Have Fun
Irsyad tersenyum mendapati anak perempuannya yang berada di kamar mandi dengan handuk pink membalut tubuhnya. Tangannya yang terlipat diatas dada memperhatikan si kecil yang tengah mematut diri di depan cermin sambil melantunkan lagu yang Irsyad tak tahu judulnya. Ia hanya tahu Runa lah yang mencekoki anaknya dengan lagu berbahasa korea itu.
"Hey mama... ijen nege jidode... nana onjena ope... hey Mama nana nana nanana nana... hey mama hey mama eyoooo, em sori mamaaa," pekik Akia.
Irsyad yang bersandar di daun pintu tertawa melihat anaknya, entah menuruni siapa Akia bisa secentil itu.
Akia menoleh dan menunjukkan cengiran ke arah sang Ayah. "Nyanyi dong Ayah," ajaknya.
Irsyad menggeleng. "Kakak aja, Ayah mau dengar suara bagusnya Kakak," sahut Runa.
"Okeee," teriak Akia. Dan jadilah konser mini Akia Gashanni di dalam kamar mandi, di depan cermin kecil yang sudah di sejajarkan dengan tubuh si kecil. Akia mengambil tempat duduk kecil dan menaikinya, berdiri di depan cermin dan melantunkan lagu yang berbeda dari tadi.
"Emang lagi manja, lagi pengen di manja," ucapnya dengan muka centil menghadap cermin.
"Jangan lagu itu, Kak., lagu anak-anak aja ya, balonku balonku," protes Irsyad saat Akia melantunkan lagu yang berbeda dengan yang tadi.
"No," teriaknya.
"Itu lagu nenek, emang Kakak mau jadi nenek-nenek?" Ucap Irsyad menakut-nakuti.
"No," sahut Akia dengan wajah takut.
"Kakak, udah yuk mandinya, nanti masuk angin," ucap Runa yang baru memasuki kamar.
"Mandinya udah dari tadi, konsernya yang enggak udah-udah," sahut Irsyad saat Runa menghampiri mereka di kamar mandi.
"Ck.ck.ck... ayo udah ya, gantian sama Ayah, katanya mau jalan-jalan, ayo buru pakai bajunya," ucap Runa sambil menggandeng Akia ke luar kamar mandi.
Wajah cemberut Akia yang konsernya di hentikkan sang Bunda membuat Irsyad tertawa.
"Anakmu ngambek tuh, Bun," ucap Irsyad lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Mata Runa turun menatap Akia yang mungil. Detik berikutnya ia menyejajarkan tubuh dengan anaknya. "Anak Bunda udah besar banget sekarang... enggak boleh ngambek-ngambek ya, nanti enggak di ajak jalan-jalan sama Ayah," ucap Runa sambil mencubit pipi Akia.
"Mau jalan-jalan," rengek Akia dengan bibir mencebik.
"Iya,iya..emang mau jalan-jalan kemana sih sama Ayah?" Tanya Runa.
"Emol," sahut Akia dengan wajah berseri, wajahnya benar-benar menggemaskan.
"Mau beli apa di emol, Kak?" Tanya Runa sambil menyiapkan baju yang akan Akia kenakan.
"Coklat," jawab Akia yang sedang memainkan jemarinya sendiri.
"Coklat?" Tanya Runa pura-pyra terkejut. "Nanti Bunda di kasih ya," pinta Runa yang di angguki oleh Akia
"Makasih, Kakak," puji Runa atas niat Akia yang mau berbagi coklat dengannya.
"Sama-sama Bunda," sahut si kecil sambil tersenyum menggemaskan.
Di usianya yang menginjak tiga tahun Akia semakin menggemaskan, Runa seperti memiliki boneka hidup yang bisa ia dandani sesuka hatinya.
"Mau pakai baju yang mana, Kak?" Tanya Runa sambil menunjukkan dua pakaian berbeda warna pada anaknya.
Satu stel pakaian dengan kaos berwarna merah muda bergambar unicorn dan rok pendek yang senada dengan atasannya dan satu pakaian lainnya, kaos putih dan dress bertali tipis berwarna hitam dengan renda di bagian bawahnya.
