggak kerja, Bapak bisa, kok kerja. Saya yakin perusahaan sebesar MT Corp. ini nggak akan kekurangan pekerja. Nggak akan ada yang bisa membuat pekerjaan Anda terhambat, Pak. Termasuk saya."

Jessa terlalu yakin dan pandai bicara. Ditengah gelombang keresahan yang Zeke rasakan, dia tidak bisa nyaman dalam menjalankan hari jika tak mampu mengulur-ulur waktu.

"Jessa, kita bisa bernegosiasi. Saya siap untuk mempertimbangkan apa yang kamu inginkan. Kita bisa menyepakati hal-hal baru. Misalnya, kamu bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih sedikit. Saya nggak masalah, Jessa. Katakan kepada saya apa yang kamu inginkan."

Jessa menggelengkan kepalanya. Tidak tampak mau memberikan keputusan baru. Zeke benar-benar dalam masalah jika begini.

"Saya akan memberikan arahan untuk sekretaris baru Bapak nantinya, tapi saya nggak ingin datang. Saya hanya akan mengarahkan melalui panggilan video, dan Bapak tidak boleh ikut campur. Saya akan melakukannya dengan cara saya. Gimana?"

Meski itu terdengar tidak menyenangkan, tapi hanya itu satu-satunya kesempatan yang Zeke miliki. Manfaatkan sekarang atau tidak ada kesempatan sama sekali.

"Oke. Kamu boleh melakukan work from home, berapa gaji yang kamu inginkan? Saya akan berikan—"

"Pak. Saya hanya mau mengarahkan, bukan WFH untuk bekerja dengan Bapak. Saya garis bawahi, saya hanya akan mengarahkan sekretaris pribadi Bapak yang baru, bukan bekerja. Nggak perlu Bapak mencari cara untuk membujuk saya apa pun rencana Anda."

Shit. Nggak mempan. Tampaknya memang Zeke tidak diizinkan untuk melanjutkan hubungan apa pun dengan Jessa.

***

Pulang. Jika biasanya Zeke pulang ke penthouse, mulai malam ini dia tidak berniat untuk menjadikan tempat itu sebagai tempat pulang. Rumah orangtuanya yang memang luas menjadi pelarian yang paling tepat. Sebab pulang ke penthouse hanya akan mengingatkannya pada Jessa. Mengingatkan pria itu akan kenangan bersama Jessa. Khususnya kenangan yang memang berhubungan dengan permainan mereka di ranjang.

Ah, sial! Kenapa malah kesannya jadi patah hati? Padahal aku nggak menempatkan Jessa di ruang hati mana pun.

Zeke masih begitu paham bahwa hatinya terisi nama Laila, bukan Jessa. Namun, entah kenapa pria itu malah merasa kekurangan dengan perginya Jessa? Kenapa dia yang kecewa karena Jessa menghentikan pekerjaannya? Baik pekerjaan di kantor, ataupun di penthouse semuanya membuat Zeke kecewa.

"Hi, Mom!" sapa Zeke dengan lemah.

Gwen Caraqueen Tatum menatap putranya yang tidak biasanya pulang ke rumah datang dan menyapa dengan cara yang tidak pernah Gwen pahami. Ada apa gerangan yang bisa membuat Zeke pulang tanpa harus dikomando keras-keras untuk pulang? Karena semenjak perceraian Zeke dengan Laila, hampir tidak ada yang bisa mendekati Zeke termasuk orangtuanya sendiri. Zeke terlalu sibuk berkubang pada patah hatinya terhadap perceraiannya dengan Laila.

"Oh, hello, My number one son."

Meski bingung dengan kepulangan Zeke yang terlalu tiba-tiba, Gwen tetap membalas sapaan sang putra dengan senyuman lebar. Meski memang ekspresi Zeke tidak bisa dikatakan bahagia saat menyapa sang mama.

"Aku nginep di sini, ya, Mom."

Gwen menganggukan kepalanya dengan bahagia. "Ya, tentu saja kamu boleh di sini. Jangankan menginap, kalo kamu mau tinggal di sini juga Mommy nggak akan larang."

