17. Gagal Fokus
Aku mencoba menenangkan diriku dengan menarik nafas lalu hembuskan keluar dari mulut.
Sungguh kejadian ini membuatku speechless banget.
Mataku melirik ke arah Pak Manajer yang tampak serius mendengarkan khotbah dari sang Pastor itu.
Kenapa Dimas bisa sesantai ini ya? Apa cuma aku doang yang di sini merasa deg-deg'an?
Wah... wah....
Kayaknya jantungku benar-benar bermasalah. Tanganku berkeringat dingin. Dan aku sudah gelisah duduk di sini.
Ya Tuhan....
Aku bakal malu banget ketemu sama Dimas lagi di kantor, kalau seandai nya dia nolak aku nanti.
Kayak nya aku harus bergerak cepat untuk membatalkan acara perkenalan yang sudah di atur oleh Gita dan Alex.
Tanganku merogoh ponsel yang aku simpan di dalam tas. Begitu dapat, aku langsung mengirim pesan pada nya.
Melodi Sanjaya
Dek, acara perjodohan nya tolong di batalkan aja ya.
Aku menunggu balasan nya, namun sudah 15 menit belum juga ada jawaban.
Lalu aku berinisiatif untuk mengirimkan chat BBM juga pada nya.
•Gitaaa....!
•Baca pesan kakek!
•Eh itu typo, kakak mksud nya.
•Perjodohan nya batal ya, kakak berubah parkiran.
•Yaelah typo lagi!
•Susah amat ngetik di android!
•Pikiran, itu mksud kaka.
Geram banget deh ngetik di keyword android.
Kalau bukan karena mikir mahal beli nya, udah aku banting ke lantai ini ponsel.
Ku lirik lagi ke layar ponsel, dan belum di read juga sama si Gita. Mataku terus mencari keberadaan nya. Tadi dia duduk di mana ya?
"Mel, kamu kenapa duduk nya gelisah gitu?"
"Hah?" Aku menoleh ke arah Dimas. "Oh... bukan, aku cuma... cuma mau lihat pengantin nya saja. Mega cantik banget."
Good! Sekarang aku udah pintar bohong! Di dalam Gereja pula!
Aduh... makin banyak deh catatan dosaku.
"Semua pengantin wanita pasti di make up cantik di hari pernikahan nya. Sama kayak kamu hari ini," Ujar Dimas pelan. Supaya tidak mengganggu acara pemberkatan yang ada di depan.
Aku mengangguk mendengar perkataan nya.
Tapi tunggu dulu....
Tadi di akhir kalimat, Dimas bilang apa?
Sama kayak kamu hari ini....
Itu maksud ucapan nya bilang kalau aku cantik kan?
Iya nggak sih?
"Hem... maksud nya sama itu apa ya?" Tanyaku.
Lebih baik bertanya kan? Daripada sesat di jalan.
Pak Dimas terlihat terkejut dengan pertanyaanku tadi. Seolah-olah dia baru sadar kalau barusan kelepasan bicara.
Nah, kalau tadi aku yang tampak gelisah. Kini malah si Manajer ini yang duduk nya gelisah. Dia membasahi bibir bawah nya sambil menggaruk tengkuk nya yang aku yakin itu tidak gatal sama sekali.
Kemudian dia melirik ke arahku yang sedang menatap nya serius karena menunggu jawaban dari bibir nya.
Dimas berdehem sejenak, lalu mulai berbicara. "Maksud nya itu, kamu terlihat cantik dan anggun memakai kebaya ini."
"Ooh...."
"Hem... kamu mau permen?" Tawar nya padaku.
"Boleh."
Dia memberikan sebuah permen kiss berbungkus warna merah.
Saat membuka bungkus permen, aku tidak sengaja membaca tulisan yang ada di belakang nya.
Ciyee, jodoh nya udah mulai mendekat.
Aku tertegun setelah membaca nya. Jodohku udah mendekat? Siapa? Apa maksud nya itu Pak Dimas ya? Ini seriusan?
Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. Ih, apaan sih Mel! Ini itu cuma kebetulan. Tapi kalau itu kode keras untukku, gimana ya? Apa dia mau di jodohkan sama perempuan biasa sepertiku? Kalau aku sih anugerah dapatkan Pak Dimas, lah dia dapatkan aku yang musibah!
Lidahku langsung mengemut permen yang di berikan si Manajer kaku tadi. Setelah itu dia tidak mengajakku berbicara apapun lagi. Karena dia sudah kembali fokus menghadap ke depan.
*****
Aku langsung keluar dari Gereja saat acara pemberkatan selesai. Mega dan Damar resmi menjadi suami istri sekarang. Tiba-tiba ponsel di dalam tasku bergetar.
Ternyata itu dari Gita, dengan cepat aku menjawab nya telepon nya.
"Kak Mel di mana? Ayo kita foto keluarga dulu sama pengantin nya?"
"Ih, kamu nggak baca pesan sama chat Kakak tadi ya?"
"Iya belum baca, emang ada apa?"
"Yaudah nanti Kakak bicarain sama kamu. Kalian lagi di depan kan foto nya?"