"Cno whet," ucap Akia menatap Bundanya.
"Kalau pakai baju snow white nanti gerah, Kak, nanti minta di buka. Ini aja ya," ucap Runa sambil menunjukkan setelan kaos putih dan dress hitam bertali tipis.
Akia memajukan bibirnya, ia tetap menginginkan baju snow white yang di belikan ayahnya.
"Nanti pakai ini," rayu Runa sambil menunjukkan bando berbentuk telinga mickey mouse pada Akia. "Kayak minnie, lucu 'kan," bujuk Runa.
Akia langsung tersenyum dane melompat girang.
"Ya, ya, mau pakai itu," unjuknya ke arah bando.
Runa tersenyum senang karena berhasil membujuk Akia.
❤
"Ayooo..." pekik Akia mengagetkan Irsyad yang sedang menyetir. Di tengoknya Akia yang berada dikursi belakang, anak itu sedang menggoyangkan tubuh bergantian ke kanan dan ke kiri dengan microphone pink yang di beli satu minggu lalu.
"Hai tayo, hai tayo,dia bis kecil ramah," ucap Akia melantunkan salah satu lagu kartun anak yang disiarkan di televisi.
Irsyad dan Runa tertawa bersama melihat Akia yang bernyanyi sambil menggerakkan tubuh seolah ada irama yang mengalun.
"Jalan menanjak... jalan berbelok, dia selalu berani," lanjutnya sambil menggerakkan tubuh seolah jalanan memang berbelok.
"Dia selalu berani," sambung Akia sambil memejamkan mata. "Meskipun gelap dia tak sendiri, dengan teman tak perlu rasa takut," lanjutnya saat membuka mata.
"Indahnya hari ini mari bergembiraaa," ucap Akia tangannya melebar ke kanan kiri seperti diva-diva yang baru saja menyelesaikan lagunya. Runa bertepuk tangan melihat anaknya, Irsyad yang sejak tadi memperhatikan dari spion tersenyum geli melihat tingkah anaknya.
"Ayah, Good?" Tanya Akia yang sudah berada di sela-sela kursi depan.
"Bagus, hebat nih anaknya,Ayah," puji Irsyad membuat Akia tersenyum.
"Bunda, Good?" Tanyanya kini pada Runa.
"Good," jawab Runa lalu mencium pipi Akia.
Akia tersenyum lalu membalas ciuman Runa, membuat iri sang ayah yang berada di sampingnya.
"Ayah dong di cium," pinta Irsyad dengan manja. Akia langsung mencium pipi Irsyad tanpa di pinta dua kali. Ciumannya kali ini lebih lama di banding pada Bundanya.
"Lagi, satu lagi," pinta Irsyad saat Akia melepaskan ciumannya.
"No," tolak Akia. Sontak Runa tertawa keras mendengar jawaban anaknya.
Tanpa rasa bersalah Akia kembali ke kursinya.
"Ayo ayah, cepatlah. Kakak mau beli coklat," ucap Akia.
"Oke, oke, kita ngebut ya," ucap Irsyad.
"Iya iya ayooo," teriak Akia bersemangat.
Irsyad memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, seperti tadi. Ia tak meningkatkan kecepatan seperti yang ia katakan pada Akia, ia hanya menghibur anaknya yang mulai memajukan bibirnya saja karena tak sabar menuju toko coklat kesukaannya.
❤
Si cantik yang imut dengan bando mickey mouse di kepala terlihat riang saat menaiki eskalator. Matanya memperhatikan sekeliling mencari toko tempat biasanya ia bersama orang tuanya membeli coklat.
"Ayah, nanti beli coklat yang banyak ya," pintanya pada Irsyad yang sejak tadi menggengam tangan Akia.
"Kalau kebanyakkan nanti gigi Kakak sakit," sahut Runa.
Akia terlihat cemberut mendengar jawaban Bundanya. "Mau yang banyak," gumamnya bersamaan dengan tubuhnya yang di angkat Irsyad saat mereka sudah berada di lantai atas.
