Enam

Kean menghentikan langkahnya dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Noora ketika mereka sudah menjauh.

"Kenapa kamu tadi diam saja?!" tanya Kean sedikit membentak.

"Kenapa kamu peduli?" Noora balas bertanya.

"Kenapa aku peduli?!" Kean meninggikan suaranya. "Tentu karena aku______"

Ucapan Kean terhenti, ia juga bingung untuk apa ia peduli pada Noora. Seharusnya semua itu tadi, bukanlah urusannya.

"Apa?" Noora menatap Kean lekat. Ia juga penasaran dengan perubahan si bujang matang dihadapannya ini.

"Sudahlah, aku mau berangkat kerja."

Kean enggan menjawab. Ia memilih untuk pergi bekerja. Meskipun lebih tepatnya ia pergi menghindar dari Noora karena ia juga bingung dengan perasaannya sendiri.

Ada rasa tidak terima saat melihat Noora dimaki-maki dan hendak di tampar.

"Itu pasti perasaan normal. Perasaan manusia wajar saat melihat wanita tertindas," gumam Kean untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada sesuatu hal aneh pada dirinya meskipun apa yang ia lakukan hari ini sudah termasuk aneh karena ia sebelumnya tak pernah peduli apapun.

Noora juga merasa aneh dengan Kean tapi ia juga aneh dengan dirinya sendiri yang merasa bahagia saat Kean membela dan menolongnya tadi

Saat ini Noora baru menyadari jika Kean tidak hanya bisa memasang wajah masam, ternyata wajah menyeramkan juga bisa. Membuat Noora penasaran dengan Kean, apakah dia juga bisa manis dan romantis?

Noora terkikik sendiri membayangkan bagaimana jika seorang Kean berubah menjadi pria romantis dan manis. Sepertinya dunia akan runtuh jika itu benar-benar terjadi.

"Kamu gila, Noor?"

Jaenab melihat aneh ke arah Noora, horor.

"Mungkin aku lapar, Bu," sahut Noora tanpa dosa.

"Ayo beli makanan Ibu," ucap Jaenab semangat. Ia memang selalu bersemangat untuk menawarkan dagangannya.

"Sayangnya aku lagi diet, Bu."

"Untuk apa diet, Mas Kean kasihan nanti."

"Apa hubungannya dengan Mas Kean sih, Bu."

"Ibu kasih tahu, ya Noor. Kamu ini mau nikah, sebaiknya makan yang banyak biar staminanya bagus dan kuat menghadapi Mas Kean karena Si Mas Kean kan, sudah____"

Jaenab menjeda ucapannya, ia malah senyam-senyum sendiri.

"Sudah apa, Bu?"

"Ah kamu, Noor."

Jaenab menggulung-gulung kertas nasi yang ia pegang masih sambil senyam-senyum sendiri.

"Apa sekarang gilanya pindah ke Ibu?"

Sekarang gantian Noora yang menatap horor Bu Jaenab karena tersenyum sendiri.

"Sudahlah, sana kamu berangkat!"

Jaenab mengibas-kibaska kertas nasinya yang sudah lusuh untuk mengusir Noora.

"Aneh," gumam Noora tapi ia tak memiliki banyak waktu lagi untuk membalas Jaenab karena ia bisa-bisa terlambat masuk kerja dan gajinya di potong.

Noora tak ikhlas, jika ia terlambat sepuluh menit maka uang gajinya di potong sepuluh ribu. Noora tidak mau itu terjadi, uang sepuluh ribu baginya sangat berarti meski terkadang orang lain tidak sependapat dengannya.

***
Kean hari ini tak fokus sama sekali dengan pekerjaannya. Ia terus mengingat tentang Noora, perempuan aneh yang berhasil mengusik pikirannya.

"Kelihatannya, suntuk amat?" Kafan menghampiri Kean.

Kean hanya melihat Kafan sekilas lalu memalingkan wajahnya kembali ke arah layar laptop.

Meski sejak tadi laptopnya terbuka dan menampilkan pekerjaan tapi pikiran Kean tidak fokus sama sekali. Sejak tadi, ia hanya melamun saja.

"Bagaimana kalau kita keluar, mencari makan siang di tempat makan dekat pusat perbelanjaan sana," usul Kafan.

Kean berpikir sejenak, biasanya ia akan langsung menolaknya tapi saat ini mungkin ia memang butuh keluar dan mencari makan supaya pikirannya kembali fokus.

"Bagaimana?"

Kafan tak sabar menunggu jawaban Kean, ia tidak benar-benar ingin makan di luar. Ia keluar hanya ingin melihat Noora, SPG cantik yang telah menjerat hatinya.

*********
100 🌟 baru updet  lagi 🤣😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top