7. Jakarta
Selesai acara pertunangan, Rudi beserta rombongan langsung pulang menuju Gunung Kidul, Yogyakarta karena orang tua dan keluarga Rudi memang berasal dari sebuah desa di daerah Gunung Kidul.
Rasa lehah akibat perjalanan jauh dari Gunung Kidul ke Semarang lalu kembali lagi ke Gunung Kidul lagi tak ia rasakan lantaran rasa bahagianya yang tak terkira.
Pagi harinya Rudi sudah harus berdinas kembali, ia mendapatkan telepon dari pimpinannya jika untuk beberapa hari ke depan ia akan bertugas ke Jakarta.
Rudi mengambil ponselnya, rencananya ia akan mengabari Anjani jika ia akan langsung pergi ke Jakarta tanpa bisa bertemu dengannya terlebih dahulu.
Tuuttt....tuttt.... tut....
"Kok nggak diangkat sih, nanti aku coba lagi deh," gumam Rudi saat panggilan telponnya tak juga terhubung dengan tunangannya.
"Rud, ayo sarapan dulu ibu sudah siapkan," kata Yanti yang tiba-tiba muncul di ambang pintu.
"Iya, Buk." Sahut Rudi sambil berjalan mengikuti ibunya yang mulai berjalan menuju ruang makan.
"Makan yang banyak, Rud. Nggak setiap hari kamu bisa makan masakan Ibumu," kata Kasmiran pada putranya.
Rudi tersenyum, "iya Pak, Rudi selalu kangen sama masakan Ibu kalau pas ke luar kota," sahut Rudi.
"Mbak Anjani pinter masak nggak sih, Mas?" tanya Sinta adek perempuan Rudi yang ikut menimpali obrolan bapaknya.
"Iya Rud, nggak harus cantik saja tapi pintar masak dan ngurus suami itu juga yang jadi utama lho," sahut Yanti.
"Anjani sih bisa masak tapi nggak yang rumit-rumit," sahut Rudi.
"Ya nggak apa-apa, kan bisa belajar lagi yang penting kan dia mau masuk dapur," sahut Yanti.
"Kalau nggak bisa masak kan bisa beli toh, Buk," timpal Kasmiran.
"Eh Bapak ini gimana toh, memangnya anakku meh ditukok'ke sego warungan wae toh, boros ngerti rak ... Jadi istri itu juga harus pintar masak biar suami betah di rumah, iya toh?" sahut Yanti.
"Seprti bapak ini ya, Buk?" tanya Sinta.
"Iya to ...," sahut Yanti lagi.
"Rudi dinas ke Jakarta Buk, Pak," kata Rudi pada orang tuanya.
"Lhoh ini kamu nggak ke Yogyakarta to?" tanya Kasmiran.
"Nggak, Pak. Rudi dapat telpon hari ini juga harus ke Jakarta," sahut Rudi.
"Berapa hari?" tanya Yanti.
"Belum tahu, Buk. Mungkin dua atau tiga minggu. Bisa kurang juga bisa lebih," sahut Rudi.
"Lama juga ya ...," sahut Yanti.
"Berarti nggak bisa ketemu Mbak Anjani dong," timpal Sinta.
"Yaa begitulah ...," sahut Rudi.
"Di sana tinggal di hotel apa di mes, Rud?" tanya Kasmiran.
"Di hotel, Pak," sahut Rudi.
"Dari pada di hotel mendingan kamu nginep di rumahnya Mbak'yumu Si Ayu saja, Rud," imbuh Yanti.
"Iya Mas, mending di sana aja," timpal Sinta.
"Iya deh, tapi aku belum bicara sama Mbak Ayu. Mungkin beberapa hari aku tinggal di hotel dulu lah, lagi pula aku kok nggak enak juga sama Mas Wisnu kalau tiba-tiba aku datang ke sana dan nginep sampe berminggu-minggu," sahut Rudi.
"Setahuku Mas Wisnu orangnya baik kok," sahut Sinta.
"Yaa ... tapi kan mas yang nggak enak, Dek," sahut Rudi.
"Ya nanati aku coba hubungi Mbak Ayu dulu deh," sahut Rudi kembali.
Selesai sarapan Rudi bergegas menuju kamarnya untuk menyiapkan beberapa keperluan yang harus ia bawa pergi ke Jakarta. Namun ia terlebih dulu menyempatkan untuk berpamitan pada tunangannya.
***
Tiba di Jakarta Rudi langsung menuju rumah Ayu dan Wisnu, menggunakan taksi. Tadi pagi selesai sarapan niat hati Rudi akan menghubungi Ayu namun belum sempat Rudi menghubungi Ayu, Wisnu sudah lebih dulu menghubunginya. Wisnu berkeluh kesah tentang istrinya yang saat ini sedang marah padanya, lalu saat Rudi bicara akan tiba di Jakarta siang nanti Wisnu tampak antusias dan menyuruh Rudi agar menginap di kediamannya.
"Woi, udah nyampe aja nih .... Ayo masuk, Si Ayu udah kayak singa bertelur tuh di dalam," kata Wisnu lesu saat menghampi Rudi yang baru saja menginjak halaman rumahnya.
Rudi tersenyum lalu mengikuti langkah Wisnu yang masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," salam Rudi.
"Wa'alaikum salam," sahut Ayu.
"Lhoh Rud, kok kamu ada di sini?" tanya Ayu yang bingung atas kedatangan adik sepupunya itu.
"Iya Mbak, aku ada dinas di Jakarta selama beberapa minggu," sahut Rudi.
"Nah ... kebeneran nih, kamu nginep di sini kan?" tanya Ayu.
"Kalau nggak ngrepotin sih, Mbak," sahut Rudi.
"Ya enggak lah, Rud. Mbak malah seneng tahu nggak. Kebetulan mbak lagi nggak ada temen buat ngobrol di rumah, kamu bisa juga jadi supir mbak buat nganter jemput mbak kerja," sahut Ayu yang begitu antusias.
"Kan ada aku yang nganter jemput kamu, Sayang," sahut Wisnu.
Namun Ayu tak mau menyahuti perkataan dari suaminya itu, ia lebih memilih menghampiri Rudi dan menggandengnya. "Ayo mbak antar kamu ke kamar tamu. Pasti kamu udah capek banget, ngantuk juga kan perjalanan jauh," kata Ayu pada Rudi
"Iya, Mbak." Sahut Rudi yang mengikuti langkah Ayu. Rudi membalikan badannya menghadap Wisnu namun Wisnu tampak bingung dan hanya mengangkat bahunya.
"Istirahat gih, mbak tinggal dulu ya ...," kata Ayu.
"Iya, Mbak," sahut Rudi.
***
............bersambung...............
Semarang, 14 Juli 2019
Salam
Silvia Dhaka
Repost 27-02-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top