Tiga puluh empat
Hari-hari berlalu begitu saja, aku masih mengabaikan Arya yang sering datang ke kantor. Dia capek kali ya kalau ke rumah, kejauhan, makanya cuma dateng ke kantor doang tiap jam makan siang.
Tapi tentu saja, aku gak ada, kabur ke tempat makan sebelum jam istirahat mulai, begitu aja terus.
Ponselku berbunyi, entah kenapa aku senang melihat nama Atta muncul di layar.
"Hay Ta!" Seruku menjawab panggilannya.
"Hay! Gue tiba-tiba kepikiran lo masa!"
"Pas banget! Gue pengin cerita banyak hal sama lo!"
"Save it for tonight, okay? Kita ngobrol dah ampe berbusa!"
"Siap, gue nulis diary dulu apa ya, biar entar tinggal bacain." Candaku.
"Hahah boleeh!"
"Gimana lu kuliah, aman?"
"Aman dong, enak ih tinggal di sini, mantep!"
"Mantepnya?"
"Aplikasi kencan berfungsi sebagaimana mestinya di sini."
"Hahaha kampret lo ya!"
"Serius, kaya gampang banget gue dapet yang match. Ketemu, makan, balik nginep, gitu deh terus hahaha,"
Aku tersenyum, beneran deh Atta yaa, dia tuh hidupnya santai banget. Anaknya gak neko-neko pula.
"Malem ya Ta? Gue berburu minuman dulu deh biar nanti malem lancar ceritanya."
"Ih gue udah stock banyak dong!"
"Nanti malem gue yang telepon ya? Soalnya gue kudu beberes dulu kan."
"Okay baik!"
"Udah dulu ya Ta? Gue mau balik kantor nih, udah kelar makan gue."
"Yooo, hati-hati lo!"
Panggilan terputus, aku segera kembali ke kantor, masih banyak kerjaan akutuh ya ampunnn. Sok santai banget ini hidup ampe bisa makan di luar padahal kerjaan numpuk hahaha. Yaudah lah ya sesekali. Kalau gak gini kapan pula aku menikmati hidup.
Ayu lagi-lagi laporan kalau Arya tadi datang, dan di mejaku sudah ada satu box gede pempek yang terkenal di palembang. Anjir!
"Dia maksa, katanya ini disuruh simpen di ruangan bu Aca." Ujar Ayu lemes, takut dimarahin gitu dia kayaknya.
"Yaudah gak apa, kamu dapet apa dari dia?" Tanyaku.
"Heheh dikasih satu dus juga, udah saya bagi tapi sama anak-anak." Jawabnya bikin aku nyengir. Aku emang pernah bilang ke Ayu, kalau dia dikasih apa-apa sama Arya, kalau Ayu mau ya terima aja, itu hak dia.
"Yaudah, makasi yaa Yu!" Kataku.
"Sama-sama Bu Aca, saya juga makasi ya. Gara-gara Ibu saya jadi dapet banyak rejeki, hehehehe!"
Aku ikut tertawa bersamanya, hanya sesaat karena aku minta ia meninggalkan ruanganku, aku udah mau kerja lagi ini, gosh!
Pintu ruanganku di ketuk, padahal 15 menit lagi jam pulang kantor. Gosh, aku paling males nih urusin masalah dadakan gini, bikin overtime.
"Masuk!" Seruku, dan saat pintu terbuka, aku langsung bete karena yang masuk adalah Arya.
Gosh! Harusnya aku curiga, anak kantor kan juga paling males ngurusin kerjaan di jam mepet pulang, kecuali yang beneran urgent.
"Thanks Ca," Ucap Arya, ia menutup pintu di belakangnya sebelum berjalan mendekat.
"Kamu ngapain?" Tanyaku, ini Ayu mana sih? Bisa-bisanya Arya lolos begini.
"Mau ajak balik bareng, yuk!"
"Bareng apaan, baliknya aja gak searah!"
"Tapi kan aku mau anter kamu,"
"Tapi kan aku gak mau!" Balasku dengan nada yang sama dengannya.
