Tiga Belas

"Mas Kean." Jubaedah berlari menghampiri Kean yang lewat depannya beserta teman-temannya saat pulang kerja.

"Astaghfirullah. Bagaimana kalau tertabrak!" Kean mengerem mendadak. Ia heran, kenapa di kampungnya semua aneh-aneh.

"Maaf, Mas Kean. Cuma ini ada informasi penting."

"Informasi?" Firasat Kean langsung tak enak. Ia yakin tidak ada hal penting. Namun, ia tetap berhenti dan menunggu informasi itu. Ia berharap informasi tentang Noora.

"Ponakan aku yang paling cantik dan pintar sedang menuju ke sini. Tolong jemput dia di stasiun ya, Mas. Aku yakin dia akan senang dijemput calon suaminya."

"Hah?!"

"Ih Mas Kean tidak usah kaget seperti itu. Ibunya Mas Kean saja sudah setuju untuk menjodohkan kalian. Daripada Mas Kean berhubungan dengan Menor yang tak jelas. Bisa sial tujuh turunan kamu, Mas."

"Tolong jangan sembarang bicara."

"Aku ada buktinya kok." Jubaedah memperlihatkan pesan yang Maimunah kirim untuknya. Pesan itu berisi kalau dia setuju Kean dijodohkan dengan keponakan Jubaedah yang bernama Sarah.

"Apa-apa ini. Aku tidak setuju dengan perjodohan dalam bentuk apa pun." Kean meminta Jubaedah menyingkir dari hadapannya. Ia juga tak akan mau menuruti perintah Jubaedah menjemput keponakannya.

"Mas Kean, kalau kamu tidak mau. Kamu durhaka."

"Aku tidak peduli." Kean membunyikan klakson motornya supaya Jubaedah menyingkir. Ia malas menghadapi perjodohan konyol seperti ini berulang kali. Sesampainya di rumah, ia akan protes pada ibunya.

"Ciee gaulnya sama emak-emak rempong." Noora tertawa saat melewati Kean dan Jubaedah.

"Heh, cewek gatal. Pulang saja sana! Tidak usah sok menggoda." Jubaedah berkacak pinggang. Ia kesal, mengapa saat momen seperti ini, Noora harus datang. Padahal ia sudah susah payah menghalangi Kean.

"Aku juga mau pulang. Takut tertular rempong." Noora tertawa terbahak-bahak.

Hal itu membuat Kean jengkel. Ia langsung mematikan motornya dan turun menghampiri Noora. "Sebenarnya kamu ada masalah apa denganku."

Noora berhenti tertawa tapi senyum mengejek di wajahnya masih terlihat jelas. "Aku tidak ada masalah apa pun.  Bye...."

Noora melambaikan tangannya hendak pergi. Namun, Kean menahan Noora dengan memegangi lengannya.

"Lepas, jangan pegang-pegang. Bukan mahram." Noora berusaha menepis tangan Kean tapi pria itu memegangnya cukup kuat.

Jubaedah tak ingin melewatkan momen sedikitpun. Ia langsung merekam pertengkaran Noora dan Kean. Ia harus jadi sumber nomor satu soal gosip terbaru di kampungnya.

"Bukannya kamu sudah di pegang oleh banyak orang?" Kean meremehkan Noora. Ia yakin, Noora hanya sok jual mahal.

"Tidak udah sok tahu kamu." Noora paling sebal saat orang yang tidak tahu apa-apa tentang hidupnya tapi menuduh begitu saja.

"Kenyataan begitu, kan? Tidak ada perempuan baik-baik yang berpenampilan seperti kamu itu."

"Apa salahnya dengan penampilanku. Aku masih menggunakan baju lengkap dan tolong ya, kamu itu berpendidikan. Jangan cuma menilai seseorang dari penampilan."

Noora yang biasanya bisa bersabar meski seluruh kampung menghina dan menyindirnya tapi entah mengapa saat Kean yang berbicara seperti itu, ia merasa marah dan sedih.

"Penampilanmu mencerminkan dirimu. Bar-bar, tidak tahu sopan santun, gampangan."

Satu tamparan mendarat di pipi Kean.  Jubaedah dan teman-temannya yang ada di situ langsung menjerit dramatis karena pria ganteng idola mereka di tampar oleh Noora.

"Ya ampun, Mas Kean." Mince langsung menghampiri Kean. Ia hendak memegang pipi Kean tapi langsung ditepis secara kasar.

"Noora!!" Suara Kean terdengar rendah dan penuh amarah. Tatapan matanya tajam, menatap Noora seolah tak berkedip.

Mince yang melihat itu langsung mundur teratur. Ia ngeri melihat Kean yang sepertinya tengah marah besar pada Noora yang lancang karena berani menamparnya.

Sedangkan Jubaedah langsung mendekat beberapa langkah supaya hasil rekamannya terlihat jelas. Ia ingin mengabadikan momen Noora yang di hajar oleh Kean.

"Apa?!" Noora menatap Kean balik tanpa ada rasa takut karena ia merasa benar. Ia berhak menampar Kean karena menurutnya sudah keterlaluan. Ia tak rela harga dirinya diinjak-injak.

Kean menarik tangan Noora lebih kuat kearahnya, lalu ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Noora.

Semua yang ada di sana kembali menjerit saat adegan itu terjadi.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top