3. Makan gratis
Happy reading
***
Sudah seminggu lebih Anjani tinggal di Yogya, ia mulai belajar hidup mandiri.
Beruntung tetangga kostnya ramah-ramah dan baik, jadi Anjani merasa krasan dan betah tinggal di kost.
Terlebih ada Nyai dan Pak Mar, polah tingkah mereka berdua malah menjadi hiburan untuk Anjani namun keromantisan Nyai dengan Pak Mar membuatnya iri. Anjani ingin seperti Nyai dan Pak Mar, juga ingin seperti ibu dan bapaknya. Kedua pasangan itu membuat Anjani berangan-angan untuk mendapatkan suami yang akan menemaninya hingga ia menua.
"Nyai!" seru Anjani saat melihat Nyai berjalan melewati kamarnya.
"Iya mbak An, ada apa manggil Nyai cantik?" tanya Nyai dengan gaya centilnya yang khas.
"Nyai masih banyak kerjaan?"
"Ndhak Mbak, ini barusan dari depan ngantar kopi buat Si Papah," sahut Nyai.
"Oohh ... sini dong Nyai, temani saya ngobrol." Kata Anjani sambil duduk di kursi yang ada di teras kamarnya.
Nyai mendekat dan tersenyum, "walahhh ... apa ndhak telpon-telponan sama ayank beb toh, Mbak?"
"Ayank beb?!" tanya Anjani.
"Iya toh, anak muda macam Mbak Anjani ini kan biasanya suka telpon-telponan sama pacarnya," sahut Nyai sambil duduk di kursi sebelah Anjani.
Anjani tersenyum, "saya nggak punya pacar, Nyai." Sahut Anjani.
"Hee ... mosok toh?! Wong ayu kok jomblo. Dulu waktu Nyai muda, Nyai nggak pernah jomblo lho, Mbak. Hhehehee ...."
"Yo telpon-telpon gebetan ngono to, Mbak. Nyai saja kalau di kamar sering telpon-telponan sama Papah kok, kalau Papah lagi jaga di pos luar," kata Nyai sambil tersenyum malu-malu.
"Ckckck ... Nyai ... Nyai ...." Anjani menggelengkan kepalanya mendengar cerita dari Nyai.
"Nyai, kok aku belum pernah ketemu sama yang punya kost ya?" tanya Anjani.
"Oohhh ... yang punya kost sibuk Mbak, kerjanya di pemerintahan, ndhak tahu jadi apa. Pokoknya sering pergi-pergi," sahut Nyai.
"Oohh ...."
"Yang punya kost guanteng lho Mbak, jos pokoknya!" seru Nyai mantap sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Oh ya?"
Nyai mengangguk antusias, "masih muda, masih perjaka lho, belum punya istri. Rumah kostnya buanyak, Mbak."
"Belum punya istri?"
"Iya, Mbak Anjani mau tak comblangkan sama Dia?" tanya Nyai.
"Nggak, Nyai."
"Mau aja Mbak, Dia itu to punya banyak rumah yang di kost-kostkan seperti ini, terus punya usaha-usaha pokoknya. Orangnya baik, ramah, pengertian, kaya terus apa lagi ya .... Pokoknya suamiable banget deh, mantuable juga," sahut Nyai dengan mata berbinar.
Anjani tertawa mendengar perkataan Nyai, "Nyai gaul banget sih, masak tau suamiable sama mantuable sih, ckck."
"Hahaaa ... yo mesti gaul toh Mbak, wong sak ben dino Nyai digauli terus karo Papah kok, kok orak entok gaul ki piye sih," sahut Nyai.
Anjani juga ikut tertawa, "ya ampun, Nyai ...." Anjani geleng-geleng kepala karena perkataan Nyai.
'Tinn tinn'
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar.
"Ehh itu mobilnya yang punya kost, Mbak!" seru Nyai, "ayo Mbak, kita ke sana."
Anjani dan Nyai berjalan keluar. Anjani menyipitkan pandangannya saat melihat Pak Mar tengah berbicara dengan seorang pria.
"Ini lho Mas orangnya, cantik toh ...." Seru Pak Mar sambil menunjuk ke arah Anjani berdiri.
Sang pemilik kost pun melihat ke arah yang di tujukan oleh Pak Mar.
"Dek Anjani?!"
"Mas Rudi?!"
"Ooaalahh ... sudah saling kenal toh," seru Pak Mar.
"Pah, jangan-jangan Mbak Anjani ini pacarnya Mas Rudi, Pah. Lihat pancaran matanya Mas Rudi, Pah. Pancaran mata kecintaan," kata Nyai lirih sambil terekeh, namun suaranya masih bisa di dengar oleh orang-orang yang ada di situ.
"Ssttt ... Mamah ini mulutnya ember!" sahut Pak Mar.
Flashback off.
***
"Mas ini kan orang kaya to, masak suka banget makan gratis di sini." Kata Anjani sambil menghidangkan masakan yang ia masak di meja di hadapan Rudi.
"Hehee ... habisnya masakan kamu enak sih. Makanya mau ya nikah sama Mas, biar Mas nggak makan gratis lagi di sini," sahut Rudi.
"Memangnya ada hubungannya ya?" Anjani bingung dengan perkataan Rudi.
"Ya ada dong Dek, kalau kamu jadi istrinya Mas otomatis kan mas ngasih uang bulanan sama kamu. Jadi Mas kan nggak makan gratis lagi," sahut Rudi.
"Huuuhh ... maunya!" seru Anjani yang dibalas tawa oleh Rudi.
"Ayo Dek di makan, keburu dingin lho. Anggap saja rumah sendiri," seloroh Rudi.
Anjani memutar bola matanya malas, lalu duduk di depan Rudi.
"Hahaa ... jangan cemberut gitu ah, nanti cepat tua lho."
"Biarin." Ketus Anjani sambil mengambilkan nasi dan lauk ke dalam piring Rudi.
"Silakan dimakan, Tuan." Kata Anjani dengan suara manis yang dibuat-buat yang malah menambah Rudi gemas.
***
"Woii ... ngapain kamu di sini, pulang sana .... Kasian nanti si kembar nyariin kamu." Seru Yudi yang mendapati sahabatnya sedang berada di klub malam.
"Ck, kamu juga ngapain di sini?" tanya Dion.
"Hahaa ya nemanin kamu lah, apa lagi coba," sahut Yudi.
"Bulshit!" seru Dion.
"Ayolah pulang, udah terlalu malam ini," kata Yudi.
Tiba-tiba ponsel Yudi berdering.
"Iya Cinta, ini lagi di jalan. Ha?! Berisik, mana ada ... ini suara musik di mobil, Sweety. Oke aku segera sampai, bye Sayang ... muach muach muach," kata Yudi pada seseorang yang tengah menelponnya.
"Sana buruan balik, istri sweetymu sudah menunggu," kata Dion.
"Aciee ... ciiee ... cemburu ya, masih ada rasa ya," goda Yudi.
Dion memutar bola matanya malas, "bangke lo!!" Seru Dion yang langsung pergi meninggalkan Yudi.
"Yahh aku ditinggal." Seru Yudi sambil berlari menghampiri Dion.
***
........bersambung....
Semarang, 6 Januari 2019
Salam
- Silvia Dhaka -
Repost 90-02-2021
Baca juga cerita terbaruku berjudul Unwanted Married
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top