Satu
"Ca, Nico mabuk tuh, udah parah!" Ucap Fadli, salah seorang teman yang datang bersama kami ke bar ini.
"Lha? Yaudah bentar!" Kuhabiskan minumanku, lalu turun dari kursi bar, mengikuti Fadli ke tempat Nico yang sudah tidak sadarkan diri.
Gini deh Nico, mentang-mentang Jumat, pasti kalau minum sampai kemabokan begini. Tahu besok libur, jadi ya semena-mena sama Jumat malam, semua minuman dihajar.
"Mau dibantu gak?" Tanya Fadli.
"Pesenin taxi aja, please!" Pintaku. Aku sudah biasa mengurus Nico, memapahnya sendiri pun aku kuat.
Meminta air mineral dan kresek untuk berjaga-jaga, aku memapah Nico keluar saat Fadli bilang kalau taxinya sudah sampai.
"Hati-hati Ca!" Seru Fadli, Fakhri dan Jelita.
"Thanks!" Sahutku lalu menutup pintu mobil. Menarik Nico ke dalam dekapanku. Mengusap-usap rambutnya agar ia nyaman.
"Yaang?" Ia mulai sadar.
"Hemm?"
"Kita di mana?"
"Taxi, di jalan pulang nih."
"Oh, okay!" Ia memeluk pinggangku erat.
Sekian menit di jalanan, kami akhirnya sampai. Sebelum turun, aku membayar supir taxi terlebih dahulu.
"Mbak mau dibantu?" Tawar pak supir.
"Gak usah Pak, saya udah biasa!" Kutarik Nico keluar dari mobil, lalu membawanya berjalan menuju lantai tiga, tempat di mana kamar kami berada.
Menaiki tangga satu persatu, aku berhenti sebentar di pertengahan tangga karena lelah. Nico juga untungnya sudah mulai sadar, ia tersenyum padaku.
"Maaf ya? Aku nyusahin kamu." Aku membalas senyumannya lalu ia pun mencium bibirku. Ugh! Bibirnya sangat terasa rasa alkohol.
"Yuk! Jalan lagi!" Ajakku. Kali ini tidak terlalu berat karena Nico bisa dengan sadar menggerakan kakinya, membuat kami lebih cepat sampai ke dalam kamar.
Begitu di kamar, langsung kurebahkan Nico di kasur.
"Yaang sini doong!" Panggil Nico ketika aku hendak ke kamar mandi.
"Bentar yaa!"
"Please, sini!" Aku menarik napas panjang, menunda ke kamar mandi, lalu berbalik mendekati Nico.
Duduk di pinggir kasur, Nico menarikku ke atas tubuhnya lalu ia pun menciumku. Kubalas ciuman itu, hanya sebentar lalu menarik diri.
"Aku ke kamar mandi dulu Nic, mau pipis."
"Okay!" Ia melepaskan pelukan di pinggangku, jadi aku pun beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
Setelah buang air kecil, aku mengambi satu buah pil yang memang sudah ku-stock lalu meminumnya untuk berjaga-jaga, karena tahu, mabuk begitu, biasanya Nico suka sembarangan buang.
Kembali ke kamar, aku tersenyum melihat Nico sudah melepas bajunya, ia membalas senyumku lalu menepuk-nepuk kasur agar aku segera bergabung. Begitu aku naik, Nico langsung melucuti pakaianku seraya menciumku, tangannya sediri sudah merayap ke bagian-bagian sensitif tubuhku.
Tanpa pemanasan yang cukup, Nico langsung saja menindihku lalu mengatur posisinya. Aku sedikit meringis karena Nico memaksa masuk sementara di bawah sana belum terlumasi dengan baik.
"Ogh, shit!" Desis kami berdua. Aku masih sedikit meringis, lalu ketika Nico menggerakan pinggulnya, aku pun mulai terbiasa.
"Emhhh, Ca, kamu nih kenapa selalu enak sih?" Bisik Nico di telingaku dan tak lama kemudian, ia menekan miliknya dalam-dalam, lalu terasa kedutan di bawah sana.
Lha? Udah??
Nico berguling, menarik selimut dan terlelap. Emang ya, udah paling bener gak maen pas si cowok lagi mabuk. Dia doang yang udah, lha aku?
Berlari ke kamar mandi, aku langsung berjongkok, lalu menyemprot vaginaku dengan air dari jetspray, setelah itu baru aku kembali ke kasur.
Nico sudah sepenuhnya terlelap, dia memang begitu sih, cuma yaa... kadang bete juga kalau lagi begini tuh.
Memakai airpods di telinga, kuambil ponselku lalu mencari video dewasa di twitter yang bisa menemaniku self service malam ini, aku masih kurang soalnya tadi. Dibantu video dan karena tadi juga sudah nanggung, gampang saja buatku mencapai klimaks, karena aku memang anaknya gak susah sih yaa.
Setelah itu, kulepas airpods, mengembalikannya ke tempatnya, juga meletakkan ponsel di meja kecil di samping kasur.
Menarik selimut, aku memeluk Nico dari belakang karena ia tidur memunggungiku.
"Night, Nic. I love you!" Bisikku sebelum terlelap.
********
Pagi hari, aku terbangun karena sebuah elusan di pahaku. Membuka mata pelan-pelan, kulihat Nico sudah ada di posisi bawah. Kedua tungkai kakiku bahkan sudah terbuka lebar.
"Kamu ngapain?"
"Semalem aku duluan kan? Sorry ya? Ini mau tebus dosa jadinya." Ucap Nico, membuatku tersenyum mendengar itu. Lalu, aku pun sedikit memejamkan mata ketika merasakan sentuhan lembut lidah Nico di bawah sana.
"Ohhh, shit!" Desisku.
