17. Kebodohan
Ready PDF
Menjadi Wanita Kedua 40K
Menjemput Cinta 40K
Happy reading
***
"Kau mencoba membohongiku, eh?!" Kata Dion sambil menyipitkan matanya menatap sepasang manik mata milik seorang wanita yang sudah ia koyak pakaiannya.
"Bohong apa?" tanya Anjani tak mengerti.
"Mana mungkin seorang wanita yang baru saja melahirkan tidak memiliki ASI sama sekali?" Kata Dion lalu menjilat puting susu Anjani yang masih mencuat di depannya.
"Ssshhh ...," desah Anjani.
"Ukurannya juga masih sama seperti dulu pertama kali aku mengenalnya." Imbuh Dion sambil meremas kedua payudara Anjani.
"Aahhh, Mas!" seru Anjani.
"Hahaa, kau membohongiku, bukan .... Aku sudah tahu semuanya, Sayang. Kau hanya akan menjadi milikku," kata Dion.
"Bohong apa?"
"Laki-laki itu dan bayinya semua hanya tipuanmu saja."
"Da-dari mana Mas tahu?"
"Hhh itu tidak penting, sekarang yang terpenting kita akan memulai semuanya dari awal." Kata Dion meyakinkan Anjani.
Anjani membenahi penampilannya, ia menurunkan bra dan blusnya hingga menutupi aset berharganya. Namun saat Anjani ingin turun dari pangkuan Dion, Dion menahannya.
"Awas Mas, aku mau turun!" kata Anjani.
"Mas suka posisi seperti ini, Sayang," sahut Dion.
"Lepas, Mas!"
"Dengan senang hati, Sayang." Sahut Dion riang lalu membuka kancing blus Anjani.
'Plak' Anjani memukul tangan terampil Dion yang sudah memulai aksinya.
"Apa-apaan sih, Mas!!" seru Anjani.
"Apa sih, Sayang ...." Protes Dion atas sikap Anjani.
"Mau ngapain lagi buka baju aku?"
"Katanya tadi suruh lepas ... gimana sih?" gerutu Dion.
"Iihh tau ah!" Anjani turun dari pangkuan Dion.
Tiba-tiba terdengar suara dari dering ponsel milik Anjani, Anjani segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.
"Iya Mas, ada apa?" tanya Anjani saat sudah mengangkat telponnya.
Rahang Dion mengeras saat mendengar Anjani menyapa seseorang yang sedang menelponnya.
"Mas?! Mas siapa?" tanya Dion pada Anjani.
Anjani memasang muka masam pada Dion lalu ia berdiri dan berjalan menjauh dari Dion. Ia takut jika Rudi sampai mendengar suara Dion.
Anjani terkejut saat membalikan tubuhnya, Dion tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"Siapa dia?" desis Dion.
"Bukan urusanmu, Mas. Aku mau kembali ke kantor." Sahut Anjani yang melenggang melewati Dion.
Namun dengan cekatan Dion mencekal lengan Anjani.
"Tetap di sini, kamu tidak perlu ke kantor karena Mas sudah katakan pada Jogi jika kamu ikut denganku."
"Kalau begitu aku akan pulang saja."
"Tidak!"
Anjani menyentakan tangannya hingga terlepas dari cekalan Dion.
"Aku mau pulang!" seru Anjani.
Dion merengkuh tubuh Anjani lalu menyambar bibir merah Anjani untuk kembali ia cecap rasa manisnya.
"Arrgghh ...." Teriak Dion saat Anjani menggigit kuat bibir langcang Dion.
"Rasakan!" seru Anjani.
"Jangan menyentuhku lagi, di antara kita tidak ada hubungan apapun. Aku bukan jalang yang seenak hati kamu sentuh!" desis Anjani.
Anjani mengambil tasnya yang berada di sofa lalu pergi meninggalkan apartemen Dion.
"Aarrggghh ...." Dion mengacak rambutnya frustasi karena kebodohannya yang terlalu terburu-buru mengambil tindakan.
***
Saat berada di dalam taxi yang ia tumpangi saat ini tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
"Wika." Gumam Anjani saat melihat panggilan di ponselnya.
"Halo."
"Jemput aku sekarang."
"Jemput ke mana?!" seru Anjani bingung.
"Aku ada di Jogya, jemput di hotel Angkasa. Aku tunggu di lobi ya."
"Oke," sahut Anjani.
"Pak tolong ke hotel Angkasa ya," kata Anjani pada supir taxi yang ia tumpangi.
"Iya, Mbak."
Setelah lima belas menit Anjani sampai di hotel yang Wika sebutkan tadi.
Anjani celingak celinguk mencari keberadaan temannya itu.
"Woi, An!" Seru Wika setengah berlari menghampiri Anjani.
Wika menubruk tubuh Anjani, "kangen bangen sama kuntil anak kayak kamu!" seru Wika.
"Kampret!" balas Anjani.
"Hahaa ... ayo kita ke tempatmu aja," kata Wika.
