Sembilan
An/
Bgr, 10 april 2018
10:45
Sekali² an diatas 😂
Aku gak tahu gimana reaksi kalian baca part ini. Part ini dibuat disela2 ngerjain laporan yang amit2 bikin tangan kriting. Aku bener2 jadi juru tulis karena bikin laporan pakai pulpen standard, plus penggaris butterfly. 😄😄
Selamat menikmati part ini 😘
💞💞💞
“Helena.”
Uluran tangan mengarah ke Runa, dengan senyum terpaksa Runa meraih dan menjabat tangan perempuan yang datang bersama suaminya. “Runa,” balas Runa yang ikut memperkenalkan diri.
“maaf ya mba Runa, kita ganggu malam-malam gini,” ucap Helena, senyum lebar menghiasi paras manis perempuan berambut hitam itu. Tak ada yang terucap dari bibir Runa untuk menanggapi ucapan Helena, ia hanya melemparkan senyum tipis. Helena melirik ke arah Dito, perempuan itu merasa cangung dengan tatapan menilai yang Runa tunjukkan. Dito yang juga merasakan situasi tak mengenakan diantara mereka mencoba membuka suara.
“Helen, kebiasaan pakai rok mbak Runa, kalau naik motor susah naiknya, makanya ikut mobil Mas Irsyad,” ucap Dito. Lelaki berkepala plontos itu tampaknya menangkap sinyal-sinyal cemburu dari tingkah Runa yang tak bersahabat dengan Helena. Berbeda jauh saat bertemu dengan dirinya untuk pertama kali dulu, Dito yang notabenenya adalah anak buah Irsyad disambut dengan sangat ramah oleh Runa saat berkunjung ke rumah ini.
Runa menganggukkan kepalanya masih dengan senyum tipis yang terukir. Ia lalu melingkarkan tangan kirinya di pinggang Irsyad. “iya aku ngerti kok Mas Dito, kalau kerja kan perempuan lebih sering pakai rok, lebih kelihatan feminim ya Mba Helena?” ucap Runa berpendapat yang disetujui Helena. “wajarlah, asal jangan buat narik perhatian suami orang aja, ya ‘kan Yah?” ucap Runa, kepalanya terangkat menatap suami di sampingnya.
Suasana langsung berubah semakin canggung saat Runa menyelesaikan kalimatnya. Irsyad dengan cepat memperbaiki suasana yang melingkupi teras rumahnya. Ia menmbalas rangkulan dipinggang Runa, menpereratnya dan menghadiahkan sebuah ciuman di kening sang istri. Irsyad menyadari betul ada kecemburuan dihati istrinya, dan Irsyad menyukai itu, hanya saja ucapan istrinya mulai berlebihan, dan harus segera dihentikkan agar tak menyinggung orang lain.
“Kalian mau lanjutkan kerjaan ‘kan? Ayo masuk, banyak nyamuk kalau disini,” ajak Runa yang melangkah lebih dulu ke dalam rumah meninggalkan Irsyad dan dua rekan kerjanya.
“maaf ya El kalau Runa bicaramya seperti itu,” ucap Irsyad pada Helena.
“Enggak masalah, aku paham kok, aku juga perempuan jadi ngerti perasaan istri kamu,” ucap Helena, ia menepuk bahu Irsyad lalu melangkah masuk ke dalam kediaman Irsyad. Disusul oleh Dito lalu Irsyad.
Pintu rumah sudah ditutup oleh Irsyad, ia masuk ke dalam rumah menyusul yang lain ke dalam ruang keluarga. Disana Helena dan Runa sedang berdiri didepan sebuah figura besar yang menempel di dinding.
“ini foto pernikahan kalian?” tanya Helena sambil menunjuk foto yang menampilkan wajah pemilik rumah. Runa yang memakai gaun berwarna putih tulang sedang memegang sebuket mawar putih, ia sedang berdiri di samping lelaki yang tampak gagah dengan setelan jas hitamnya. Tak ada senyum disana, wajah keduanya tampak begitu datar tanpa ekspresi.