Arya menghembuskan napas panjang, terlihat lelah.
"Aku salah, aku sadar itu, terus aku harus apa Ca? Bilang aku harus apa?"
"Kamu cukup menjauh Ar,"
"Kalau itu gak bisa Ca,"
"Ar, please, aku udah gak bisa sama kamu. Hargain dong. Lagian, banyak pasti cewek di luar sana yang mau sama kamu. Yakin aku! Dan kalau udah dapet, jangan dioper ke orang lagi!"
"Ca kamu bahas itu terus, aku kan udah minta maaf,"
"Ya kan emang permasalahannya mucul gara-gara itu kan? Coba kamu pikir, berbulan-bulan kita pacaran, kamu kenalin aku ke keluarga kamu, kita happy bareng, kamu bahkan udah lamar aku dan aku udah jawab iya, tinggal dikit lagi... dan kamu serahin aku gitu aja ke Josh seolah aku nih barang. Kalau Josh mau, oke, kalau Josh gak mau, kamu ambil balik. Kan gak bisa begitu dong!"
"Niatku gak gitu Ca, aku pengin kamu bahagia,"
"Ya kenapa gak kamu aja yang bahagiain? Kenapa harus Josh?!" Seruku kesal, aku yakin, orang yang lewat pintu ruanganku pasti denger nada tinggiku barusan.
Arya diam,
"Aku mau pulang, sendiri!!!" Seruku bahkan sebelum ia bersuara.
Mejaku sudah rapi, komputer juga sudah mati. Jadi kuambil tasku, tak lupa box berisi pempek dari Arya, tapi sampai depan, kuletakkan box pempek itu di tempat sampah, biar dia liat, aku gak bisa disogok.
Tapi maapin, aku buang-buang makanan ya ampun, berdosa banget, huhuhuhu.
*******
"Anjir, itu cowok gila juga!" Seru Atta ketika aku menceritakan semuanya. Gak semua sih, aku gak cerita soal kejadian nyaris threesome soalnya.
"Wajar kan gue balikin cincinnya dan udah gak mau lagi?"
"Iyaa sihh, tapi gue tanya sama lo ya Ca, dan please jawab sejujur mungkin, kalau lo sendiri maunya gimana?" Tanya Atta, nada suaranya terdengar serius, membuatku tak bisa langsung menjawab karena bingung dengan perasaanku sendiri.
"Gu-- emmm, gue gak tahu Ta mau gue apa. Lo tahu apa yang udah gue ceritain, lo tahu berarti kan mau gue apa."
"Yeah, lo pengin nikah, kalau bisa secepatnya, lo paling takut kalau umur 30 tahun dan belum menikah,"
"Naaaah, itu Ta, gue sebatas pengin nemuin orang yang mau berbagi sisa hidupnya sama gue sampai tua nanti. Gue gak pernah nyari yang aneh, yang tajir melintir pun kaga,"
"Yeah kalau itu gue tahu, dulu aja Nico gajinya di bawah elu kan, lo yang bayar kostan, bayar ini-itu, duit dia sendiri utuh."
"Mampu juga yaa gue biayain cowok, hahahah!" Otakku ter-distrac sedikit."Yeah intinya gue pengin punya pasangan yang serius, gue gak pernah nuntut apa-apa dari cowo, I just dont wanna live my life alone, Ta. I just wanna have someone who can love me everyday, every minutes, in every situation."
Atta tak membalas ucapanku, jadi kutuangkan lagi minuman ke gelas kemudian menyesapnya, membuat tenggorokanku panas.
"Gue bingung Ca mau ngomong apa, lo sebenernya cewek simple yang gak ribet. Tahu juga tuh kenapa lo belom dikasih yang bener,"
Aku mengangguk sebagai respon, lalu, ketika akan bicara, tiba-tiba bel rumah berdering nyaring, sampe Atta juga denger.
"Bunyi apaan tuh?"
"Bel rumah gue,"
"Ini udah jam 10 malem di sana, siapa yang bertamu?"
"Gak tahu,"
"Gak usah dibuka Ca, udah malem."
