11. Galau
Happy reading
***
Rudi memanggul Bian ke sana ke mari. Bocah umur empat tahun itu tertawa riang saat paman kesayangannya terus saja mengajaknya bermain.
"Ayo Pakdhe kita muter ke sana," ajak Bian.
"Ehh sudah, Pakdhemu bisa sakit tulang kalau terus-terusan gendong kamu Bian!" seru Sinta- mama Bian.
"Yahh ... Mama!" seru Bian kecewa.
"Sudah pantas jadi ayah tuh, sana buruan nikah!" seru Sinta adik satu-satunya yang Rudi punya.
Rudi tersenyum sambil meletakan keponakan kesayangannya di sofa.
"Bian mandi dulu sana, bau asem." Kata Rudi setelah mengendus tubuh keponakannya itu.
Bian mengendus tubuhnya sendiri, lalu ia tersenyum.
"Ayo Mah, Bian mau mandi!" seru Bian pada Sinta, mamanya.
"Ayo." Sinta berdiri menggandeng putranya menuju kamar mandi.
"Rud," sapa Yanti pada putranya.
"Ibu," sahut Rudi saat Yanti sudah duduk di sebelahnya.
"Kapan kamu mau menikah? adikmu saja sudah mau dua anaknya. Bian sudah umur empat tahun, sebentar lagi juga mau punya adek," kata Yanti.
Rudi tersenyum, "Rudi nggak buru-buru kok, Buk. Mungkin belum waktunya," sahut Rudi.
"Hhhhh ...." Yanti menghela nafas, "jangan terlalu santai. Ibumu ini sudah tua, ibu takut kalau ibu nggak sempat melihat kamu menikah dan punya anak," imbuh Yanti.
"Hhh ... kok ngomongnya gitu sih, Buk," sahut Rudi.
"Lha iya toh, kamu ini apa masih mengharap cinta dari anaknya si Surya itu?" tanya Yanti yang di balas anggukan oleh putranya.
"Hhhh ... apa nggak bisa cari perempuan lain kamu ini?" tanya Yanti.
"Hhhh ... sulit Buk, Rudi sudah mentok sama dia."
"Lha emangnya dia mau sama kamu?" tanya Yanti.
Rudi tersenyum, "kita sudah pacaran kok, Buk," sahut Rudi lirih.
"Ha?! Kok kamu nggak bilang sama ibu?" tanya Yanti, Rudi hanya bisa nyengir menjawab pertanyaan dari ibunya.
"Kalau begitu langsung saja dilamar!" seru Yanti antusias.
"Ya nggak buru-buru gini dong, Buk. Kita juga baru pacaran."
"Kamu kalau nggak berani, biar Ibu sama Bapak yang melamarkannya untukmu," kata Yanti.
"Hhh ... Ibu ini, alon-alon asal kelakon toh, Buk ... Buk ...," sahut Rudi.
***
Anjani tak bisa tidur nyenyak, pikirannya di penuhi oleh bayang Dion.
Tiga tahun usahanya untuk melupakan Dion dan menyingkirkan Dion dari hatinya kini hanya sia-sia saja. Hanya dengan sekali pertemuan semuanya menjadi kacau.
"Nggak ... nggak ... nggak. Ayo Anjani kamu pasti bisa!" seru Anjani menyemangati dirinya sendiri.
Wika
Galon ya, Buk .... 😂😂
Gitu aja langsung nggak bisa tidur.
👎👎
Suasana hati Anjani tambah kacau ketika membaca pesan dari Wika.
"Kampret tuh orang!" gerutu Anjani.
Anjani.
Sok tahu lo.
Dasar teman kampretttt.
.
Wika
Selamat menikmati resah gundah dan gelisah, Tante An😋😘😘😘
Sudah ya, aku mau ena-ena dulu
😂😂😝😝
Anjani.
Dasar manusia tidak berperipertemanan.
😤😤👊
.
"Sialan tuh bocah!" gumam Anjani.
Tiba-tiba saja ponselnya bergetar,
"Mas Rudi?!" gumam Anjani saat melihat siapakah gerangan yang menelponnya malam-malam.
"Halo, Mas ...," sapa Anjani.
'Assalamualaikum, Cinta."
"Wa'alaikum salam, Mas," sahut Anjani.
"Kok belum tidur?"
"Iya, lagi nggak bisa tidur, Mas," sahut Anjani.
"Kenapa? Mikirin Mas ya?"
"Iihh ... Mas Rudi Pede ih!" seru Anjani.
"Hahaa ...."
"Mas ada di mana?"
"Ini Mas lagi di rumah Bapak, di Gunung Kidul, Dek."
"Lhoh kemarin katanya Mas ke Malang?"
"Urusan kantor sudah selesai tadi malam, terus Mas langsung pulang ke sini. Kangen juga sama Bapak, Ibu dan juga Bian."
"Ohh Bian anaknya Sinta yah?" tanya Anjani.
"Iya, Dek kita kan sama-sama suka anak kecil, gimana kalau bulan depan kita nikah supaya kita bisa cepet bikin anak-anak lucu. Yaaa ... lima atau enam gitu."
