Tiga puluh lima
Ketika terbangun, aku mendapati diriku ada dalam pelukan Josh. Ya Lord, dia ternyata semalem nginep sini ya, gak pulang. Huh!
Aku melepaskan diri dari pelukannya, hanya mundur sedikit agar tubuh kami berjarak. Aku tetap memandanginya.
Gilak, aku denger jelas semua yang dia omongin semalem dan katanya terserah aku. Bingung ya ampun.
Aku diam ketika Josh bergerak dan ia pun terbangun, mata kami langsung bertemu dan ia tersenyum.
"It feels nice, you know, bangun pagi dan tahu gue gak sendiri, tapi ada lo." Katanya bikin aku makin diam.
"Gue gak tahu hidup gue kedepannya bakal gimana Ca,"
"Kenapa gitu?" Akhirnya aku bersuara.
"Karena masih abu-abu, karena lo belum kasih jawaban."
"Jadi hidup lo kedepannya tergantung jawaban gue gitu?"
"Yap, entah gue sampe tua cuma berdua Jo, atau settle sama Jo dan lo, terus bikin adek-adek buat Jo, semua terserah lo."
Aku diam.
"Just so you know, gue udah kelarin semua jenis hubungan gue sama cewek di luar sama, i'm free now, but yours."
"Mine?"
"Yap! So, the answer is?"
"Oke bentar, gilak lu! Gue gak bisa ngasih jawaban sekarang!" Seruku! Aku sudah sadar sepenuhnya nih, otakku udah bisa diajak ngobrol.
"Oke, jadi lo maunya gimana?"
"Kalo gue sama lo nih, bilang apa gue ke Arya?"
"Ya bilang makasih, dia kan yang ngasih kesempatan buat kita?"
"Gilak! Gue udah marah banget sama dia gara-gara itu! Arya pasti bakal ledekin gue seumur hidup."
"Pasti sih itu, anak itu lagi... tapi, it's okay for him, his heart will move on Ca, dan Arya tuh gimana ya, dia akan senang, puas, kalau tahu apa yang dia lakuin itu bener,"
"Terus lo gak anggep gue cewek labil gitu? Yang dengan gampangnya switch pasangan?"
"Gue gak anggep lo gitu!" Seru Josh.
"Lo sama Arya tuh jalan pikirannya gimana sih? Kok kaya gampang banget..."
"Kita dari kecil diajarin buat gak ribet, selama masih bisa dibawa santai, ya santai. Hidup itu penuh toleransi, Ca."
Aku mengusap wajahku, kemudian teringat Atta. Gak tahu, tiba-tiba kepikiran Atta aja, dan kaya mikir, udah sama Atta aja lah, lebih gampang. Tapi, emang Atta mau?
"Lo mau kan sama gue?" Tanyaku.
"Lo yang bikin gue langgar janji gue sendiri, menurut lo gue mau gak sama lo?"
"Heu, misal nih, gue telepon satu cowok, nanya ke dia, mau gak dia sama gue, kalau dia mau, gue tinggalin lo, gak apa?"
"It's up to you!"
"Kalau dia gak mau, lo masih mau sama gue?"
Josh tertawa.
"Hal yang gue suka dari lo Ca, lo selalu jujur. I don't know where's your moral compass point to, but it's funny you know? Cara lo mikir dan apa yang lo sampein tuh beneran apa adanya. Dan... ya tetep lah, itu gak ngubah apapun, gue tetep mau lo yang nemenin gue, seumur hidup!"
"Oke, bentar, gue telepon dulu orangnya!"
"Satu syarat!"
"Apa?"
"Loudspeaker, gue mau denger tu cowok!"
"Okay!"
Aku bangkit, mencari ponselku tapi gak ketemu. Jadi, aku turun dari kasur keluar kamar dan menemukan ponselku ada di meja ruang tengah.
Josh menyusulku, duduk di sampingku. Langsung saja aku menelepon Atta.
Asli gak jelas banget ini, random banget sumpah.
"Hallo Ta?"
"Yap, kenapa lo? Tumben pagi-pagi telepon."
"Ta, lo tahu kan apa yang gue mau soal pasangan?"
"Yaps, lo tiap curhat ke gue yang dibahas selalu pasangan kali, gila aja gue gak tahu."
