Bab 10 :: Ini kok Rame Banget ya?
Hai!
Long time no see ya.
Marhaban ya Ramadhan teman-teman, selamat menjalankan ibadah puasa.
Selamat bangun pagi semua, hahaha. Akhirnya setelah sekian lama ngebo di rumah dan bangun saat matahari udah muncul, sekarang kita bangun duluan saat mataharinya lagi bobok.
Gini, guys, sebenarnya aku lagi sedih. Beneran. Biasanya kan ya sebelum ramadhan tuh di Semarang ada yang namanya dugdegran. Biasanya aku beli lemah-lemahan ( mainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat), walau udah Segede ini mainan itu jadi mainan terfavorit.
Ada sih dugdegran... Soalnya dari berita pemerintah dan beberapa kyai sudah melaksanakan prosesi dugdegran. Karena Corona semua jadi terbatas dan tertutup.
Ya sudah, aku terima ajalah kekalahan ini, hahaha. Kenangannya nggak akan pernah hilang kok, cuma nggak diselenggarakan satu kali aja.
Nah, aku mau bernostalgia sambil tetap #stayathome dan WFH. Hari ini aku akan membahas dua festival besar di Semarang.
Selain dugdegran ada lagi satu festival yang memang dekat-dekat ini akan diselenggarakan, yaitu SNC (Semarang Night Carnival) dan sepertinya juga akan di tunda. Namanya juga festival ya mesti rame-rame, masa nggak rame-rame kuburan dong, eh kuburan kan juga rame. *Abaikan kegajean ku.
Ya udah daripada makin nggak jelas akunya, ayo kita bahas dua festival itu.
1. Dugderan
(Foto diambil dari Google)
Di semua tempat baik itu di dalam maupun di luar negeri pasti ada festival untuk merayakan suatu acara, entah itu ulang tahun kota, perayaan atau penghormatan seseorang dan tradisi tahunan.
Di Semarang pun nggak mau kalah. Tada! Dugderan.
Jadi, guys, Setiap menjelang ramadhan, Kota Semarang memiliki tradisi yang telah berlangsung lebih dari seratus tahun, tradisi tersebut disebut Festival Dugderan.
Dugderan kali pertama di cetuskan oleh RMTA Purboningrat sekitar 1881 yang pada masa itu menjabat sebagai Kanjeng bupati kadipaten Semarang, sebagai sebuah "ceremony" untuk menandai awal datang ramadhan, karena pada masa sebelum itu awal ramadhan selalu berbeda-beda dan berpotensi terjadi perpecahan sehingga diperlukan semacam tanda.
Dulu, di Semarang itu pernah ada perpecahan (walau mungkin sampai sekarang). Makanya bapak bupati waktu itu punya maksud lain dibalik Dugderan, ajakan untuk selalu meningkatkan tali silaturrahim atau persatuan dan ajakan untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah. Tujuan diadakannya Tradisi Dugderan oleh bupati Semarang di waktu itu didasari oleh keprihatinan beliau terhadap kedamaian masyarakat Semarang.
Gara-gara si kolonial situasi dan kondisi dulu nggak kondusif, mereka mencoba menghembuskan persaingan tidak sehat dengan memanfaatkan pembauran masyarakat Semarang yang telah diketahui terdiri dari berbagai suku, agama dan golongan.
Mulailah terjadi pengelompokan masyarakat. Misalnya pecinan untuk warga Cina, pakojan untuk warga Arab, kampung melayu untuk warga perantauan luar Jawa. Serta, Kampung Jawa yang ditempati oleh pribumi Jawa.
Gitu...
Tapi tenang, guys, nggak usah mbatek alias terlalu dipikirin. Lakon itu selalu datang terkahir, karena keberanian dan kecerdasan, bupati melakukan usaha untuk memadukan berbagai perbedaan. Termasuk salah satunya dengan menyatukan perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan. Usaha bupati ini sangat didukung dari kalangan ulama yang berada di Kota Semarang, Kyai Saleh Darat tanpa kecuali.
Nah... Makanya ada dugdegran untuk menyatukan warga Semarang. Sudah, jangan sedih ini waktunya kita hepi-hepi.
Balik lagi ke dugdegran. Kata Dugderan merupakan onomatope (kata tiruan bunyi) dari suara bedug (Dug) Masjid Besar Kauman yang dipukul berulang-ulang. Untuk menandai datangnya bulan Ramadhan, suara bedug tersebut biasa disertai suara Mercon/ Meriam (Der). Perpaduan istilah dari suara tersebutlah yang mengawali penamaan tradisi ini.