"Iihh ... Mas ngaco!"
"Hahaaa ... itu impian Mas. Memilikimu sebagai istri dan memiliki anak yang lucu-lucu."
"Uhh ... Mas Rudi mulai ngelantur, ya sudah deh aku tutup telponnya ya .... Aku ngantuk Mas, mau tidur."
"Ya sudah. Selamat malam, Cinta. Assalamuallaikum."
"Wa'alaikum salam."
Anjani meletakan ponselnya dan mencoba untuk memejamkan matanya.
***
"Anjanii ...." Gumam Dion melihat foto Anjani yang ia pajang di dinding kamarnya.
"Apa kamu bahagia dengan pria itu?" Dion bertanya pada foto Anjani seolah-olah Anjani benar ada di hadapannya.
"Anjanii Mas merindukanmu .... Sangat, sangat ... merindukanmu." Lirih Dion menatap nanar foto Anjani.
***
Satu bulan berlalu setelah pertemuannya dengan Dion, kini hidupnya kembali resah. Bayang-bayang Dion selalu menari-nari di pikirannya.
"Dek, kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu sering melamun." Kata Rudi saat mendapati kekasihnya itu sedang menatap makanannya dengan pandangan kosong. Karena kini mereka tengah menikmati makan malam mereka di restoran favorit Rudi.
"Apa ada masalah?" tanya Rudi lirih yang dibalas dengan gelengan lemah Anjani.
"Terus kenapa kamu jadi sering melamun?" tanya Rudi lagi.
"Enggak kok Mas, aku lagi malas aja. Akhir-akhir ini banyak yang harus aku kerjakan di kantor," sahut Anjani.
"Minggu depan Mas harus ke Bandung," kata Rudi.
"Urusan pekerjaan?" tanya Anjani yang dibalas anggukan oleh Rudi.
"Berapa lama?"
"Belum tahu, kamu nggak pa-pa kan Mas tinggal?"
"Iya, emangnya aku anak kecil apa," ketus Anjani.
"Ya nggak gitu juga, Dek." Rudi tertawa mendengar sahutan Anjani.
"Eemm, Dek."
"Heemm," sahut Anjani.
"Kamu kapan siap Mas nikahi?" tanya Rudi serius.
Anjani terdiam, Rudi menggenggam kedua tangan Anjani yang berada di atas meja.
"Sepulang dari Bandung Mas akan melamar kamu. Mas akan bawa orang tua Mas ke Semarang," kata Rudi.
"Tapi Mas ... aku ... aku belum siap," sahut Anjani.
"Lalu kapan kamu akan siap?"
***
Dion duduk di ayunan di sebelah kanan dan kirinya diapit oleh kedua putranya, Rion dan Kana.
Sedangkan di pangkuannya ada Letta yang asik memakan jarinya sendiri.
"Sini Sayang, sama Papa," ajak Yudi pada putri semata wayangnya itu.
Yudi mengambil Letta dari dekapan Dion.
"Rion, Kana sana makan dulu. Makanannya sudah disiapkan Mami di dalam." Kata Yudi pada kedua anak sahabatnya yang kini juga menjadi putra tirinya.
Rion dan Kana langsung berlari masuk ke dalam rumah.
"Belum selesai galaunya?" goda Yudi.
"Ck, sudahlah ... aku pulang dulu." Dion berdiri hendak pergi dari rumah Yudi.
"Yon, buru-buru amat. Nggak makan dulu? Istriku sudah pintar masak lho!" seru Yudi yang ingin pamer keahlian istrinya.
"Ck, nggak lah. Paling juga masak ikan gosong lagi." Sahut Dion meremehkan kemampuan istri Dion yang memang hanya bisa memasak ikan gosong.
"Hehh dasar duda galau!" Seru Yudi yang tersulut emosi mendengar Dion meremehkan kemajuan istri tercintanya.
Kini Rion dan Kana lebih sering menginap di rumah Yudi dan Siska ketimbang di rumah oma dan opanya.
Semenjak perceraian Dion dan Siska, Dion memboyong kedua putranya untuk tinggal di rumah orang tua Dion. Sedangkan Siska memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya yang ada di Jakarta. Siska kembali ke Semarang setelah ia dipersunting oleh Yudi.
Sekarang Siska sudah berubah lebih baik, ia sudah mengurangi aktifitas di luar rumah bersama teman-temannya dan memfokuskan dirinya untuk keluarganya. Kegagalan rumah tangganya bersama Dion menjadi guru terbaik untuk dirinya menata ulang hidup agar menjadi jauh lebih baik.
***
........bersambung.......
Hayoo... siapa yang suka baca tulisan jelek saya tapi nggak mau ngasih vote👀....
☝☝☝
Cuma pencet bintang sekali per part aja kok nggak mau, pelit amat😒, apalagi mesti bayar, mesti langsung kabur😝😝
250 vote untuk next partnya
Sampai jumpa👋👋👋👋👋
😘😘😘😘
Semarang, 22 Januari 2019
Salam manis
- Silvia Dhaka -
Repost 12-02-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top