6. Kencan Pertama
Happy reading
***
Dion mengetuk pintu bercat putih yang ada di hadapannya.
"Eh Tuan, Nyonya dan Tuan Muda ada di dalam. Mari, Tuan." Kata Mbok Jum saat membukakan pintu untuk Dion.
Dion pun berjalan masuk ke dalam.
"Tuan mau minum apa?" tanya Mbok Jum.
"Teh saja," sahut Dion.
"Baik, Tuan." Sahut Mbok Jum yang langsung berlari kecil menuju dapur.
Dion tersenyum saat mendapati kedua putranya tengah bermain bersama Letta, adik perempuan mereka yang masih berumur delapan bulan.
Rion dan Kana tertawa saat melihat Letta mengangkat pantatnya tinggi-tinggi lalu mengayunkan tubuhnya maju mundur.
"Sayang," sapa Dion.
"Papi, sini Pi ... Dek Letta lucu, Pi. Mau merangkak tapi nggak bisa." Sahut Rion antusias.
Dion ikut duduk di karpet bersama tiga bocah kecil itu, dengan gemas Dion menggendong tubuh gempal Letta. Dion mengayunkan bayi perempuan itu naik dan turun dari atas kepalanya hingga bayi itu kerkekeh riang.
"Wangi banget, Dek Letta udah mandi ya," kata Dion pada bayi gempal itu. Dion terus menciumi pipi Letta.
"Dion, kamu sudah datang?" Tiba-tiba Siska datang dari arah kamar. Ia duduk di sofa yang ada di dekat karpet.
"Kamu ini, meninggalkan Letta sendirian hanya diawasi dengan Rion dan Kana saja. Ck, dasar ceroboh!" seru Dion.
"Ck, bawel deh," sahut Siska.
"Sudah makan belum? sana makan dulu," kata Siska pada Dion.
"Tidak, nanti saja" sahut Dion.
"Apa ada masalah di kantor? mukamu terlihat muram," tanya Siska.
"Tidak ada," sahut Dion.
"Hhhh masih terbayang wanita itu?! dasar!" seru Siska.
"Gagal move on ya, ck memalukan!" ketus Siska.
Dion tak mau ambil pusing dengan perkataan Siska yang sinis itu, ia malah asik menciumi pipi gembil Letta.
"Iihh Dek Letta ngiler ya!" Kata Dion saat melihat Letta mengeluarkan cairan bening dari dalam mulut mungilnya.
***
"Ayo, Dek." Rudi mengulurkan tangannya pada Anjani.
"Kamu mau makan apa?" tanya Rudi saat mereka sudah duduk di lesehan sebuah warung tenda.
"Aku mau makan bebek goreng aja Mas tapi nggak usah pake nasi. Dua porsi ya," sahut Anjani.
"Kok nggak pake nasi?" tanya Rudi.
"Soalnya aku juga mau pesen tahu gimbal yang di tenda sebelah." Sahut Anjani sambil meringis menghadap ke arah Rudi.
Rudi tertawa, "kamu itu, masak nggak malu di kecan pertama sama pacar kok udah pesen banyak makanan." Sahut Rudi sambil tersenyum.
"Iihh habisnya Mas Rudi juga nggak malu tuh, masak dikencan pertama ngajak makan lesehan di warung tenda. Harusnya kan di restoran mahal, Mas kan orang kaya," sahut Anjani.
Rudi tertawa mendengar sahutan dari wanita yang kini telah resmi menjadi kekasihnya.
"Memangnya kamu mau diajak ke restoran mahal?" tanya Rudi.
Anjani menggelengkan kepalanya, "enggak Mas, di sini aja lebih enak murah lagi" sahut Anjani.
"Hahaa .... kamu ini ada-ada saja, Dek," kata Rudi.
Selesai menikmati santap malam mereka di warung tenda, Rudi membawa Anjani menuju pasar malam.
"Pasar malam, Mas?" tanya Anjani.
"Iya, berani naik kora-kora?" tanya Rudi.
"Oke, siapa takut," sahut Anjani.
Anjani merasa gugup saat sudah berada di atas kora-kora.
"Mas, ayo mas kita turun aja. Nanti kalo talinya lepas kita bisa terlempar jauh lho!" Kata Anjani yang sudah parno sendiri.
Rudi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "ckckck, kamu ini ada-ada saja sih, Dek."
"Eehh ehhh ... udah gerak, Mas. Udah gerak ini, Mas!" Seru Anjani heboh saat kora-kora mulai di ayunkan.
"Aaaaaa!!!?" Anjani berteriak kencang saat kora-kora mulai berayun.
Hingga sepuluh menit berlalu, Anjani bisa bernafas lega saat wahana perahu itu berhenti.
Tubuh Anjani gemetar, wajah cantiknya pucat pasi. Kedua tangan nya mencengkeram tangan Rudi.
"Ayo Dek, kita turun." Ajak Rudi saat wahana sudah berhenti.
"Mas, aku gemeter, Mas." Kata Anjani dengan muka polosnya yang malah terlihat lucu di depan Rudi.
Rudi terkekeh, "kamu belum pernah naik beginian?" tanya Rudi yang di balas dengan gelengan oleh Anjani.
"Apa mau Mas gendong?"
Anjani menggeleng, "ihh memangnya aku anak kecil apa," sahut Anjani.
Dengan sedikit tertatih Anjani berjalan turun dari wahana kapal itu.
"Aku kapok," gumam Anjani. "Udah nggak mau lagi naik begituan."