Irsyad tertawa mendengar pertanyaan Helena yang terucap dengan menunjukkan ekspresibtak percaya, sedangkan Runa sedang mengangguk, mengiyakan pertanyaan Helena. Irsyad mendekat ke arah keduanya. “iya ini foto kami, ini foto yang diambil pertama kali kami jadi suami istri, aku udah pernah cerita kan ke kamu El, gimana kami dulu,” ucap Irsyad yang disambut kekehan Helena.
Runa terdiam memandang ke arah dua orang didepannya. Matanya bahkan tak berkedip ketika melihat interaksi keduanya. Saat Helena menepuk bahu Irsyad sambil tertawa menutupi mulutnya. Dan apa barusan yang dikatakan Irsyad. Memang kamu cerita apa saja pada perempuan ini? Sebenarnya siapa sih Helena ini? Kenapa dia bisa seakrab ini dengan kamu Syad?. Runa dan pikirannya semakin mencurigai keduanya yang terlalu akrab. Entah apa yang keduanya tertawakan, tak ada suara yang Runa tangkap ia hanya sibuk memperhatikan perempuan yang sedang tertawa sambil memukul pelan bahu suaminya beberapa kali.
“kalian mau terus mengagumi kecantikkan aku?” tanya Runa dengan nada yang terdengar cukup sinis. Irsyad membalikkan tubuhnya ke arah Runa. Begitu juga dengan Helena yang ikut mengalihkan pandangan kearah ibu satu anak itu. Irsyad kembali tertawa, ia lalu merangkul bahu Runa dan menarik hidung Runa.
“sok cantik ah kamu Bun, kamu sadar enggak, mata kamu di foto itu kelihatan menyeramkan, kalau Kakak lihat pasti dia udah nangis kejer?” ledek Irsyad, jepitan di hidung Runa tak dilepaskannya, lelaki itu malah menggerakkannya ke kanan dan kiri.
Runa menepis tangan Irsyad dari hidungnya. “ kakak enggak pernahnnangis kalau lihat foto ini. Lagi pula emang menurut kamu, kamu itu ganteng?” balas Runa dengan dagu yang terangkat menantang Irsyad.
“coba aja tanya sama El yang matanya lebih sehat dari mata kamu,” sahut Irsyad. “El, aku ganteng enggak difoto itu?” tanya Irsyad pada Helena sambil terkekeh. Kekehannya jelas membuat Runa naik darah. Dikepalanya seperti ada buih-buih hasil pembakaran hatinya yang siap meledak.
Dito muncul dari arah kamar mandi sambil membenarkan celananya, ia begitu kaget mendengar ucapan Irsyad. Ia meneguk air liurnya sendiri ketika melihat Runa yang sudah menekuk wajah, apalagi ketika Runa menghentakkan kaki dengan sangat kesal, namun anehnya Irsyad seperti menutup mata, ia tak mempedulikan wajah kesal sang istri, lelaki itu justru asik bercakap-cakap dengan Helena. Dito yang mencium aroma kecemburuan bergegas mendekati tiga orang itu.
“Mbak laper nih, minta makan boleh enggak?” tanya Dito yang memecah suasana. Dengan tak tahu malunya lelaki yang lebih muda dari Irsyad itu meminta makan pada tuan rumah.
“Eh, Mas Dito belum makan? Aku juga sampai lupa enggak bikin minum buat kalian, kamu sih Yah, asik aja berdua bukan ingetin aku,” sindir Runa sambil berjalan ke dapur. Irsyad melipat bibirnya untuk menahan tawa, benar-benar ia puas melihat istrinya kesal sendiri. Runa sendiri sudah sibuk dengan gelas-gelas didepannya.