Zeke hanya memberikan senyuman singkat yang tidak sampai ke mata. Gwen tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi hingga Zeke akhirnya pulang dan memilih untuk menghabiskan waktu di sana. Benar-benar menghabiskan waktu di rumah orangtuanya, karena pria itu tidak banyak keluar, hanya sibuk di kamar dan sesekali mengunjungi perpustakaan rumah tersebut sembari membawa laptopnya.

Pada jam makan malam, tepatnya Zeke menghindari makan malam keluarga karena Zaland dan Zephyr sudah berada di rumah setelah menghabiskan waktu di tempat kerja masing-masing. Iya, adik-adik Zeke memang selalu pulang ke rumah orangtua mereka. Tidak peduli bahwa nantinya mereka akan keluar malam dan tidak pulang karena bermalam dengan perempuan yang mereka temani, keduanya tetap akan pulang ke rumah lebih dulu. Sebab Gwen selalu mengkhawatirkan ketiga anak lelakinya jika tidak pulang dan tidak setor muka. Dan selama lebih dari tiga tahun ini Zeke sudah membuat mamanya khawatir luar biasa karena tak pernah mau pulang. Tentu saja alasannya karena orangtua Zeke-lah yang memaksa adanya perceraian, makanya Zeke bersikap cuek dan tidak mau pulang sebagai ajang untuk menunjukkan kekecewaannya terhadap peran orangtuanya yang terlalu ikut campur masalah pernikahannya dan Laila dulu.

Meski begitu, jika bertemu di luar rumah, Zeke tetap menjadi anak yang baik. Tetap mencium tangan orangtuanya, tetap bicara, tetap mencium pipi dan kening mamanya. Namun, memang tak mau pulang sebagai sikap protes. Makanya, ketika sekarang Zeke pulang, Gwen tidak ingin memaksa-maksa atau menjadi sosok mama yang cerewet karena tak mau jika Zeke kembali kecewa dan pergi malam ini.

"Mommy suruh koki masak sebanyak ini buat apa? Siapa yang mau datang? Ada anak kenalan Mommy yang mau dikenalin sama aku atau Zep?" tanya Zaland cepat.

Gwen tersenyum, wanita itu senang karena kepulangan Zeke. "Kakak kamu di sini, makanya Mommy minta koki masak yang banyak."

Zaland langsung menoleh pada si bungsu yang sekarang usianya 26 tahun. "Apa?" tanya Zephyr.

"Lo tahu kayak tertua pulang?"

Zephyr menggelengkan kepalanya. "Nope. Gue juga baru tahu ini dari Mommy."

Zephyr tidak terlalu peduli jika kakak pertamanya pulang atau pergi kemana pun dia suka. Agaknya Zephyr memang tak suka dengan sikap Zeke sejak menentang usaha mama dan papa mereka demi kebaikan Zeke sendiri. Saat dulu Zeke menolak keras menceraikan Laila, saat Zeke berteriak pada mama papa mereka, Zephyr mulai tidak terlalu mau dekat dengan kakak pertamanya itu. Bukan karena benci karena kakaknya menjadi anak pembangkang. Masalahnya karena Zephyr yang pertama kali memergoki Laila selingkuh. Zephyr memastikannya pada sang mamanya yang memang suka mencari tahu mengenai hal pribadi anak-anaknya. Akhirnya, memang benar Laila selingkuh. Jika saja Laila tidak hamil anak pria lain, orangtua mereka juga tidak akan terlalu keras menyuruh Zeke menceraikan Laila. Namun, Laila sudah sangat keterlaluan memanfaatkan cinta yang Zeke punya hingga akhirnya memang selisih paham yang terjadi.

Zephyr tentu saja setuju dengan apa yang orangtua mereka lakukan, ketimbang mendukung kakak tertuanya. Karena Zephyr melihat kakak tertuanya itu terlalu tergila-gila oleh Laila yang kelakuannya tidak dapat ditolong lagi. Perempuan yang suka selingkuh tidak pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua. Harusnya kakak pertamanya itu bisa mengatur perasaan terhadap perempuan, apalagi jika perempuan yang dinikahi sudah terbiasa menduakan hati.