"Iya."
"Oke, Kakak jalan ke sana."
Aku kembali ke dalam Gereja untuk ikut sesi foto bareng mereka.
Begitu ketemu dengan Gita dan Alex. Aku langsung mengatakan pada mereka untuk membatalkan acara perjodohan itu. Untung nya mereka mengerti dan tidak memaksaku.
Sekarang ini kami lagi berdiri untuk menunggu sesi foto. Soal nya ini masih giliran foto dari pihak keluarga Damar.
Aku melihat 6 pria yang memakai kemeja biru yang sama sedang berfoto bareng dengan pengantin. Salah satu nya ada Pak Dimas di sana. Dia tersenyum menghadap kamera dan menampilkan lesung pipi nya itu.
Timbul satu pertanyaan dalam benak ku. Itu 6 cowok yang berdiri di sana sepupu nya Damar ya? Karena penasaran aku pun bertanya pada Alex.
"Alex," Panggilku.
"Hem?"
"Itu cowok-cowok yang foto bareng Damar, sepupu nya semua ya?"
"Iya."
"Hem... terus cowok yang mau di jodohin ke aku itu yang mana?"
"Kenapa Mel? Penasaran ya? Berubah pikiran?" Tanya nya meledek ku.
Alex tertawa saat aku menepuk bahu nya pelan.
"Aku cuma pingin tahu, gitu doang."
Kemudian dia menunjuk orang nya padaku. "Yang itu, cowok paling kiri nomor 3 dari Damar. Nama nya Biyan, seorang Arsitek."
Loh... loh... loh....
Jadi bukan Pak Dimas yang mau di jodohin ke aku? Tapi cowok yang nama nya Biyan.
Ya ampun Mel!
Kegeeran banget sih kamu!
"Haaahaaa...." Aku jadi tertawa sendiri sambil menutup wajahku.
Sumpah ini itu lucu banget!
Selama di dalam Gereja tadi otak aku terlalu berfikir panjang tentang hubungan aku dan Dimas. Padahal bukan dia yang di jodohin ke aku.
Astagaaa....
"Kakak kenapa tertawa sendiri?" Tanya Gita.
"Hem, nggak apa-apa dek. Kakak teringat sama hal yang lucu aja tadi."
Tak berapa lama, tiba giliran kami yang berfoto dengan pengantin nya.
Tiba-tiba Mama menarik tanganku dan berbisik. "Jangan lupa Mel, ambil satu bunga melati yang ada di rambut Mega."
"Oke Ma," Jawabku mengangguk.
Aku langsung mengusir sepupuku yang lain untuk bisa berdiri di samping Mega.
"Geser-geser dong, aku mau foto di samping Mega."
"Ih mana boleh gitu, kamu di ujung aja Mel." Kata sepupuku yang lain.
"Enak aja! Di sini itu, aku sepupu yang lebih tua di banding kalian. Jadi tolong minggir dong, hargai orang yang lebih tua."
Para sepupuku pun langsung menggeser posisi.
"Curang nih, masa bawa-bawa umur sih!" Gerutu yang lain.
Hahaa....
Bodoh amat!
Yang penting misi untuk mencuri bunga melati dari rambut Mega harus berhasil.
Satu tanganku berada di belakang pinggang Mega untuk menjalankan aksi konyol ini. Sementara mataku harus menghadap ke depan sambil mendengarkan arahan si photographer nya.
Orang-orang yang ada di depan kami pun ikut memfoto dengan kamera HP milik mereka. Aku tetap berusaha untuk tampil tersenyum padahal tanganku di belakang sedang bergerak menjalankan aksi.
Tapi sial nya, gerakanku berhenti saat melihat Pak Dimas tersenyum manis banget. Aku tidak tahu itu senyum untuk si pengantin atau untukku. Sampai akhirnya dia merabah kantong nya dan mengeluarkan ponsel milik nya.
Kemudian dia berjalan ke depan seperti ingin mengambil foto juga. Tapi kenapa aku merasa kamera ponsel miliknya cuma fokus ke aku ya?
Shit! Shit! Shit!
Mama...
Melodi kok jadi pingin pipis sih?
Aku udah mulai nggak fokus mau ngapain. Sampai aku menyadari ada kilatan cahaya kamera ke arah mataku.
CEKREKK!
CEKREEK!
"Oke, sekarang gantian. Siapa lagi yang mau di foto?" Tanya si Photographer tadi.
Loh ini udah siap di foto ya? Ya ampun, tadi ekspresiku seperti apa? Pasti jelek banget deh.
Dan....
Astaga!
Aku sampai lupa ngambil bunga melati nya tadi. Dan ini semua karena Pak Dimas! Gara-gara dia, aku jadi gagal fokus!
Dengan berat hati aku turun dari Altar dan bergantian dengan orang-orang lain yang ingin berfoto.
Bibirku cemberut melihat Pak Dimas yang sedang tersenyum menatap layar ponsel yang ada di tangan nya.
Akkhh....
Aku bete!
Gagal dapat jodoh deh!
Dengan kesal, aku menghentakkan kaki ku berjalan ke luar Gereja.
13-November-2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top