Jangan tinggalkan warak ngendok ya!
Warak ngendog dijadikan maskot setiap kali dugderan.
Warak yang disimbolkan seperti binatang khayal yang berupa buruk dan buas digambarkan bertubuh kambing dan berkepala naga dengan kulit seperti bersisik dibuat dari kertas warna-warni yang terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan beberapa telur rebus sebagai pertanda binatang itu ngendog (bertelur) melambangkan bahwa manusia mempunyai sifat negatif dasar berupa rakus, tamak, dsb. Padahal dalam Warak sendiri diambil dari kata bahasa arab wara yang berarti pengendalian diri, dan Telur (endog) mempunyai makna sebagai benih atau embrio, sehingga arti dari keseluruhan tersebut di dalam bulan ramadhan tersebut manusia untuk di ingatkan agar tidak berperilaku seperti binatang, dan bulan ramadhan di jadikan sebagai benih untuk selalu berbuat kebajikan dan amal shaleh sehingga harapanya ketika lebaran tiba akan kembali fitri.
Hewan mitologi itu sendiri merupakan wujud simbol budaya tiga etnis yang ada di Semarang: kepala berbentuk naga mewakili budaya Tionghoa, badan berbentuk buroq mewakili budaya Arab, dan empat kaki dari kambing mencerminkan budaya Jawa.
"Simbol ini menyatu dan beriringan sejak Semarang berdiri sampai saat ini. Simbol keharmonisan," kata Hendrar Prihadi, Wali kota Semarang, saat membuka Pawai Dugderan 2019, di halaman Balaikota Semarang.
Uwu banget ya.
Selain bunyi bedug dan meriam, ditambah adanya Warak Ngendok, dugdegran di Semarang juga dimeriahkan dengan adanya pasar malam Dugderan.
(Foto diambil dari Google)
Pasar Dugderan adalah rangkaian tradisi sebelum acara puncak tersebut. Di gelar sekira sepekan dan berakhir saat akan digelar Kirab Dugderan.
Nah, Pasar Dugderan sudah mulai digelar di Kota Semarang. Coba saja tengok di Kawasan Pasar Johar Semarang, dekat Masjid Agung Kota Semarang.
Pasar itu diwarnai dengan adanya berbagai wahana permainan, misalnya; kora-kora, komedi putar, tong setan sampai bianglala.
Pedagang Pasar Dugderan juga menjajakan berbagai jajanan sampai mainan anak-anak, mulai dari alat masak-masakan, kapal otok otok, juga gangsingan. Salah satu yang khas pedagang Dugderan adalah mainan dari gerabah.
Semuanya tumpah ruah di sana, penuh suka cita. Tak peduli orang mana, termasuk para warga keturunan Tionghoa, maklum di dekat lokasi itu adalah Kawasan Pecinan. Semuanya berbaur, baik jadi penjual maupun pengunjung Pasar Dugderan.
Ini yang nggak kalah penting, guys, adanya kirab penentuan tanggal satu ramadhan.
(Foto diambil dari Google)
Kirab Dugderan diawali dengan upacara yang dipimpin oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Dalam kesempatan itu, Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi memerankan sosok Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat, sebagai pencetus kegiatan Dugderan di Kota Semarang.
Dalam Dugderan itu, ada juga simbol warak ngendog, seekor hewan rekaan yang menggambarkan kemajemukan warga Kota Semarang. Namun, di dalam kemajemukan itu, semua dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai.
Ribuan peserta mengikuti kirab dengan tertib. Mereka membawa aneka kesenian budaya, seperti kuda lumping, reog, rebana, barongsai, atraksi silat, drum band dan semacamnya. Kirab semakin meriah dengan kehadiran manggar dan replika warak ngendog yang dibawa peserta.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi beserta istri mengikuti kirab dengan menaiki kereta kencana. Diikuti pejabat-pejabat lain yang juga menaiki kereta kuda. Mereka menyusuri jalanan menuju Masjid Agung Kauman Semarang untuk bertemu dengan para alim ulama dan dan menerima suhuf hasil halaqoh, yakni pengumuman datangnya bulan suci Ramadan yang selanjutnya diumumkan kepada masyarakat.