"Hemm oke, menurut lo gue gimana?" Tanyaku. Di sampingku, Josh senyum-senyum gak jelas.
"Menurut gue? Kenapa jadi menurut gue?"
"Jawab aja lah Ta,"
"Ehmm, yaa menurut gue sih lo baik, lo pekerja keras, lo doyan mabok, terus kadang suka gak jelas. Lo juga bisa diandalkan, best lah!"
"Lo mau gak sama gue?"
"Hah?!"
"Lo denger,"
"Gak gue gak denger, gue dengernya lo ngaco! Coba ulang!"
"Atta ihhh!"
"Ulang!" Serunya.
"Lo mau gak sama gue?" Ulangku.
"Astaga Aca, lo emang gak tahu?"
"Tahu apa?"
"I'm gay,"
"Hah????!!!" Anjirrrr syok dong aku. Josh menahan tawa di sampingku.
"Ca, gue belom nikah sampe sekarang karena gue gak bisa nikah."
"Terus cewek di tinder?"
"Emang gue pernah nyebut jenis kelamin pasangan gue? Dan aplikasi kencan yang gue bilang, it's not tinder, is grindr!"
"Emmm engga sih, lo gak pernah bilang ya anjirrrr, Atta bangke!"
"Astaga Aca! Gue kira lo tau,"
"Lo kira gue punya radar yang bisa bedain mana cowok gay, mana cowok straight?!"
"Okay okay, i'm sorry then,"
"Yaudah deh, lo bikin jantung gue longsor aja Ta!"
"Ya lo lucu, tiba-tiba menawarkan diri, hahaha!"
"Yaudah yaudah bye!" Kututup panggilan ini dan Josh langsung ngakak.
"I already know he's a gay!"
"Tau dari mana lo? Punya radarnya?"
"Nih yaa, cowok, deket sama cewek, dengerin semua curhatannya itu kemungkinan cuma dua. Gay atau dia naksir sama lo. Kalau dia naksir sama lo, dia pasti ambil kesempatan pas lo ditinggal cowok lo. Tapi engga kan? Ya udah, kemungkinannya ya itu!" Jelas Josh.
Aku masih dongkol sendiri. Selama ini, hampir 4 tahun kenal Atta, aku gak tahu kalau dia gay. Aku merasa tertypu!!
"So, you're mine, right? !" Ucap Josh dengan nada percaya diri.
Aku menghembuskan napas panjang, pasrah.
"Gila, gue gak tahu hidup gue bakal kaya apa kalau punya pasangan kaya lo!" Keluhku.
Josh tertawa, ia mendekat kemudian memelukku, menarikku ke dadanya.
"Jangan lebay! Hidup lo bakal baik-baik aja. I'll work as hard as I can to make it true! Lo sama Jo harus bahagia, dan gue yang bahagiain kalian."
Aku tersenyum, suka dengan kalimat terakhirnya. Jadi kulingkarkan tanganku di tubuhnya, memeluknya juga, tapi hanya sebentar.
"Udah, gue harus mandi, berangkat kerja!" Kataku, melepas pelukan ini.
"Asli, lo ngancurin momen banget, kampret!"
Aku nyengir, biarin lah, ngapain juga pelukan terus, ya kan? Satu masalah kelar kan bukan berarti hidupku berhenti.
Aku masih tetep harus ngantor, kerja, cari duit boss, kalo gak... siapa yang bayar cicilan ini rumah?
Hahahahah!!!
Tapi ya aku bersyukur, dengan terjadinya semua perubahan-perubahan di hidupku, ternyata aku tidak menjadi lain, aku tetap mengenal diriku sendiri. Ya yang begini. Syukurlah Tuhan. Eh salah, Kanebo!
***********
~ selesai ~
***
Yeay, ada lagi cerita yang gue tamatin. Gosh seneng banget hahahaha!
Terima kasih ya buat kalian semua yang sudah baca sampai bab terakhir ini.
Semoga kalian terhibur dengan cerita ini, atau ada sebagian dari cerita ini yang bisa dipetik. Baik itu dijadikan pelajaran atau jadi hal yang harus kita hindari.
Semoga suka sama endingnya
🤗🤗
Sampai jumpa di judul lain,
Sincerely;
Lilah
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top