Tiba di kost ada Pak Mar dan Nyai yang menyapa mereka.
"Mbak An, ada tamu toh?" tanya Nyai.
"Iya Nyai, kenalkan ini temanku dari Semarang," sahut Anjani.
"Saya Wika, Pak, Buk." Wika tersenyum lalu menjabat tangan Nyai dan Pak Mar bergantian.
"Panggil saya Nyai saja, Mbak. Ini Pak Mar suami Nyai," sahut Nyai.
Wika melongo mendengar penuturan Nyai yang mengatakan jika lelaki di sebelahnya itu adalah suaminya.
"Ya sudah kita masuk dulu ya, Nyai, Pak Mar," pamit Anjani pada Nyai dan suaminya.
"Iya, Mbak." Seru Nyai dan suaminya.
Sampai di kamar kost Anjani, Wika meneliti setiap sudut kamar yang dihuni Anjani.
"Ehh tadi aku kaget lho waktu Nyai bilang yang di sampingnya itu ternyata suaminya," Wika mulai membuka suara.
"Kenapa?"
"Nyai cantik dan kelihatan muda sedangkan suaminya, ckck nggak nyangka ... cinta memang buta ya," celetuk Wika.
Anjani tersenyum, "tapi mereka pasangan idolaku lho Wik, mereka itu romantis banget tahu nggak."
"Masa sih?"
"Iya, umur mereka beda sepuluh tahun, jadi nggak heran kalau Pak Mar kelihatan lebih tua," sahut Anjani.
Wika membaringkan tubuh lelahnya di ranjang Anjani.
"Kamu kenapa bisa ada di Jogya, Wik?" tanya Anjani.
"Saudaranya Mas Slamet ada yang nikah."
"Damay nggak diajak?"
"Ya enggak lah, An. Damay kan masih kecil, ntar dia rewel lagi," sahut Wika.
"Iya yah, eh terus kok kamu malah di sini nggak ke nikahannya saudaranya Mas Slamet?" Tanya Anjani sambil membaringkan tubuhnya di samping Wika.
Wika mengerjap meneliti sesuatu yang ada di leher Anjani.
"An, itu cipokan?!" Seru Wika saat melihat beberapa bercak merah di leher jenjang Anjani.
"Ha?!" Seru Anjani yang langsung mengusap lehernya.
"Rudi udah berani nyepok kamu?! Ciihh kemarin katanya mau cium kening aja minta ijin dulu, tahunya ...." Kata Wika karena sedikit banyak Wika tahu tentang perkembangan hubungan Anjani dengan Rudi.
"Eemmm ini ... ini bukan mas Rudi, Wik," lirih Anjani.
Wika semakin memicingkan mata tajamnya, "terus siapa?"
"Mas Dion," lirih Anjani.
"Apa?!" Seru Wika yang langsung shock, Wika langsung bangun dari berbaringnya.
Anjani memandang takut ke arah Wika.
"Omaigat Anjani!!! Kamu bodoh atau blo'on sih?!!" seru Wika yang tak habis pikir atas kebodohan Anjani.
"Maaf Wik, aku khilaf ...," lirih Anjani.
"Kamu megulangi lagi kebodohanmu di masa lalu!" kata Wika.
"Katanya baru kemarin ketemu kok sekarang udah mulai cipokan?!" Wika kembali bertanya.
"Tadi aku terhanyut pesona Mas Dion," lirih Anjani.
"Tadi?! Ya ampun An ... An ...," Wika geram dengan ulah Anjani.
***
Dion bercerita kepada Yudi lewat sambungan telpon atas kebodohannya hingga membuat Anjani marah pada Dion.
Dion tak tahu lagi harus curhat kepada siapa, hanya Yudi teman satu-satunya yang dekat dengannya.
"Jangan terburu-buru lah Yon, pelan aja yang penting dapet."
"Ck, dia membuatku hilang akal, Yud."
"Gimana kalau langsung dinikahin aja?" saran Yudi.
"Hhh gimana sih, tadi katanya nggak usah buru-buru. Udah lah percuma curhat sama kamu, nggak ada masukan malah nambah aku pusing," sahut Dion.
"Coba kamu lebih bersikap manis sama dia, kasih bunga kek, ajak makan malam romantis kek, jangan nuruti egomu dulu lah, Yon. Jangan nyosor mulu, hahaa."
"Hhh semoga aku bisa kuat nahan godaan."
"Memangnya Anjani sering goda kamu?" canda Yudi.
"Tanpa digoda olehnya aku sudah tergoda," sahut Dion.
"Iya sih, apa lagi udah tiga tahun puasa. Karatan nggak tuh pedang?! Hahaaaa," tawa Yudi pecah saat ia berhasil menggoda Dion.
"Setan lo!" Seru Dion lalu memutus sambungan telponnya.
***
.......bersambung...
Next? 350 vote dulu😊
Sampai jumpa 👋👋😘
Semarang, 3 Februari 2019
Salam
- Silvia Dhaka -
Repost 16-02-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top