Setelah dari Masjid Kauman Semarang, rombongan kemudian menuju Masjid Agung Jawa Tengah. Di lokasi itu, Wali Kota Hendi akan memberikan suhuf halaqoh tersebut kepada Raden Mas Tumenggung Probohadikusuma untuk diumumkan kepada seluruh warga Jawa Tengah.
Berdekatan dengan dugdegran dan Warak Ngendok, ada festival yang juga ditunggu warga Semarang. Apa itu?
Jeng, jeng, jeng...
2. Semarang Night Carnival (SNC)
(Foto diambil dari Google)
Siapa yang nggak tahu? Ini lho festival rutin kota Semarang selain dugdegran.
Semarang Night Carnival adalah kegiatan karnaval tahunan yang diadakan oleh Pemerintah kota Semarang.
Semarang Night Carnival pertama kali diinisasi oleh Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2011.
Kegiatan Semarang Night Carnival melibatkan kreativitas masyarakat dan kebudayaan Kota Semarang.
Pertunjukan kostum dengan tema-tema tertentu adalah acara utama dalam Semarang Night Carnival.
Kegiatan yang bertaraf internasional ini setiap tahunnya mempunyai tema-tema yang berbeda. Contohnya, di tahun 2019 bertema Pelangi Nusantara.
SNC 2019 dimeriahkan dengan pawai budaya dari 98 kota anggota APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota se-Indonesia). Berasa banget nih keragaman Indonesianya. Kostum heboh di mana-mana.
Kenapa pake tema Pelangi Nusantara? Untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang rukun meski Indonesia punya keragaman suku, ras, agama, dan golongan. Enak kan kalau akur begini.
Peserta Semarang Night Carnival berjumlah ribuan yang terdiri dari berbagai pelajar mulai dari SMP, SMA, dan Mahasiswa di Kota Semarang.
Udah nggak kaget kan ya pakaian or kostum yang dipakai oleh peserta SNC. Nggak cuma pamer kostum heboh, SNC tahun ini juga menampilkan kostum dengan ciri khas daerah masing-masing. Ada beberapa kota yang pamer musik daerah dan busana daerah sehari-hari.
(Foto diambil dari Google)
Semarang Night Carnival juga mengundang pelajar mancanegara sebagai peserta, dan komunitas-komunitas di Kota Semarang.
Selain itu, kegiatan karnaval yang diadakan malam hari ini juga banyak melibatkan masyarakat Kota Semarang.
Semarang Night Carnival dihadiri oleh instansi terkait yaitu Pemerintah Kota Semarang, tamu undangan, dan semua masyarakat Kota Semarang.
Semarang Night Carnival terbuka bagi umum dan tidak dipungut biaya untuk menyaksikannya.
Untuk memperlancar Semarang Night Carnival (SNC), Pemerintah Kota Semarang mengatur lalu lintas dengan melakukan sejumlah penutupan jalan di titik-titik yang menjadi bagian dari acara.
Pemerintah Kota Semarang dan sebagian masyarakat juga menyediakan lahan parkir bagi kendaraan.
Seru 'kan ya? Ini pasti rame banget! Aku kalau ikut lihat festival sebenarnya juga agak sedih karena kegencet sana-sini, badan aku kan kecil 😆.
Nah udah nih dari aku. Festival di atas itu dua dari sekian acara di Semarang. Masih banyak kok, cuma dua festival itu yang heboh. Kalau di Semarang ada Dugdegran dan SNC, di kota kalian ada festival apa aja nih?
Referensi :
Pengalaman pribadi.
https://www.hipwee.com/travel/semarang-night-carnival-2019/
https://www.google.com/amp/s/www.tribunnewswiki.com/amp/2019/06/29/semarang-night-carnival
https://blogkulo.com/tradisi-dugderan-semarang/amp/
https://www.kompasiana.com/amp/laksanaiwan/dugderan-tradisi-yang-syarat-makna_550010dfa33311a87250fa7d
🌻🌻🌻
"Sabar, Sayang, semua pasti berakhir. Kamu yang sabar ya." kata Mas Vernon sambil ngusap kepala aku.
"Iya, Mas."
Woi, ya Allah halu nya makin kuadrat. Ahaha.
Hei, aku masih di sini ya, aku nunggu kalian. Aku tunggu kritik, saran, dan mungkin kalian mau menambahi informasi.
Manusia Bumi,
Tara
Cari dan temukan aku!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top