1. Perawan Tua

Pernahkah kamu mendengar kalimat dibawah ini.

"50.000 tahun sebelum langit diperkenalkan pada lautan. Allah telah menyandingkan nama nya dan nama mu. Maka bersabarlah, karena jodoh sedang mendekat kepadamu."

Percayalah para wanita, jika usia kalian masih muda sekitar 17-23 tahun apalagi fisik nya cantik. Kalian masih bisa menghirup udara dengan tenang dan santai. Karena wanita muda plus cantik itu akan selalu menjadi pusat perhatian dan akan selalu menjadi incaran dari semua lelaki di bumi ini.

Dan untuk wanita dengan wajah pas-pas'an atau mungkin wajah jelek seperti diriku, entah mengapa sangat jauh dari kata jodoh.

Namaku Melodi, biasa dipanggil Mel. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku perempuan bernama Gita, dia hanya beda dua tahun dariku.

Tinggiku hanya 160 cm, usiaku sudah 25 tahun, itu sudah termasuk dewasa atau tua sih? Dan wajahku memiliki bekas jerawat, tidak sekinclong dan seputih wanita idaman seperti di novel ataupun di film-film yang sering kalian lihat. Aku hanya perempuan biasa yang mencoba untuk menjadi wanita idaman para pria.

Di usiaku yang sudah tidak muda lagi, aku dituntut oleh keluargaku untuk cepat menikah. Sekedar informasi saja, adikku si Gita itu orang nya berbeda denganku. Dia anak nya cantik dan sudah banyak pengalaman dalam hal asmara dibanding diriku. Gita sudah serius dengan kekasihnya, bahkan dia juga sudah dilamar pacarnya untuk menikah. Tapi mamaku belum memberikan restu, karena Gita tidak boleh melangkahiku.

Kata para orang tua sih pamali kalau melangkahi anak pertama nikah, bisa jauh jodohnya. Aku sih tidak percaya dengan hal yang seperti itu tapi tetap saja, mamaku takut kalau aku nanti bakalan jadi perawan tua.

"Mel, kamu kok melamun lagi sih? Masih mikirin jodoh? Yaelah santai ajalah, jodoh ga akan kemana," Ujar Nina.

Nina ini adalah sahabatku dari SMA, kami kuliah bersama, satu kontrakan bersama, satu kantor bersama dan nasib asmara kami pun hampir sama. Hanya saja dia orang nya jauh lebih membukakan hati nya untuk mencoba pacaran dengan pria yang tidak cintai. Yah, setidaknya dia mau mencoba untuk berhubungan dengan seorang pria.

"Iya jodoh emang nggak kemana-mana. Tapi saingan yang dimana-mana," Jawabku sambil meneruskan mengetik laporan yang disuruh atasanku.

Nina tertawa. "Iya-ya, benar juga. Saingan kita di mana-mana, kalah saing sama wanita yg wajahnya cantik dan seksi. Belum lagi ada cowok yang berubah transgender, aduhh bakalan tenggelam kita Mel. Habis sudah cowok ganteng dan tajir di embat mereka semua. Terkadang aku mikir, Tuhan itu nggak adil deh. Kenapa ya orang cantik itu pasangan nya ganteng, terus orang kaya pasangan nya juga kaya, dan orang jelek kayak kita pasti pasangan nya juga jelek atau pas-pas'an gitu." Kata Nina menggebu-gebu.

Semua yang di katakan Nina itu benar, orang cantik pasti pasangan nya ganteng dan kaya. Dan nasib orang wajah pas-pas'an seperti kami ini, hanya akan mendapatkan sisa nya mereka.

Percayalah, orang cantik itu menang banyak!

Ah iri nya, seandainya aku punya uang yg banyak. Mungkin aku akan operasi wajah di Korea, aku pingin kayak Yoona SNSD. Ah, angan-angan taik ayam banget deh. Khayalanmu terlalu tinggi nak!

Aku pun tertawa sendiri memikirkan nya.

Sampai tiba-tiba aku merasa ada yang menoyor kepalaku.

"Idiihh, gila ini anak perawan tua! Diajak ngomong malah ketawa sendiri, stress!" Seru Nina.

"Sialan! Main noyor kepala orang sembarangan. Aku bukan cewek murahan yang bisa kamu sentuh seenaknya ya," Jawabku.

Nina geli sendiri mendengar ucapanku, dia pun melempar kotak tissue dari meja kerja nya kearahku. "Dasar stress!!" Umpat Nina.

Tubuhku refleks menunduk karena dilempar kotak tissue oleh Nina. Dan aku hanya bisa tertawa saat dia tidak mengenai kepalaku. Namun kulihat ekspresi wajah Nina yang tiba-tiba keringat dingin seperti sedang melihat hantu disiang hari.

Astaga, mengapa perasaanku tidak enak ya? Jangan bilang ada pak Denny dibelakangku, satu hal yang kami lupakan disini. Kami lupa kalo kami masih ada di kantor. Dengan agak takut aku menoleh ke arah belakangku.

Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku saat melihat pak Denny menangkap kotak tissue tepat didepan perut buncitnya. Kalian bisa membayangkan bagaimana wajah seorang suami dari Inul Daratista kan? Seperti itulah orang nya, tapi wajahnya sangat menyeramkan.

Kulihat semua orang yg berada dilantai 3 ini melihat kearah aku dan Nina dengan wajah iba mereka, tamat sudah riwayat kami berdua.

"NINAAA...! MELODI....!! KALIAN BERDUA MASUK KEDALAM RUANGAN SAYAA...!" Seketika teriakan Pak Denny menggema di ruangan ini seperti getaran gempa bumi.

Kami semua pun menutup telinga, agar gendang telinga kami tidak pecah. Alamat bakalan kena ceramah dan makian dari si bos buncit ini.

****

Aku dan Nina keluar dari ruangan si bos dengan wajah lesuh, letih, dan lunglai. Selama lima belas menit kami mendengar ceramah dari Pak Denny.

Kulihat Nina memukul kepala nya kearah kekanan dan kekiri.

"Kamu ngapain Nin? Gila kah?"

"Hampir Mel, otak aku udah full memori banget ini. Jadi aku cuma mau ngeluarin isi ceramah si pak buncit yang nggak penting dari kepalaku."

Aku berdecak mendengar ucapan Nina. "Awas jangan dikeluarin semua isi otaknya, amnesia mendadak baru tahu rasa."

Tiba-tiba pintunya pak Denny terbuka dan menampilkan tubuhnya yang buncit itu. Dia berkaca pinggang melihat kami yang masih berdiri didepan pintu.

"Saya kan sudah bilang, dilarang bergosip atau berbicara kalau lagi bekerja. Kalian tidak mengerti bahasa Indonesia? Haruskah saya berbahasa Inggris atau India supaya kalian paham??"

"I-iya pak, kami paham kok, permisi...." Jawab Nina sambil menunduk.

Aku pun mengikutinya dari belakang, namun tiba-tiba pak Denny memanggil namaku.

"Melodi!"

Ya Tuhan....

Ada apalagi ini?

Aku berhenti berjalan, sementara Nina sudah pergi menyelamatkan diri.

"Iya Pak?"

"Tolong kamu foto copy kan berkas ini sepuluh rangkap, setelah itu bawa kelantai 4 untuk meminta tanda tangan dari pak Dimas. Lalu bawa lagi keruangan saya, mengerti?"

"Iya pak, saya mengerti."

Dengan bersungut-sungut aku pun pergi memfotocopy kan berkas ini. Harusnya kan ini pekerjaan sekertarisnya, kenapa aku yang disuruh sih? Aku kan masih banyak kerjaan di mejaku.
Setelah selesai ku copy, aku pun langsung menuju lantai 4. Malas banget sebenarnya aku harus naik kelantai ini. Itu artinya aku harus jumpa dengan si centil Citra. Dia wanita cantik dengan tubuh propersional yang di anugerahkan oleh Tuhan.

Citra itu satu alumni aku dan Nina sewaktu SMA. Dari dulu kami tidak pernah akrab, karena dia merupakan anggota cheerleaders, di mana semua isinya hanya perempuan cantik dan populer. Sementara aku dan Nina, kami hanyalah butiran debu yang tak terlihat.

Paling yang kenal dengan kami hanya teman sekelas, guru ataupun tukang bakso yang sering kami nongkrongin sepulang sekolah. Dan paling mentok tukang supir angkot yang sudah hafal dengan wajah langganan nya, ah miris sekali nasib orang dengan wajah standart ini.

Semua cowok di sekolah kami, pasti sih kenal dengan wanita cantik yang bernama Citra Anindya. Aku bingung kenapa kami selalu dipertemukan dengan itu perempuan, sampai-sampai dia pernah bikin gosip di kantor ini, kalau aku dan Nina ngefans berat sama Citra.

Hello..? Yah kali daripada ngefans sama dia, bagus kami ngefans sama Farhat Abbas deh.

Dia bahkan selalu ingin menunjukkan padaku, kalau dia itu selalu lebih unggul daripada aku. Jujur, walaupun aku tidak cantik tapi otak aku jauh lebih cerdas di banding dia.

Aku sendiri bingung, kenapa Citra bisa wisuda padahal dia ga pernah konsul sekalipun pada pembimbing. Aku tahu karena kami satu pembimbing yang sama. Dan aku juga bingung, kenapa dia bisa masuk ke perusahaan ini yang terkenal dengan sangat selektif memilih pegawai. Dan dalam waktu yang singkat dia bisa naik jabatan dari pegawai rendahan sepertiku menjadi seorang sekertaris Manager.

Yang menjadi pertanyaanku ada hubungan apasih dia dengan bagian HRD kantor ini? Kok bisa gitu nerima orang yang kayak Citra?

Mungkin karena dia cantik kali ya?

Ah bodoh amat deh! Ga penting banget untuk dibahas.

TING....

Terdengar suara bunyi Bel yang menandakan aku sudah berada di lantai 4.

Aku pun langsung berjalan keluar dari lift, kulihat meja si Citra kosong.

Kemana nih si boneka barbie? Lagi meditasikah?