Suara denting kaca yang beradu dengan sendok memenuhi ruangan yang tak terlalu luas itu. Tak lama Runa membawa baki berisi dua cangkir teh hangat dan segelas susu vanila. Runa meletakkan cangkir-cangkir itu diatas meja ruang keluarga. Irsyad dan teman-temannya sudah duduk diatas karpet, Dito sudah mengeluarkan laptopnya, sepertinya mereka sudah bersiap untuk melanjutkan pekerjaan.
“kalian mau makan apa?—” tanya Runa sambil meletakkan cangkir di depan Helena dan Dito. ”— Aku cuma punya sepiring pasta itu juga udah dingin, lagipula enggak akan cukup untuk kalian bertiga,” lanjut Runa yang memberikan gelas susu pada Irsyad. Irsyad meletakkan gelas itu di atas meja.
“Kamu masak Run?” tanya Irsyad. Runa mengangguk.
“aku buat pasta tadi, aku pikir kamu pulang cepat, tadi aku udah siapin porsi buat kamu,” jelas Runa. Irsyad meneguk ludahnya, merasa bersalah karena sudah membuat istrinya menunggu, ia juga menyesali kebodohannya karena tidak menghubungi Runa untuk memberi kabar bahwa dirinya pukang agak telat.
“maaf ya, aku lupa enggak kasih tahu kamu kalau pulang telat,” ucap Irsyad sambil mengusap tangan Runa yang duduk di sampingnya.
“iya udah enggak apa-apa,” sahut Runa. “Mas Dito jadinya mau makan apa?” tanya Runa mengalihkan obrolan karena malu menjadi tontonan Dito dan Helena.
“Nanti aja mba, lanjutin aja dulu elus-elusannya,” ledek Dito, Runa yang malu sampai menundukkan wajah menyembunyikan rona dipipinya. Irsyad malah tertawa kencang melihat istrinya seperti itu.
“Ketawanya dikondisikan Pak, anaknya udah tidur loh,” ucap Runa sambil bangun dari duduknya dan bergegas menuju dapur.
“istri kamu lucu banget Mas,”ucap Helena sambil menggelengkan kepalanya.
“iya emang gemesin,” sahut Irsyad yang berusaha menghentikkan tawanya.
“Mas Dito aku buatin nasi goreng aja ya,” ucap Runa yang muncul kembali
“apa aja mbak,lapar banget soalnya,” jawab Dito sambil mengusap perut.
“kasih pasta aku aja Run, biar enggak kebuang,” sahut Irsyad.
“iya bener mba, yang ada aja aku udah lapar banget soalnya,” ucap Dito. Wajah lelaki itu memang menampakkan wajah lelah dan kelaparan.
“terus kamu nanti mau makan apa?” tanya Runa pada Irsyad. “Mbak Helena mau makan apa?” tanya Runa beralih pada Helena.
“tadi saya udah makan sama mas Irsyad di jalan.” Jawaban yang dilontarkan Helena membuat mata Runa memincing, sedangkan Dito kembali meneguk air liurnya, kalau begini terus mulutnya bisa kering karena terus menelan air liur.
“aduh Len, lo nyeburin diri sendiri ke sumur berisi anaconda, dililit mati aja lo Len,” batin Dito.
Runa melirik tajam ke Irsyad, matanya menunjukkan berbagai pertanyaan yang tak bisa ia ungkapkan langsung ke suaminya itu. Jadi mereka lama karena makan berduaan dulu? Hebat.
“tadi macet Bun, aku udah kelaparan, kebetulan ada tukang nasi goreng di pinggir jalan,” ucap Irsyad menjelaskan, lelaki itu mulai khawatir kesalahpahaman Runa semakin menjadi.
“Oh gitu... ya udah bagus lah kalau gitu. Berarti kamu enggak telat makan ‘kan Yah—,” ucap Runa dengan senyum tipis. “—mas Dito, aku masakin nasi goreng aja ya,” lanjut Runa dengan suara yang begitu manis dan senyum lebar.
“Enggak usah mbak, aku makan pastanya Mas Irsyad aja,” tolak Dito, tangannya bergerak memberi isyarat penolakkan.
