Tiga
Hari ini Noora pulang cepat. Ia mampir ke warung Bu Jaenab yang tak jauh dari rumahnya. Ia memang sering membeli lauk ataupun sayur untuk makan bersama ibunya meskipun ibunya sering menolak makanan yang ia bawa dengan alasan sudah kenyang. Padahal Noora tahu kalau ibunya kadang belum makan.
Hampir semua ibu pasti mengatakan hal demikian. Meskipun mereka sangat lapar, seorang ibu pasti mengatakan sudah kenyang supaya anaknya bisa makan sampai kenyang dan tak jarang para ibu memakan sisa anaknya setelah sang anak benar-benar kenyang dan tak mampu menghabiskan makanannya lagi.
Noora tak mau hal itu terjadi pada ibunya. Selama ia bisa, ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan ibunya dan memberikan makanan yang layak meskipun bukan makanan mahal.
"Noor, kamu katanya mau nikah, ya? Nanti pesan gorengan sama Ibu, ya?" ucap Jaenab.
"Semua pasti akan menikah, Bu. Hanya saja, tak tahu kapan." Noora tertawa.
"Kamu ini malah bercanda. Beruntung loh kamu dapat Mas Kean. Dia sudah punya rumah sendiri dan kerjaannya lancar."
"Kean?"
Noora bingung, apa hubungan dirinya dan Kean.
"Iya, calon suami kamu."
"Calon suami dari mana? Ngigo nih, Ibu. Ini masih sore loh, Bu. Belum malam."
"Ngigau gimana? Seluruh kampung juga sudah tahu kamu pacaran sama Mas Kean."
"Hah?"
Noora tertawa terbahak-bahak. Menurutnya itu sebuah lelucon yang tidak masuk akal. Meskipun ia mau dengan Kean belum tentu Kean mau dengannya.
Para gadis desa yang cantik dan kaya saja, ditolak olehnya. Apalagi ia yang hanya gadis biasa dan tak punya apa-apa.
"Pokoknya kalau kamu nikah, beli gorenganku, ya?" Jaenab memberikan pesanan Noora.
"Iya, iya." Noora langsung menerimanya dan pergi. Ia tak begitu peduli dengan ucapan Jaenab tadi karena menurutnya itu seperti lelucon.
Belum juga sampai rumah, Noora di hadang oleh Kean.
"Ikut aku!"
"Aku mau pulang," tolak Noora.
"Aku minta, jangan pernah sebarkan gosip yang tidak benar."
Kean tak suka karena saat pulang. Ia dicerca berbagai pertanyaan oleh orangtuanya tentang hubungannya dengan Noora.
Padahal Kean selama ini tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan oleh kedua orangtuanya. Mengobrol dengan Noora saja, ia tak pernah.
"Gosip apa?" tanya Noora yang tak mengerti maksud Kean.
"Kamu ngaku-ngaku jadi pacarku, kan?"
"Jangan sembarang nuduh, ya?! Aku gak pernah ngaku-ngaku jadi pacar kamu, Bang. Aku masih muda mana mungkin jadiin kamu pacar."
"Kamu ngatain aku tua?"
"Aku gak bilang gitu."
"Terserah, pokoknya kamu ikut aku dan jelaskan pada mereka kalau kita tidak ada hubungan apa-apa."
"Gak mau. Aku mau pulang, capek."
Noora bergegas meninggalkan Kean. Ia malas berdebat hal-hal yang tidak nyata.
"Ayo ikut aku!" Kean menarik tangan Noora.
Noora yang tak siap, ia hampir jatuh jika Kean tidak menangkapnya.
Adegan itu di lihat oleh Jubaedah. Ia langsung memotretnya dan mengirimkan foto itu di grup Mak Rempong miliknya.
"Apa-apaan sih kamu?!"
Noora berusaha berdiri tegak dan menjauh namun karena gerakkannya begitu cepat, hingga ia keseleo.
Aduhhh ....
Noora kali ini jatuh dengan tidak elegant sama sekali dihadapan Kean.
Kean langsung memalingkan wajahnya saat melihat Noora jatuh. Sambil berusaha menetralkan degup jantungnya yang tak beraturan karena tak sengaja melihat rok mini Noora tersingkap meskipun dia menggunakan celana pendek. Tetap saja hal itu membuat Kean salah tingkah.
"Tolongin dong. Aku gak bisa bangun, nih!"
Noora merapikan roknya dan melepaskan high heelsnya namun tetap saja ia tak bisa bangun karena kakinya terasa sangat sakit.
"Rapikan dulu rokmu!"
Seketika wajah Noora merah padam. Ternyata Kean melihat ke arah yang tak seharusnya tapi ia juga tak bisa menyalahkan Kean karena jika ia di posisi Kean, pasti ia juga akan melihatnya.
"Sudah," balas Noora ketus, lebih tepatnya menahan malu.
Kean mengulurkan tangannya untuk membantu Noora berdiri tapi tetap saja tak bisa dan Noora terus meringis kesakitan. Akhirnya Kean berjongkok dan memerintahkan Noora untuk naik ke punggungnya.
"Yakin?" tanya Noora tak yakin.
"Ya sudah, jalan saja sendiri." Kean segera berdiri kembali.
"Kalau aku bisa, daritadi aku sudah jalan," kesal Noora.
"Lalu bagaimana?"
"Ya bantu aku lah!"
"Cerewet sekali," gerutu Kean tapi ia tetap membantu Noora dengan cara menggendongnya ala bridal style.
Noora ingin menolak tapi sudah terlanjur. Akhirnya ia pasrah saja, lagipula ia tak sanggup berjalan karena kakinya terasa sangat sakit.
Baru beberapa langkah. Kean menurunkan Noora kembali membuat Noora bingung.
"Pakai ini, celana pendekmu terlihat."
Noora sungguh sangat malu luar biasa tapi apa mau dikata, pekerjaan SPG yang ia jalani, mengharuskan dirinya menggunakan rok pendek.
"Pegangan!"
Noora berpegang pada bahu Kean yang sedang membuka kancing kemejanya.
"Astaghfirullah, Kean!!" seru Maimunah, ibunda Kean.
Saat melihat foto putranya dan Noora tersebar di grup WhatsApp dan jadi bahan gosip di grup itu. Maimunah langsung menuju lokasi yang diceritakan oleh Jubaedah di grup.
Awalnya ia masih tak percaya dengan gosip tentang anaknya itu tapi saat sampai lokasi, ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri. Noora dan Kean sedang bermesraan bahkan Kean akan membuka bajunya.
"Ibu__" Kean terkejut dengan kedatangan ibunya tiba-tiba.
"Sadar, Nak. Ini tempat umum. Apa kalian berdua tidak malu," tegur Maimunah.
"Apa yang Ibu katakan?" Kean sungguh tak mengerti.
"Malam ini kalian lamaran dan ibu tidak mau mendengar bantahan atau penolakan lagi. Ibu malu!" Maimunah segera pergi dengan rasa malu.
Kean ingin mengejar ibunya dan menjelaskan apa yang terjadi tapi ia tak bisa meninggalkan Noora begitu saja.
Noora sendiri masih terdiam, mencerna apa yang terjadi saat ini dan mengapa pakai lamaran segala.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top