Dua puluh tiga

“Irsyad!” pekik Runa. Kursi yang ia duduki terdorong hingga jatuh ke belakang. Kaget. Reaksi yang Runa alami begitu melihat suaminya menghadiahkan bogem mentah ke wajah Dito.

“Gue udah bilang sama lo, jauhin keluarga gue,” ucap Irsyad, satu tinjuan kembali bersarang di perut Dito. Lelaki yang mengenakan t-shirt polo berwarna navy itu tak sedikitpun melawan malah menyunggingkan senyum tipis persis seperti beberapa waktu lalu saat Irsyad memukulinya.

Beberapa orang yang sedang menyantap makanan di sana menatap bingung dengan kejadian itu. Tak ada yang berusaha menahan Irsyad atau menjauhkan lelaki yang diliputi amarah itu dari Dito, Runa yang melihat suaminya kalap itu berusaha memisahkan seorang diri. Di tariknya lengan Irsyad agar tak terus menerus memukuli Dito.

“Irsyad berhenti! Kamu apa-apaan sih! Aku bilang berhenti, Syad!” ucap Runa dengan suara tinggi. Namun sayangnya, tak bisa membuat Irsyad berhenti memukuli wajah Dito. Dengan kesal, Runa mencubit pinggang Irsyad menariknya kuat hingga Irsyad memekik kesakitan.

“Berhenti atau aku tarik lebih kuat sampai kulit kamu lepas!” ancam Runa.

Irsyad yang kesakitan mendorong tubuh Dito hingga lelaki itu tersungkur, kini ia menarik pergelangan tangan Runa agar menjauh dari pinggangnnya dan membawa istrinya menjauh dari tempat itu. Irsyad menyebarangi jalan tanpa menengok kanan kiri sedikitpun. Runa yang berjalan di belakangnya kesulitan mengimbangi langkah Irsyad. Ia menghentakkan tangan, berusaha melepaskan pegangan Irsyad di pergelangan tangannya.

“Lepas!” ucap Runa saat keduanya sudah berada di seberang.

Tak ada sahutan. Irsyad kembali menarik Runa agar mengikuti dirinya. Irsyad berjalan menuju parkiran mobil.
Tanpa berucap apapun ia memasukkan Runa ke dalam mobil dan menutup pintu dengan keras.

“Ngapain Dito duduk di sana?” tanyanya sambil menyalakan mesin mobil.

“Dia baru datang dan duduk di depan aku mana mungkin aku usir,” jawab Runa. Tubuhnya menyamping menghadap Irsyad, tatapannya mengisyaratkan ia butuh penjelasan dari tingkah brandalan Irsyad barusan.

“Mulai hari ini kamu jauhin Dito, jangan pernah percaya sama ucapan dia. Apapun itu,” ucap Irsyad memperingatkan Runa.

Kening yang berkerut tercetak jelas di paras Runa. Bingung dengan ucapan Irsyad, bukankah Dito itu teman Irsyad? Lalu kenapa suaminya melarang ia berdekatan dengan Dito? Apa karena...

“Apa yang kamu sembunyikan dari aku?” tanya Runa, suaranya tegas, matanya memincing penuh kecurigaan.

Irsyad menghela napas, matanya menatap tangan yang berada di kemudi, bergerak menelusuri lengan kecil itu sampai matanya bertemu dengan pemilik tangan. “Nanti aku jelaskan,” ucap Irsyad sambil mengusap lembut punggung tangan yang masih berada di atas kemudi.

“Sekarang,” pinta Runa, memaksa.

“Nanti,” tegas Irsyad. Ia memindahkan tangan Runa, meletakkannya di atas paha pemiliknya. Tanpa membuang waktu, Irsyad melajukan mobilnya, meninggalkan area kantor.

^^^^

“Kamu benar-benar lucu, Syad,” ucap Runa dengan senyum smirk yang ia berikan untuk lelaki di hadapannya.

Siang ini akhirnya ia kembali ke rumahnya, bersama Irsyad namun sayang bukan ia yang di jemput seperti ucapan Irsyad beberapa hari lalu, melainkan dirinya yang secara tidak langsung menjemput Irsyad.

“Apa yang lucu?” tanya Irsyad tak mengerti.

“Kamu suruh aku enggak dekat-dekat dengan Dito karena ini ‘kan sebenarnya?”  tanya Runa, ia meletakkan handphonenya ke atas meja. “kenapa enggak bilang sih, Syad? Kalau kamu bicara baik-baik sama aku, aku akan mundur,” ucap Runa dengan mata berkaca-kaca.

Giliran Irsyad yang tak paham ucapan istrinya, ia langsung mengambil handphone yang tergeletak itu. Tak perlu waktu banyak bagi Irsyad untuk memahami arah pembicaraan Runa.