Lewat sudut matanya ia melirik ke arah Irsyad takut-takut, sial sekali dirinya terjebak dalam situasi tak menyenangkan antara suami istri itu. Sebenarnya hatinya yang terlalu berlebihan atau atasannya yang kelewat bodoh tak bisa menangkap sinyal peperangan dari istrinya itu.
“udah aku buatin nasi goreng aja, kesannya aku tuan rumah pelit banget kasih kamu makanan yang enggak jadi di makan suamiku,” ucap Runa, bicaranya sambil berlalu berjalan menuju dapur namun jelas tersirat sindiran di balik kalimatnya.
Dito kembali melirik Irsyad, lalu beralih melihat Helena, ditatap oleh Dito, Helena hanya bisa mengangkat bahu, perempuan itu menyusul Runa ke dapur, setelah Dito memberi kode dengan gerakkan kepalanya agar Helena mengikuti Runa dan menjelaskan semuanya.
“Mas, itu Mbak Runa gimana?” tanya Dito cemas.
“enggak gimana-gimana, memang kenapa?” tanya Irsyad balik. Dito sampai mengerutkan kening saat mendengar ucapan atasannya itu.
Benar-benar ini orang, enggak takut tidur di luar, batin Dito.
====
“Mbak Runa, Akia udah tidur ya?” tanya Helena begitu masuk ke area dapur. Runa yang sedang mengulek bawang dan cabai merah menengok ke sumber suara, Helena sedang berdiri di belakangnya lagi-lagi dengan senyum mengembang.
“iya udah tidur, tadi nunggu ayahnya pulang sampai ketiduran,”jawab Runa yang sudah kembali berhadapan dengan ulekan batunya.
“aku sering lihat foto Akia di ruangan Mas Irsyad, sampai wallpaper ponselnya pun Akia—,” ucap Helena yang langsung disambut tatapan penuh tanya oleh Runa.
“mbak Helena suka lihat ponsel suami saya?” tanya Runa dengan penuh curiga.
“eng... beberapa kali Mbak, karena kami sering bareng, saya suka lihat kalau diletakkan ponsel di meja,” jawab Helena gugup, sepertinya dirinya salah memilih topik saat memulai obrolan dengan Runa.
“oh...iya dia memang gitu sama anak gadisnya, sampai kadang-kadang saya aja dilupain kalau mereka lagi berdua,” jawab Runa santai dan kembali mengulek bawang.
“hah? Masa sih? Susah ya kalau punya anak perempuan, kita istrinya—“
“kita?” selak Runa.
“ehm, maksud aku kita...kita sebagai istri akan tersisih kalau ada anak perempuan,” ucap Helena melanjutkan kalimat yang belum ia selesaikan.
Kalimat bermakna ambigu yang membuat Runa tak lagi menumbuk bumbu-bumbu dapur. Sekarang yang diinginkan Runa malah menumbuk wanita dengan rok pendek sedengkul itu dengan ulekan batu ditangannya.
“saya sih enggak masalah disisihkan kalau saingannya sama anak sendiri, tapi kalau saingannya perempuan lain...” ucap Runa, ada jeda sebentar sebelum Runa melanjutkan ucapannya. “... saya ikhlas ridho ikut kelas taekwondo, karate , boxing atau kalau perlu berguru ke konoha sekalian buat nyingkirin itu perempuan gatel,” ucap Runa sambil mengeratkan genggaman pada ulekannya.
Helena tertawa kecil mendengar ucapan Runa yang menurutnya sangat. Berguru ke konoha? Benar-benar daya imajinasi yang mengerikan.
“tapi Akia memang lucu mbak, aku suka dikasih lihat foto-fotonya sama Mas Irsyad, kemarin sempat lihat juga waktu mereka video call aku diajak, kalau Akia anak aku, kayaknya menyenangkan deh,” ucap Helena yang membuat Runa kembali terdiam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top