"Iya, nanti beli banyak tapi enggak boleh di habiskan semua ya, taruh di kulkas dulu, kakak makannya dua dulu aja," ucap Irsyad menyenangkan hati anaknya.
"Tiga," sahut Akia merayu sang Ayah.
"Dua aja ya, nanti gigimu bolong ada ulatnya, mau?" Ucap Irsyad menakuti.
"No," jawab Akia yang langsung memegangi kedua pipinya.
Runa menggelengkan kepala melihat interaksi ayah dan anak itu. Ia yang menggendong si kecil berjalan di depan keduanya sambil mendengarkan celotehan Akia.
"Nanti Abang di kasih enggak?" Tanya Irsyad.
"No, abang masih kecil, enggak boleh makan coklat nanti engg..." jawab Akia terlihat berpikir untuk melanjutkan kata-katanya. "Eng... nanti... nanti perutnya aduh ya 'kan, Bunda?" Jawab Akia dengan wajah lucu meminta dukungan dari Bundanya.
Runa tertawa kecil, ia membalikkan tubuhnya sambil mengangguk. "Iya, nanti perut abang aduh, Kakak juga enggak boleh makan banyak-banyak, nanti perutnya aduh," ucap Runa sambil membetulkan poni Akia yang terbelah di tengahnya.
Akia mengangguk mengerti. "Ayah, turun," pintanya.
"Tapi enggak boleh lari-lari ya," ucap Irsyad memperingatkan anaknya. Akia mengangguk mengerti yang di larang oleh Irsyad. Anak itu langsung mengenggam tangan ayahnya setelah kakinya memijak lantai.
Keempatnya berjalan menyusuri lantai tiga salah satu mall besar di kota. Akia terlihat begitu senang, beberapa kali ia menanyakan ini itu pada ayahnya. Seperti saat melewati toko yang menjual alat-alat olahraga outdoor, Akia menanyakan berbagai hal diantaranya: itu toko apa? Jual apa? Berapa harganya? mahal tidak? Anak kecil boleh main surfing? Dan semuanya di jawab oleh Irsyad penuh hati-hati. Anak ini terlalu ingin tahu, apa saja ia tanyakan tak jarang ia mencoba beberapa hal yang sudah ia tanyakan. Seperti dulu ketika Irsyad melarangnya bermain gunting, ia sudah menjelaskan bahwa anak kecil tidak boleh main gunting nanti kalau terpotong bisa terluka kesakitan lalu ia pun sudah menyimpan gunting itu tapi entah bagaimana caranya Akia menemukannya. Dan dengan asiknya ia menggunting salah satu anggota tubuhnya. Melihat anaknya yang anteng di depan televisi irsyad menghampiri dan betapa terkejutnya ia melihat lantai yang penuh dengan taburan rambut. "Ayah, Kakak enggak sakit kok," ucap Akia sambil menggunting rambutnya. Saat itu Irsyad mulai belajar memilah kalimat. Ia harus benar-benar menjelaskan dengan rinci pada Akia.
"Tanteeee El," teriakkan Akia membuat beberapa pengunjung toko coklat menoleh. Gadis kecil itu berlari mendekati counter pemesanan. Runa dan Irsyad yang berada di belakang gadis itu menggelengkan kepala melihat anaknya yang begitu lincah.
"Eh ada si cantik, ayo sini, tante punya coklat baru," ucap Helena, perempuan berperut besar itu sedikit membungkuk menyamakan tinggi dengan Akia.
"Tantenya jangan di ajak lari, Kak," ucap Runa saat melihat Akia menerima gandengan tangan Helena.
❤
"Jadi gimana kabarnya, Mas Dito, Mbak El?" Tanya Runa pada wanita yang tengah mengandung enam bulan.
"Baik, dia titip salam buat kalian," ucap Helena sambil tersenyum.
"Tante, lagi," pinta Akia sambil menyerahkan piring kecil di tangannya ke Helena.
"Udah ya, Ka, nanti gigimu sakit," ucap Runa memperingatkan anaknya.