“Ini enggak seperti yang kamu pikirkan, Run,” ucap Irsyad mencoba menjelaskan. Ia tahu foto yang dikirimkan ke Runa itu membuat istrinya berpendapat negatif. Foto yang menampakkan dirinya dan Helena saat makan siang tadi memang hanya foto biasa. Tapi jika dalam situasi seperti saat ini, setan pasti akan membisikkan berbagai macam hasutan hingga akhirnya banyak pemikiran negatif tentangnya.

"Ini nomor Dito," ucap Irsyad yang baru saja mencocokkan nomor yang tertera di handphone Runa dengan kontak di handphonenya.

"Aku enggak peduli itu nomor siapa, yang aku peduliin foto itu, bisa kamu jelasin foto itu ke aku?" Tanya Runa.

"Aku memang lagi makan siang sama Helena tadi, itu memang foto kita berdua, terus salahnya dimana, Runa? Kami hanya makan, apa kamu lihat kami pegangan tangan atau rangkul-rangkulan?" Tanya Irsyad yang membuat Runa terdiam.

“Dengar aku, Dito itu sengaja bikin kamu mikir hal-hal jelek, dia itu mau ngerusak rumah tangga kita, Runa,” ucap Irsyad. Tangannya yang sudah berada di bahu Runa mengerat, tatapan matanya lurus memandang ke iris Runa, memberikan keyakinan pada istrinya bahwa semua yang di katakannya kebenaran.

Runa melepaskan tangan Irsyad di bahunya, ia merebut handphone di tangan Irsyad. Jemarinya lalu bergerak di atas layar, mencari nama di deretan kontak yang mengiriminya chat.
"Ini," ucapnya, tangannya kembali menunjukkan sesuatu di handphonenya. "Baca," perintahnya dengan nada ketus.

"Bisa kamu jelasin tentang ini?" Tanya Runa.

Irsyad membaca kalimat-kalimat di pesan tersebut. Wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya, matanya beralih ke arah Runa. Ia tak mampu menjelaskan karena saat ini dirinya pun di landa kebingungan.

“Kamu sengaja pecat Dito biar kalian bisa bebas melakukan itu ‘kan?  Atau jangan-jangan seminggu aku enggak di rumah ini kamu dapetin lagi kehangatan dari dia?” ucap Runa.

“Runa!” bentak Irsyad. "Aku benar-benar enggak tahu kenapa ikat pinggang aku ada di apartemen Helena!" ucap Irsyad, suaranya mulai meninggi.

"Terus menurut kamu, ikat pinggang ini punya kaki! Atau dia menggeliat sampai ke tempat Helena gitu!" bentak Runa.

"Helena sendiri yang bilang. Ikat pinggang ini ketinggalan di apartemennya! Kamu ngapain ke apartemennya sampai buka ikat pinggang!" Bentak Runa lagi, airmatanya sampai bercucuran.

Ia merasa di khianati oleh Irsyad. Kerasa di bodoh-bodohi, di permainkan oleh suaminya sendiri. Entah apa lagi yang hatinya rasakan karena terlalu banyak emosi yang meluap di sana.

"Kenapa kamu enggak jujur, Syad. Kenapa kalian harus ngarang cerita, mengalihkan cerita bahwa Helena suka sama Dito biar aku mikir kalian enggak ada hubungan apapun. Tapi sekarang aku malah jadi yakin kalian punya hubungan lain selain hubungan kerja,” ucap Runa.

"Aku cuma berteman dengan Helena, Runa. Tolong percaya sama aku, kamu yang bilang kalau kita harus saling percaya 'kan? Kenapa sekarang kamu yang meragukan aku, Run," ucap Irsyad dengan suara lembut, tangannya bergerak mengusap rambut Runa. "Percaya sama aku," ucapnya lagi, meyakinkan istrinya.

Runa memperhatikan Irsyad, matanya tak lepas memandang suaminya. Entah benar atau tidak yang di ucapkan oleh Irsyad, Runa tak sepenuhnya yakin walaupun ia berusaha untuk yakin dan mempercayai Irsyad.

Runa masih terdiam, menelaah setiap ucapan Irsyad dan terus mengawasi raut wajah  Irsyad. Menatap lekat ke dalam mata suaminya. Mencari kebenaran dari setiap kalimat yang keluar dari mulut Irsyad. Kini, ia benar-benar takut di bohongi. Ia takut sedang di permainkan disini. Dan ia akan lebih berhati-hati mulai saat ini. Baik Irsyad maupun Dito tak akan ada yang Runa percayai, ia akan mencari tahu sendiri, sebenarnya ada apa antara Irsyad dengan Dito, Irsyad dengan Helena dan Helena dengan Dito. Tiga orang dengan rahasianya masing-masing.


An.
Ini enggak tahu bisa di tangkap atau enggak sama kalian. Tetiba seminggu ini aku ngheng buat menjelaskan semuanya. Efek stres menghadapi enam bulan ke depan 😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top