Empat Belas

"Astaghfirullah, apa yang kalian lakukan?!"

Kean langsung melepaskan ciumannya dan ia menatap horor pada ibu Noora. Ia malu dan salah tingkah. Sedangkan Noora, dia langsung berjalan ke arah ibunya dengan mata berkaca-kaca membuat Kean merasa bersalah.

"Ayo Ibu, kita pulang." Noora menarik lengan ibunya supaya cepat-cepat pergi dari sana. Ia ingin sekali menangis karena merasa terhina atas perlakuan Kean padanya tapi ia tidak mau menangis di depan umum.

"Noor!!" Kean hendak mengejar Noora untuk meminta maaf tapi Jubaedah menghalanginya.

"Mas Kean, aku kecewa sama kamu. Seharusnya kamu itu berciuman dengan Sarah, keponakan aku. Bukan dengan wanita murahan seperti Menor. Turun harga dirimu, Mas. Video kalian sudah aku sebar. Biar wanita-wanita yang kamu tolak menertawakan kamu."

Jubaedah kesal karena Kean lebih memilih Noora daripada Sarah yang menurutnya lebih layak untuk Kean. Demi mempermalukan Kean dan Noora, ia mengirim rekaman video ke grup rempong supaya seluruh kampung melihatnya.

"Terserah." Kean masih menatap Noora yang sudah menjauh. Ia nanti malam berencana datang dan meminta maaf secara langsung pada Noora. Meski ia tahu, Noora bukan wanita baik-baik tapi rasanya ia perlu meminta maaf. Kalau perlu ia membayar untuk ciuman tadi.

"Noor, bisa-bisanya kamu seperti itu di depan umum." Surti memerintahkan Noora untuk duduk begitu mereka sudah sampai di rumah. "Ibu kecewa sama kamu."

"Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan." Mata Noora masih berkaca-kaca. "Mas Kean tidak sopan."

"Ibu kenal dengan Mas Kean. Dia itu sangat pendiam dan hampir tidak pernah membuat masalah."

"Lalu Ibu berpikir, aku yang membuat masalah duluan?!" Noora melepaskan sepatunya dan melemparkannya asal untuk meluapkan kemarahannya.

"Biasanya kamu memang sering membuat masalah."

"Aku tidak pernah membuat masalah. Mereka yang selalu mencari-cari masalah denganku."

Noora berteriak dan mengacak-acak rambutnya. Ia kesal sekaligus marah pada Kean. Ia tak menyangka Kean akan menghinanya seperti ini dan bodohnya ia tidak mendorong ataupun memukul kepala Kean tadi.

"Mungkin kalau Jubaedah beserta kawan-kawannya, Ibu percaya. Namun, tidak dengan Mas Kean. Kamu apakan dia, Noor?"

"Aku tampar."

"Astaga, Noora!!"

"Bahkan aku sekarang ingin memukul Si Bujang Matang itu dengan panci presto milik Ibu yang tebal itu. Supaya otak dia waras."

"Noora, nyebut Nak."

Surti menatap khawatir pada putrinya. Ia takut Noora ketempelan setan sehingga bersikap seperti itu. Padahal biasanya Noora yang selalu memenangkan dirinya.

"Aku dendam, Ibu. Aku ingin menyumpahi dia supaya tidak nikah-nikah."

"Lebih baik kamu sekarang mandi, Noor." Surti menarik Noora ke kamar mandi. Ia berharap setelah mandi, setan-setan yang menempel akan pergi.

Noora cemberut tapi ia tetap menuruti perintah ibunya. Mungkin dengan mandi, ia bisa lebih rileks dan mendinginkan emosinya.

👠👠👠

Maimunah memegangi kepalanya. Ia hampir pingsan saat melihat video Kean dan Noora yang Jubaedah share beberapa menit lalu.

Semua yang ada di grup berkomentar buruk. Maimunah merasa malu hingga ia mungkin tidak akan berani keluar rumah untuk beberapa waktu.

"Bu, itu Mas Kean sudah pulang." Tiara mendekat ke ibunya. Ia tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya ada masalah gawat karena wajah ibunya terlihat seperti itu.

Maimunah langsung bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di dekat pintu menunggu Kean masuk.

"Kean, kamu ini benar-benar keterlaluan!" Maimunah memukul-mukul lengan Kean.

"Stop, Ibu. Ada apa ini?" Kean meraih tangan ibunya dan menggenggamnya supaya berhenti memukulinya.

"Kamu yang ada apa? Kamu buat malu keluarga kita, Kean." Maimunah menyentakkan tangannya supaya terbebas.

"Apa yang Mas Kean lakukan?" Tiara melihat ibu dan kakaknya secara bergantian.

"Kamu lihat ini, Tiara. Lalu katakan pendapatmu tentang Mas kamu ini." Maimunah memperlihatkan video Kean dan Noora yang Jubaedah share.

"Astaga, Mas?" Tiara menatap Kean tak percaya.

"Aku menyesal untuk itu."

"Menyesal?" Maimunah berkacak pinggang. "Seluruh kampung sudah melihat video itu dan mereka membicarakan kamu dan Noora."

"Aku lepas kendali, Bu. Aku sungguh minta maaf."

"Permintaan maaf kamu tidak bisa menghapuskan semua komentar negatif yang sudah tersebar."

"Lalu aku harus bagaimana, Bu?" Kean bingung, apa yang harus ia lakukan. Semua benar-benar diluar kendalinya.

"Jauhi, Noora. Benar kata Jubaedah dan yang lainnya. Kamu akan sial tujuh turunan kalau berdekatan dengannya."

"Omong kosong apa itu?"

"Ini bukan omong kosong, Kean. Lihat kejadian sekarang ini, kamu baru dekat dia saja namamu sudah tercoreng jelek. Apalagi kalau kamu sampai menikah dengannya. Ibu tidak setuju."

"Ini kesalahanku, Bu. Bukan Noora yang memulai."

"Terserah dengan apa yang akan kamu katakan. Pokoknya Ibu tidak akan merestui hubungan kalian." Maimunah pergi meninggalkan Kean.

Sedangkan Tiara menatap bingung ke arah Kakaknya. Baru sekarang ia melihat Kean membela dan lepas kendali karena wanita.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top