"Yeah, tapi berisik banget ini, gue sering kena omel tetangga gegara berisik."
"Yaudah buka aja,"
"Teleponnya jangan dimatiin ya?"
"Iya!"
Aku beranjak dari sofa, kemudian turun ke lantai satu, dan ketika membuka pintu, aku super kaget, yang datang Josh. Aku gak tahu harus bagaimana, terakhir aku ketemu dia ya hampir satu bulan lalu, di Bali.
"Malem Ca, boleh masuk?" Tanyanya lembut.
Aku diam, menelan ludah agar bisa lancar ngomong, tapi entah kenapa tiba-tiba dadaku sesak.
"Masuk aja," Kataku akhirnya, dan begitu Josh masuk, aku langsung menutup pintu depan, menguncinya karena ini sudah malam.
"Di atas aja, gue lagi minum, mau lo?" Tanyaku santai ketika Josh hendak duduk di sofa ruang tamu.
"Boleh," Sahutnya.
Aku berjalan duluan, mampir dulu ke dapur untuk mengambil gelas baru buat Josh. Setelah itu baru naik ke lantai 2.
Aku duduk santai di sofa, begitupun dengan Josh. Kutuangkan minuman keras ke dua gelas yang ada di depanku kemudian memberikan satu untuk Josh.
"Lo ajak dia masuk? Nekat juga lo!" Ujar suara di telingaku.
"Gak tahu gue juga ini ngapain,"
"Eh?" Tanya Josh bingung.
"Gue lagi ngomong sama orang, bukan lo." Kataku.
"Oh, okay, terus kapan kita bisa ngomong?"
"Yaudah Ca, matiin aja ya? Nanti kita lanjut lagi," Ujar Atta.
"Yeah, makasi ya Ta, udah selalu ada."
"Anytime, Ca."
Sambungan telepon mati, kulepas airpods dari telingaku kemudian meletakkannya di meja. Mengambil gelasku, aku menyesap minuman banyak-banyak.
"Jangan minum lagi Ca, kalau liat sisaannya, kayanya lo udah minum banyak banget." Ujar Josh.
"Gak usah sok ngasih tahu gue!"
"Okay!" Serunya. Jadi kutuangkan lagi minuman, kali ini menyesapnya sedikit. Setelah itu, aku menarik satu bantal sofa untuk kupeluk sebelum akhirnya tiduran,
"Lo mau tidur aja?" Tanya Josh.
"Lo mau ngomong apa emang? Ngomong aja deh, biar sekalian." Kataku, aku bangkit, gak jadi tiduran, tapi turun ke karpet lalu meletakkan kepalaku di sofa, menatap ke arahnya, menunggu Josh bicara.
Kulihat Josh menyesap minumannya, lalu turun, duduk di karpet di hadapanku dengan jarak sekitar setengah meter.
"Sorry baru dateng sekarang, sebulan ini gue lagi ngurus rumah soalnya, Jo udah tinggal sama gue."
Aku mengangguk.
"Arya bener, gue udah gak bisa tinggal di kost-kostan dan biarin anak gue tinggal sama orang lain yang mungkin asing buat dia. Jo harus gue bikin nyaman dan kenyamanan itu harus gue sendiri yang kasih ke dia."
Lagi, aku mengangguk.
"Gue emang gak bisa 24 jam sama dia, tapi seenggaknya free-time gue ya buat dia. Ya kan?"
Udah kaya ayam nih aku, ngangguk mulu.
"Setelah Jo selesai, baru gue nyamperin lo, sorry yaa."
"It's okay," Kataku.
"Gue tahu lo suka sama gue, lo bahkan pernah bilang itu ke gue, tapi gue gak ngerti sama lo Ca, lo bilang suka sama gue waktu itu, eh gak sampe duaa minggu kemudian, lo malah resmi pacaran sama Arya. Makanya, gue berasumsi rasa suka lo ke gue ya sekadar ucapan doang,"
Lha, terus emang dia maunya aku ngapain? Ngejar-ngejar dia? Astaga, dikata aku pemburu hantu apa.