"Oh, come on, Zep! Kamu nggak perlu bersikap judes kayak gitu karena kakak kamu pulang." Gwen memberikan pengertian pada putra bungsunya itu.

"Mommy mendingan makan, deh. Nggak usah bahas apa-apa lagi. Aku tahu aku harus berbuat apa. Paling nggak, aku nggak nyakitin Mommy dengan teriak-teriak membela pasangan yang ternyata tukang selingkuh."

Zaland yang mendengar itu hanya bisa terbatuk-batuk. Masalahnya Zaland memang tidak menjadi saksi dalam permasalahan Zeke tersebut. Dia sibuk berada di Hawaii untuk mengurus resort pribadinya di sana dan tentu saja bersenang-senang. Anak tengah seperti Zaland memang selalu berbeda dari kakak dan adiknya.

"Aku nggak ikut-ikutan, Mom. Tapi kalo ZK pulang, itu artinya dia lagi bingung, sih."

Gwen mengernyit dengan ucapan Zaland. "Bingung kenapa?"

"Dia udah pecat Jess tanpa mikir panjang."

"Jess? Jessa Nyra maksud kamu?" tanya Gwen.

"Iya. Jessa Nyra. Dia kemakan cemburu, sih. Aku yakin banget ZK udah tahap jatuh hati ke sekretarisnya sendiri, tapi masih blunder sama masa lalunya—Laila."

Zephyr berdecak mendengar hal itu. "Lagi-lagi Laila. Bisa gila anak Mommy yang satu itu karena Laila. Hidupnya nggak akan maju kalo Laila terus yang ada di otaknya."

"Zep, Stop. Kakak kamu itu jauh lebih tua dibanding kamu, berhenti untuk bicara nggak sopan mengenai kakak kamu."

Zephyr tidak menanggapi protes yang Gwen berikan, justru dia memilih untuk mendapatkan makanannya sesegera mungkin.

Sedangkan Gwen kembali fokus pada penjelasan Zaland yang dirasa sangat penting. Sebab Gwen ingin melihat masa depan putra pertamanya menjadi kembali cerah setelah Laila mementalkan semuanya.

"Terus gimana? Apa yang terjadi sebenarnya, Zal?

Zaland menaikkan kedua bahunya dengan cuek. "Kita harus mendengarnya sendiri secara langsung dari ZK, Mom. Aku nggak mau menjadi pihak yang sok tahu. Tapi sebentar lagi pasti akan ada kabar yang agak mengejutkan tapi sebenarnya baik, sih. Mommy pasti akan suka, tapi pasti tetap nggak bisa nggak terkejut. Saranku, Mommy harus siap-siap aja. Apa pun beritanya dari mulut ZK, mari kita dengarkan baik-baik nantinya."

Semakin Zaland tidak kunjung memberitahu, semakin Gwen penasaran. Namun, Gwen sudah berjanji untuk tidak lagi menggebu-gebu atau ikut campur dalam kehidupan Zeke pasca memaksa terjadinya perceraian. Jadi yang bisa wanita itu lakukan sekarang adalah menahan diri, bersabar, bahwa sebentar lagi memang ada kabar yang menyenangkan tapi mengejutkan dari putra pertamanya itu. Gwen sungguh tidak sabar mengetahuinya. Jika memang benar Zeke sudah bisa jatuh hati pada sekretarisnya, itu adalah hal yang bagus. Artinya, Zeke sudah mulai membuka hati untuk perempuan lain selain Laila. Ya, meski memang masih ada bayang-bayang nama Laila dalam hidup Zeke. Semoga saja kabar itu cepat datang ke telinga Gwen, itu saja yang wanita itu harapkan. 

[Holaaa. Ini dia part 10, versi lengkap sampai ending bisa ke Karyakarsa kataromchick. Atauuu langsung beli e-booknya di google play dengan cari Faitna YA.

Dibawah ini juga spoiler AU VERSION PART 14 yang bisa dibaca gratis di Instagram freelancerauthor. Happy reading.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top