9.Penguasa Hati

Selesai makan siang Rudi beserta kedua temannya memutuskan untuk segera kembali ke kantor karena jam makan siang hampir usai. Mereka hanya berjalan kaki karena Rudi mengajak Rey dan Arya makan siang di restoran yang berada tepat di samping kantor.
Saat berjalan, Rudi tak sengaja memperhatikan kios kecil yang menjual hijab yang  berada di samping restoran.

"Kalian duluan aja deh, saya mau ke toko itu sebentar," kata Rudi pada kedua temannya.

Rey dan Arya mengerutkan keningnya.

"Kamu mau beli hijab?" tanya Arya.

"Udah sana duluan saja," kata Rudi kembali.

"Nggak deh, saya mau ikut kamu aja. Kali aja ada cewek cantik di sana," sahut Rey.

"Ah kamu Rey, jones banget jadi orang sampai segitunya," sahut Arya.

"Ya sudah ayo," ajak Rudi.

"Eh tunggu, saya juga ikut deh," seru Arya.

Rudi tampak memilih-milih hijab syar'i. Entah mengapa bayangan wajah Izza yang tampak cantik berseri dengan hijab yang melindungi mahkota kepalanya menari-nari dalam pikirannya hingga tanpa sadar membuatnya tersenyum.

"Kayaknya tunangan kamu kan nggak pake hijab, Rud," celetuk Arya.

"Iya ya," imbuh Rey.
"Buat emaknya kali," sambungnya lagi.

"Mbak, ini tolong dibungkus ya." Kata Rudi pada pelayan toko sambil menyerahkan dua hijab syar'i berwarna kuning dan merah muda.

"Ciaahh warnanya anak muda, pasti bukan buat emaknya," celetuk Arya.

"Memangnya nggak boleh, emak-emak pake warna yang begituan?!" sahut Rey ketus.

"Sudah ayo," ajak Rudi yang tak mau ambil pusing dengan opini dari kedua temannya ini.

Setelah selesai melakukan transaksi Rudi, Rey dan Arya segera kembali ke kantor.

***

Yanti berjalan beriringan dengan ibu-ibu tetangga saat selesai menghadiri acara pengajian di masjid. Yanti memang kerab mengisi waktu luangnya untuk mengikuti kajian-kajian di masjid atau pun di rumah tetangga yang mendapat giliran berketempatan untuk menggelar kajian keliling rutin yang diadakan seminggu sekali.

"Bu Yanti, sebentar lagi mau nambah mantu dong ya," celetuk Bu Nana.

"Iya Bu, allhamdulillah akhirnya Rudi nggak nunda-nunda lagi mau menikah," sahut Yanti.

"Bu Yanti beruntung lho dapet mantu seperti Anjani anaknya si Mas Surya itu, orangnya cantik sopan lagi," kini giliran bu Lestari yang ikut menimpali, sedangkan Yanti hanya tersenyum.

"Ehh tapi pas kok yang laki tampan sholeh dan yang perempuan juga cantik, baik, sopan tapi sayang kurang satu ... maaf ya Bu Yanti, kurang hijabnya,"  imbuh Bu Nana.

"Itu nanti kan bisa pelan-pelan belajar, Bu. Sinta juga belum bisa berhijab jadi saya nggak mau maksa atau bagaimana, Bu Nana. Biar dia berhijab karna Allah," sahut Yanti.

"Iya Bu Nana, nih!" sahut bu Lestari.

"Sepertinya Bu Yanti sayang banget ya sama calon mantunya," imbuh Bu Nana.

"Ya harus dong," sahut Bu Lestari sedangkan Yanti hanya tersenum mendengar ocehan tetangganya itu.

***

Pukul lima sore Rudi sudah nongkrong di depan mobilnya menunggu Ayu keluar dari kantor. Namun ada satu hal lagi yang membuat ia datang lebih awal kali ini, ia ingin memberikan hijab yang ia beli tadi kepada wanita lain selain  yang berhasil menyedot perhatiannya.

"Izza," panggil Rudi saat ia melihat Izza berjalan hendak melewatinya.

Izza berhenti. "Iya, Mas Rudi," sahut Izza.

"Ini ada sesuatu untuk kamu." Kata Rudi sambil menyerahkan bungkusan kecil kepada Izza.