"Kalau naik itu berani nggak?" tanya Rudi saat melihat wahana yang persis sangkar burung.
"Enggak ah, itu terlalu tinggi, nanti kalau jatuh gimana?"
"Kamu ini belum apa-apa kok udah parno sendiri sih?" sahut Rudi.
"Mas kan tahu aku takut ketinggian," sahut Anjani.
"Nanti kalau sampai di atas kan kamu bisa merem, Dek," bujuk Rudi.
"Iya deh, boleh ...," sahut Anjani.
Anjani sebenarnya takut, tapi ia juga penasaran bagaimana rasanya naik wahana yang seumur hidupnya belum pernah ia rasakan.
Sampai di dalam kurungan, Anjani mencengkeran erat rangan Rudi.
"Mas udah mulai gerak, ihh udah naik sedikit ini!" Kata Anjani heboh.
"Ssttt ... nggak usah takut Dek, ada Mas di sini." Kata Rudi lirih kemudian mengecup dahi Anjani mesra. Anjani tersipu malu lalu menundukan wajahnya.
"Lihat, kita bisa menikmati indahnya malam di Jogya lewat sini, lihat itu." Kata Rudi menunjuk ke bawah.
Anjani pun mengikuti kemana arah pandangan mata Rudi, namun seketika ia terasa pusing saat ia melihat ke bawah.
Setelah duabelas kali putaran akhirnya Anjani bisa bernafas lega.
Kini mereka tengah mengantri ingin membeli kembang gula.
Anjani membeli satu kembang gula untuk ia nikmati.
Anjani melihat seorang anak kecil yang membawa sebuah kembang gula dengan bentuk yang menarik perhatiannya.
"Mas lihat itu, kok ada yang seperti itu sih, bagus Mas. Ayo kita beli yang seperti itu." Kata Anjani antusias.
Rudi tersenyum melihat Anjani yang sedang terheran dengan bentuk kembang gula yang di bawa anak kecil tadi.
"Ayo kita beli, sepertinya yang jual ada di sana, Dek," kata Rudi.
Sampai di tempat penjual kembang gula, Anjani di buat bingung dengan bentuk-bentuk kembang gula yang lucu-lucu.
Akhirnya Anjani memborong lima kembang gula.
"Sudah jam setengah sepuluh, Dek. Ayo kita pulang." Ajak Rudi yang di balas anggukan oleh Anjani.
***
Anjani turun dari mobil yang pintunya telah lebih dulu dibukakan oleh Rudi.
"Selamat malam, Mas Rudi, Mbak Anjani," sapa Pak Mar.
"Selamat malam, Pak Mar." Sahut Anjani dan Rudi.
"Ini untuk Pak Mar." Kata Anjani sambil memberikan satu kembang gula pada Pak Mar.
"Waahhh terima kasih, Mbak. Alhamdulillah dapat oleh-oleh dari bos yang baru pulang malam mingguan," kata Pak Mar.
"Ini juga buat Nyai, tolong diberikan Nyai ya, Pak." Imbuh Anjan sambil memberikan satu lagi kembang gula pada Pak Mar.
"Ohh oke, siap Mbak. Terima kasih lagi ya, Mbak Anjani."
"Sama-sama, Pak Mar," sahut Anjani.
"Ayo masuk, sudah terlalu larut." Ucap Rudi saat melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri lnya.
"Iya, Mas," sahut Anjani.
"Mari Pak Mar, saya antar Anjani masuk dulu ya."
"Iya Mas Rudi, silakan," sahut Pak Mar.
Anjani berjalan beriringan dengan Rudi menuju kamarnya.
'Tookk tokkk tokk'
Anjani mengetuk pintu kamar Flo.
"Ngapain kamu Dek, malam-malam ngetuk pintunya Flo?" tanya Rudi heran yang malah dibalas cengiran oleh Anjani.
"Flo ...." Anjani sedikit berteriak memanggil Flo agar segera membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" Tanya Flo saat sudah membuka pintu kamarnya.
Anjani langsung menyodorkan satu buah kembang gula yang berbentuk karakter babi di serial kartun pada Flo.
"Ini Flo, buat kamu," kata Anjani.
"Iihh pulang kencan ya ...." Goda Flo saat sadar di hadapannya juga ada Rudi.
Anjani tersenyum, "itu tadi waktu aku beli teringat kamu, Flo."
"Iihh ... so sweetnya temanku ini ...," sahut Flo.
"Tadi aku teringat kamu, soalnya karakter ini mirip banget sama kamu, Flo. Hhaahaa ...." Tawa Anjani pecah saat selesai mengutarakan isi dalam pikirannya. Rudi pun ikut tersenyum melihat Anjani yang tertawa puas melihat muka masam Flo.
"Kurang ajar!" seru Flo, "dasar kampret!! sudah sana pada pergi." Seru Flo yang langsung masuk ke kamarnya.
Anjani semakin tertawa melihat reaksi Flo.
"Sudah sana masuk Dek, jangan main hp sudah malam. Langsung tidur ya. Jangan lupa kunci pintunya." Kata Rudi yang dibalas anggukan oleh Anjani.
Rudi mencium kening Anjani sebelum Anjani masuk ke kamarnya. Setelah memastikan Anjani menutup dan mengunci pintu barulah Rudi beranjak keluar.
***
........bersambung......
Boleh minta 200 vote untuk next part nya?☺☺
Terima kasih 🙏
Semarang, 13 Januari 2019
Salam
- Silvia Dhaka -
Repost 11-02-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top