"Lagi, Bun," rengek Akia.
"Nanti lagi ya, Sayang," ucap Runa. Akia diam dan kembali duduk di tempatnya. Runa yang tak tega melihat anaknya menekuk wajah, akhirnya mengambil setengah porsi chocolate ice cream miliknya dan memindahkan ke piring Akia.
"Kalau ini habis, udah ya, besok lagi," ucapnya. Akia yang senang langsung mengangguk dan mengambil suapan di sendoknya.
Irsyad tersenyum lalu mengacak rambut Akia. Anak itu makan dengan begitu cepat, seolah lupa oleh sekelilingnya. Setelah selesai menghabiskan semua ice cream Akia turun dari kursinya dengan bantuan Irsyad.
"Kakak mau nari, buat Tante El," ucapnya. "Makasih ya tante, Kakak suka es krim," ucapnya dengan senyum mengembang.
"Bunda, lagu," ucapnya ke arah Runa.
Runa tersenyum lalu membentuk jarinya sebagai tanda ok. Alunan musik terdengar, musik yang biasa Akia dengarkan di malam hari sebagai pengiringnya dalam pertunjukkan tari di depan kedua orang tuanya. Tubuhnya kini meliuk-liuk seperti penari balet, lucu sekali, Helena tertawa gemas ketika anak itu menggerakkan pinggul, bergoyang ke sana kemari. Sebagai penutup tariannya anak itu membungkukkan tubuhnya. Orang tuanya serta Helena bertepuk tangan dan bersorak untuk pertunjukkan singkat Akia. Akia yang terlihat malu berlari ke arah sang Ayah, bersembunyi di antara paha sang Ayah.
"Dito belum berani ketemu kamu, Syad," ucap Helena. "Malu katanya," lanjut Helena.
"Aku juga masih takut sama dia," sahut Irsyad membuat Helena tersenyum kecut.
"Ayah, ih, enggak boleh gitu," tegur Runa.
"Kamu bayangin aja,Run, aku masih trauma ingatnya," balas Irsyad.
"Iya aku ngerti kok, tapi dia lagi berusaha buat sembuh kok, Syad," sahut Helena.
"Aku enggak nyangka, Mbak Helena bisa sekuat itu bujuk Mas Dito, aku salut banget," puji Runa.
Helena tersenyum. "Kalian kapan mau ngasih adik buat Abang?" Tanya Helena mengganti topik pembicaraan.
"Nanti dulu deh, Mbak, aku capek ngedennya," jawab Runa.
"Tapi aku enggak capek kok, Run, buatnya," sambung Irsyad.
Helena tertawa, sedangkan Runa memukul paha suaminya dengan sangat keras.
"Bunda, enggak boleh pukul-pukul, nanti Ayah aduh," tegur Akia yang membuat ketiga orang dewasa itu tertawa.
Akia si kecil yang selalu membuat sekitarnya mengurai tawa itu ikut tersenyum. Menampilkan deretan gigi susunya. Wajahnya yang cantik dan menggemaskan serta tingkah dan ucapannya yang terkadang terdengar manja selalu bisa membuat sudut bibir orang terangkat.
❤❤❤
Dahhhh, udahhhhh, selesai yaaaa...
Cerita meragu usai di sini.. tapi jangan langsung di hapus dari library kalian. Siapa tau aku khilaf terus ngasih extra part baru atau mungkin info tentang pembukuan cerita ini. Itupun kalau peminatnya banyak, atau kalau ada penerbit yang nyantol pengen minang 😄😄😄 pede gila kan gue.
Tapi enggak apalah namanya juga angan-angan, siapa tau terwujud, ia gak? 😌😁
Kuucapkan terima kasih pada kalian wahai readersku yang udah bersedia baca ceritaku, udah rajin ngevote, udah rajin komen. Terimakasih banyak.
Jangan lupa baca ceritaku yang lain ya, ada Giana yang nasibnya apes ketemu emak-emak tukang nyinyir, ada Maira juga yang cadel dan berkelakuan "aneh" 😄😄.
Salam sayang kecup manja muach muach 😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top