"Gue mau deketin lo juga bingung kalau lo pacaran sama Arya, dia sepupu gue, he's more a brother than Jeremy and Jonathan, jadi gue gak bisa kalau harus deketin lo dan bikin Arya tersingkir, dan lagi, kalau gue deketin lo, gue gak tahu akan berakhir gimana, jadi ya saat itu emang bener lo sama Arya."
Aku menelan ludah, diam.
"Gue suka sama lo Ca, lo beda dari cewek-cewek yang pernah mampir di hidup gue, bahkan lo lebih baik dari Rara, I do admit it to myself. Saat liat lo sama Arya, gue tahu lo berhak bahagia sama dia, tapi gak ngerti, ada bagian dari diri gue yang pengin saat kumpul keluarga tuh lo ada di pelukan gue, bukan Arya."
"Tapi lagi-lagi gue memilih diam, karena gue pernah janji ke Oma kalau gue hanya akan nikah satu kali seumur hidup gue, dan meskipun Oma udah gak ada, am still a man with my words."
Jadi intinya, Josh kesini tuh untuk klarifikasi kalau dia nih bener-bener nolak aku yaa.
Kuambil gelasku yang berisi minuman, menenggak habis cairan di dalamnya.
"I know Arya still craving on you, tadi sore dia nemuin gue di resto, katanya lo udah nolak dia mentah-mentah. Dan, dia goblok lagi... bilang kalau gue harus temuin lo dan perjuangin lo seolah-olah cuma salah satu dari kita berdua yang boleh sama lo di antara jutaan cowok yang ada di dunia ini, such a stupid man!"
Aku menempelkan lagi kepalaku di sofa, capek.
"Gue ke sini, gue cuma mau bilang kalau lo cewek baik Ca, lo berhak dapet yang lebih baik dari Arya, lebih baik dari gue, lo pantes dapetin itu semua. Lo cewek yang terbuka dengan pemahaman-pemahaman baru, lo cewek yang mau belajar banyak hal, gosh! You're perfect Ca! I adore you!"
Aku menelan ludah, agak sedih mendengar itu.
"Tapi lo harus tahu juga, lo orang yang bikin gue mau mengingkari janji gue sendiri, mungkin cuma lo, kalau bukan lo, kayaknya gue gak mau ingkari janji gue ke Oma. Tapi balik lagi ke elo, apa lo mau nerima cowok kaya gue ini, sedangkan kita berdua tahu lo amat sangat pantes dapet yang lebih."
Aku diam mendengar itu, gak menyangka kalau Josh akan bilang begitu.
"It's up to you, kalau lo mau, berarti gue beneran bajingan paling beruntung sedunia bisa diterima sama lo. Dan gue janji, akan jadi orang yang lebih baik lagi buat lo. Tapi kalau lo gak bisa, yaudah, itu realita yang emang harus gue jalani. Gue gak mau maksa karena gue tahu lo berhak memilih, tapi gue cuma mau memastikan lo tahu kalau gue ada dalam salah satu pilihan itu, dan gue ngarep banget bisa lo pilih,"
"Josh?!" Panggilku sambil mengusap wajah.
"Ya??"
"Gue ngantuk,"
"Ya, keliatan kok. Lo mau tidur aja?" Aku mengangguk, kemudian berusaha berdiri.
Kesadaranku yang tinggal setengah, plus pengaruh alkohol membuatku susah sekali berdiri.
Akhirnya kubiarkan Josh membantuku, dan dengan mudahnya ia menggendongku membuat pipiku menempel di dadanya.
Josh membawaku ke kamar, untungnya dia gak salah kamar karena memang pintu kamarku gak ditutup.
Aku berusaha membuka mataku ketika Josh meletakkanku dengan lembut di atas kasur, tapi gak bisa, mataku udah super berat.
"Sleeptight Ca, besok kita ngobrol beneran ya?" Hanya itu yang kudengar karena jujur saja, aku udah gak fokus. Aku lelah, aku butuh tidur.
Beristirahat.
********
TBC
Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo
Ps: besok chapter finale nihhh huhuhuhuhu~~~
Kira-kira Aca milih apa hayo?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top