Terasa tangan Nico terulur, meremas kedua payudaraku sambil lidahnya masih terus bermain membuatku menggeliat tak jelas.
"Gosh, Nico, ohhhh shit!" Desahku ketika Nico menarik satu tangannya dan mulai mengerjaiku di bawah sana dengan jari-jarinya.
Tanganku refleks menjambak rambut Nico ketika sengatan klimaks menyerang, dan kulihat Nico tersenyum manis.
"Main yak?" Ajaknya, aku pun langsung mengangguk.
Karena kami berdua sudah tidak menggunakan baju, jadi ya begini, langsung menyerang masing-masing. Kudorong Nico pelan agar ia merebah, mengerti apa maksudku, Nico pun langsung telentang begitu saja, dan aku pun mulai dengan semangat mengulum miliknya.
Entah lah, aku gak tahu kenapa, yang jelas aku sangat suka melakukan blowjob, yeah, aneh memang karena menurut teman-temanku dari sekian banyak aktifitas seks, blowjob adalah salah satu yang menjijikan, tapi... aku suka, dan aku ahli soal itu, berdasarkan testimoni mantan-mantanku tentu saja, bukan aku yang self-claim.
"Shit, Aca!" Desis Nico ketika aku mengulum miliknya, dan ia pun menjambakku, mengatur naik-turun kepalaku dengan tangannya, ku ikuti tentu saja tapi hanya sebentar karena selanjutnya aku mulai mempercepat gerakan ku.
"Ohh shit, udah yok!" Nico menarikku, ia mendorongku agar merebahkan diri, lalu ia pun mengatur posisi.
"Ini Sabtu, kita mau ngapain?" Tanyaku, sementara Nico mengambil ancang-ancang untuk mulai.
"Ohh shit!" Desah kami berdua ketika Nico sudah masuk ke dalamku.
"Siang aku pulang ya? Udah sebulan lebih aku gak pulang," Ujar Nico, kemudian ia mulai menggerakan pinggulnya.
"Ogh, shit! Okay!"
Gerakan Nico sangat teratur, membuatku mendesah terus menerus di setiap desakannya. Tanganku terulur, meremas sprei berwarna abu-abu ini.
"Ohh God!" Seruku ketika kurasakan kembali klimaks yang menghampiri.
"Shit!" Kujepit tubuh Nico dengan kedua kakiku. Ia hanya tersenyum kemudian menarik diri, memutar tubuhku hingga kini aku bertumpu pada lutut dan siku. Dari belakang, Nico memasukan kembali miliknya.
"Shit! Shit! Shit!" Desahan demi desahan keluar begitu saja dari mulutku. Sesekali Nico pun mengerang.
"Emmh, Nic, aku dikit lagi sampe keep doing that!" Ucapku, dan Nico malah mempercepat gerakannya, membuatku mendesah tak karuan.
"Oh God, God, God!" Tumpuanku ambruk dan Nico menindihku, ia menciumi punggungku.
"Aku bentar lagi nih," Ucapnya. Aku mengangguk lalu kami pun berganti posisi, kali ini aku yang di atas.
Di atas, tentu saja aku bergerak teratur, naik turun dengan ritme yang kadang cepat kadang sedikit lambat. Terus bergerak, tak lama Nico menahan pinggulku dan kurasakan miliknya berkedut.
"Yokk, mandi kayaknya aku langsung ke rumah mama aja deh." Ucap Nico sedikit mendorong tubuhku, ia melepaskan diri kemudian berlari ke kamar mandi.
Menyusulnya, kami pun mandi bersama. Saling membersihkan satu sama lain.
"Kamu hari ini mau ngapain?" Tanyanya sambil menggosok punggungku.
"Emm, beres-beres kostan dulu seperti biasa, kayaknya mau panggil Mbak Pijet, udah lama aku gak pijet, badan udah lumayan kaku."
"Okay, santai aja kamu seharian, aku pasti pulang kok, gak nginep di rumah Mama, males."
Aku mengangguk.
Selesai mandi, aku menyiapkan sarapan seadanya untuk kami, lalu Nico pun bergegas siap-siap untuk berangkat pulang ke rumah orang tuanya.
Sepeninggal Nico, aku mulai membersihkan kamar kost yang sudah kami tempati selama dua tahun ini. Dimulai dari kasur, aku menarik sprei yang sudah dua minggu belum diganti ini, lalu memasukkannya ke dalam laundry bag.
Setelah kasur sudah rapi dipasang sprei yang baru dan wangi, aku membereskan meja makan kecil kami yang ada di sudut, mengelap kompor, juga mencuci peralatan makan yang kotor.
Selesai semua, aku merebahkan diri, mengambil ponselku untuk melakukan panggilan ke Mbak Yayu, tukang pijat langgananku.
Dah lah, menghabiskan weekend dengan santai-santai tuh emang terbaikkk!
Tinggal nunggu Mbak Yayu dateng, udah deh, enjoy~
*******
TBC
Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxox
Ps: new story
Pas ide cerita ini muncul, tadinya gak mau gue tulis karena merasa jalan ceritanya kok mirip-mirip Melakoni Melankoli 😅 tapi gue gatel kalau ini cuma ada di kepala doang huhuhu
Jadi gue putuskan untuk menulis, dan biar kalian yang nanti nilai yaa, mirip gak ini sm Melankoli ehehehe 😅
Oh iya, akan ada 2 pov, yang pertama POV si cewek ini, dan yang kedua pov orang ketiga, biar kalian tebak-tebakan, dan gue gak kasih keterangan bagian-bagian POV-nya yaaak, jadi kalau kalian bingung, mon maap.
Tapi pasti bisa sih kalian bedainnya. Kan pada pinter-pinter 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top