Tiba-tiba kudengar suara dari ruangan pak Manajer yang sepertinya sedang marah pada seseorang. Aku bisa mendengarnya, karena pintu nya tidak di tutup rapat.

"Kamu bisa kerja nggak sih? Sudah 3 bulan, kamu jadi sekertaris saya disini. Tapi sedikit pun kamu ga bisa membantu ataupun mengatur pekerjaan saya sebagai manager." Kudengar suara emosi dari pak Dimas.

"Ma-maaf pak."

Sekarang aku tahu, kalau si boneka barbie lagi dimarahin oleh si bos Manajer.

"Maaf, maaf, selalu saja kata maaf yg kamu ucapkan. Tapi besoknya bikin kesalahan lagi. Dengar ya Citra, disini saya butuh seorang sekertaris, bukan seorang model ataupun artis!! Yang bisanya hanya dandan dan bergosip! Saya butuh orang yang cekatan, pintar, dan mengerti tentang pekerjaan ini! Saya bingung kenapa bagian HRD bisa memilih kamu untuk jadi sekertaris saya. Apa karena kamu cantik? Percuma juga cantik tapi otaknya kosong kayak kamu."

What?

Seorang Citra Anindya si cantik barbie tiada tara, kena maki sama pak Dimas?

Akhirnya, ada juga seorang pria yang tidak terpesona oleh kecantikan perempuan itu.

Aku emang pernah dengar sih, kalau pak Dimas itu orang nya serius dan total dalam bekerja. Dia juga ganteng loh, banyak pegawai dikantor ini yg naksir sama tuh cowok, termasuk si boneka barbie.

"Sekarang kamu keluar, bawa lagi semua laporan-laporan ini. Saya tidak mau tahu, lusa ini semua harus selesai dengan benar. Kalau tidak, saya akan cari sekertaris baru, mengerti?"

"I-iya pak."

Kulihat si Citra keluar dari ruangan pak Dimas dengan beruraian air mata.

"Apa kamu lihat-lihat?? Nggak pernah lihat orang cantik nangis ya?" Ucap Citra padaku.

Shit!!

Bisa-bisanya dia masih sempat membuat aku kesal, padahal dia baru kena maki didalam. Pingin banget aku botak tuh kepala nya, terus aku tinggalin sehelai rambut di kepalanya, biar mirip kayak kartun upin dan ipin.

"Ini, tolong minta tanda tangan nya pak Dimas." Kataku sambil menyerahkan sebuah map bewarna merah padanya.

"Kamu nggak punya mata ya? Aku tadi habis dimarahin sama dia. Jadi kamu minta aja sendiri sana!" Dia pun pergi meninggalkanku di sini.

Sial...!

Ada ya orang kayak dia? Masih hidup pula?

Aku pun menghembuskan nafasku.

Kok aku jadi takut sih mau masuk keruangan pak Dimas? Entar kalau aku masuk, malah kena semprot lagi sama si manager. Si Citra yg cantik aja kena marah, konon lagi yang jelek kayak aku gini?

Masuk?

Enggak?

Masuk?

Enggak?

Ih, kalau aku engga masuk, yang ada aku kena semprot sama si pak buncit Denny.

Dengan kekuatan cinta dan kasih sayang dari Silermoon aku pun nekad mengetuk pintu pak Dimas.

"Masuk." Terdengar suara bariton dari pak Dimas.

Setelah mendapat izin darinya, aku pun masuk kedalam.

"Permisi pak." Aku menundukkan kepalaku.

"Ada apa?"

"Saya disuruh pak Denny untuk minta tanda tangan pak Dimas." Kuserahkan map itu di meja nya.

"Duduklah, saya tidak memakan orang. Jadi kamu tidak perlu takut."

"Hah?"

"Duduk."

"Hemm... iya pak."

Aku pun duduk dengan perasaan antara segan dan malu. Ku lihat dia sedang membaca berkas yang kuberikan tadi.

Sangat teliti sekali, kalau biasanya orang akan langsung menanda tangani nya.

Beberapa detik dia melihatku, lalu kembali melihat berkas itu. Ya Tuhan... jangan sampai aku terlihat jelek sekarang. Rasanya aku ingin memakai helm saja saat ini.

Setelah dia rasa cocok, akhirnya pak Dimas pun menanda tangani nya. Lalu memberikan map itu kepadaku.

Aku pun menunduk untuk izin keluar dari ruangan ini.

"Saya keluar dulu pak."

"Hem..." Jawab nya tanpa melihatku.

Sudah kuduga aku pasti terlihat jelek, maka nya pak Dimas tidak mau melihatku. Aku pun membuka pintu itu dan menutup nya dari luar. Sebelum pintu nya tertutup, tanpa sengaja kulihat pak Dimas melihatku lagi, sehingga kami bertatap mata beberapa detik. Lalu dengan cepat dia memutuskan kontak mata itu, dan aku pun menutup pintu dengan cepat.

Tuh kan aku benar-benar jelek, sampai-sampai pak Dimas takut melihat wajahku.

Sungguh menyedihkan sebagai perawan tua....

12-Juli-2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top