Izza mengambilnya, "ini apa, Mas?" tanya Izza

"Hijab, buat kamu. Tadi nggak sengaja saya lihat ini dan jadi keinget sama kamu trus saya beli deh," sahut Rudi.

Izza tersenyum canggung, "Mas tidak perlu repot-repot seperti ini. Lagian saya nggak sedang ulang tahun kok," sahut Izza tak enak hati.

Bagaimana tidak, mati-matian Izza ingin melupakan perasaannya  pada Rudi, kini malah Rudi seakan mendekat padanya.

"Tidak harus menunggu sampai kamu ulang tahun dulu baru saya ngasih ini sama kamu kan," sahut Rudi.

"Saya senang sekali kalau kamu mau memakai hijab ini," imbuh Rudi.

"Mas, saya--"

"Rud, kamu udah nyampai dari tadi?" belum sempat Izza menyelesaikan kalimatnya Ayu tiba-tiba datang.

"Mbak Ayu, baru kok, Mbak," sahut Rudi.

"Emm ... saya permisi, Buk Ayu, mas Rudi," pamit Izza.

"Eh mau ke mana, bareng kita aja Za. Lagian Rudi juga nggak keberatan kok kalau cuma nganter kamu ke kost, iya kan Rud?!" kata Ayu yang meminta persetujuan pada Rudi lebih tepatnya penekanan untuk mengiyakan ajakannya pada Izza.

"Iya," sahut Rudi.

***

"Kenapa lo, Nu? Muka kusut amat kayak koran bungkus cabe!" celetuk Doni salah seorang teman sekantor Wisnu.

"Bini gua ngambek udah hampir seminggu Don, pusing gua," sahut Wisnu frustasi.

"Hahaha ... kok bisa?"

"Waktu ke Semarang kemaren nggak sengaja ketemu sama mantan gua, Don. Entah gimana ceritanya tiba-tiba dia nubruk gua, meluk-meluk gua gitu deh."

"Dan lo menikmatinya?" 

"Ya gitu deh ...," sahut Wisnu.
"Namanya juga udah bertahun-tahun nggak ketemu, Don. Dan gilanya lagi dia tambah cantik," sambung Wisnu.

Doni menepuk jidatnya kasar saat mendengar penuturan dari Wisnu, "bego' lo."

"Hei gua ngomongin masalah gua sama lo biar gua dapat solusi bukannya malah nambahin kuping gua panas bego!'" seru Wisnu.

"Ya lo rayu lah atau apalah gitu, ajak liburan kek, makan malam romantis di luar kek," sahut Doni.

"Masalahnya bini gua orangnya keras banget dan nggak gampang buat ngrayu dia. Mana gua udah nggak dapet jatah seminggu sebelum ke Semarang, ditambah ada masalah kayak gini ... tambah nggak dapet jatah deh gua. Apess ...apesss ...."

"Bhuuaahahhaa ...." Tawa Doni pecah mendengar kemalangan yang menimpa temannya itu.

"Resek lo, malah diketawain!" seru Wisnu.

"Lagian lama amat sih lo nggak dapet jatah gitu."

"Iya, seminggu sebelum ke Semarang  dia dapet tamu bulanan," sahut Wisnu lesu.

"Gua ada ide, yang ini pasti lo sama dia lengket lagi," sahut Doni.

***

"Terima kasih, Mas Rudi, Bu Ayu." Ucap Izza saat turun dari mobil milik Rudi.

Ayu dan Rudi mengangguk dan tersenyum atas ucapan terima kasih dari Izza.

"Emm ... saya masuk duu ya m, Bu Ayu, Mas Rudi," pamit Izza.

"Iya Za, kita langsung ya," sahut Ayu.

Kemudian Rudi melajukan mobilnya saat Izza sudah masuk ke dalam rumah kostnya.
Sampai di kamar kostnya, Izza langsung mandi. Selesai mandi Izza berdiri di depan cermin meneliti wajah ayunya yang tampa riasan apapun.

"Aku cantik ... tapi tidak secantik dia yang sudah berhasil menguasai hati Mas Rudi," gumam Izza pada dirinya sendiri di depan bayangannya di cermin.

Izza mencoba hijab yang di berikan oleh Rudi tadi, "apa masih ada harapan untukku mendapatkannya," gumam Izza kembali.

*** 

........bersambung.........

Semarang, 28 Juli 2019

Salam

Silviadhaka

Repost 01-03-2021
















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top