Dua puluh dua
Pagi harinya ketika aku terbangun posisiku masih sama, masih dalam pelukan Josh, hanya saja sekarang aku menghadapnya, memeluknya juga.
Etdah!
Aku menarik diri, turun dari kasur langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena gak bawa baju ke kamar mandi, aku keluar hanya dengan handuk, syukurlah Josh masih tertidur.
Buru-buru mengambil baju, aku balik ke kamar mandi, berpakaian dan gak lupa, skincare harian buat pagi.
Setelah semua selesai, aku keluar, membuka pintu balkon agar bisa menjemur handuk. Di balkon, ku rapikan botol-botol bekasku semalam, membuangnya di tempat sampah.
"Haaay! Selamat pagi!" Seru Josh ketika aku sedang memisahkan baju kotor berwarna dan yang warna putih. Ini weekend, aku harus ke laundry.
"Yeah, pagi!" Sahutku.
"Bikin sarapan gak Ca?" Tanyanya, ia turun dari kasurku, berjalan agak linglung ke arah kamar mandi, lalu diam di depan pintu, menatapku yang sedang berjongkok di depan tumpukan baju kotor.
"Kaga, ini mau ke laundry gue, beli di jalan aja."
"Mau gue masakin?" Tawarnya.
"Lama gak?"
"Lo siapin aja bahannya, gue pipis dulu." Josh langsung masuk ke kamar mandi.
Aku menarik napas panjang, lalu mengeluarkan bahan-bahan yang sekiranya bisa dimasakin sama Josh, kemudian duduk di karpet menghadap TV, nonton gosip pagi aja kali yaa, mantap.
Josh keluar dari kamar mandi, mukanya tampak lebih segar dan ia langsung sibuk dengan segala serba-serbi yang akan dimasak itu.
Aku diam, memandangi TV tapi sesekali melirik Josh juga.
Gilak sih ini cowok, kenapa gak nyari cewek yang bisa dia seriusin ya? Muka... ganteng sumpah, sifat baik, keuangan kayanya stabil, terus dari keluarga baik-baik juga kan ya? Kenapa? Kenapa dia milih cuma punya hubungan sebatas friend with benefit??
"Nih!" Hanya sekejap saja di dapur, Josh sudah bergabung bersamaku, lengkap dengan dua piring menu sarapan di tangannya.
"Thanks!" Kataku,
"Hemm!" Josh sudah mulai makan, jadi aku juga makan, dan seperti biasa, omelet bikinan dia tuh enak parah.
"Kenapa lo semalem tiba-tiba ke kamar gue? Kayaknya gue semalem denger suara orang lagi becanda dari kamar lo."
"Emang, tapi tu cewek ternyata salah tanggal, lakinya pulang semalem, riweh lah dia,"
"Terus? Kenapa lo pindah ke kamar gue?"
"Emmm gitu lah,"
"Apa sih? Gue kan gak tahu!" Seruku sok kepo, padahal asli, agak sedikit nyut-nyutan hatiku.
"Iya dia kan riweh yaa, pas gue keluar eh gak ngerti kenapa dia tiba-tiba narik lepas kondom, ya tumpeh kemana-mana di kasur gue. Ya gue ogah tidur tapi kasurnya begitu."
"Kan tinggal ganti sprei."
"Oh iya, kok gue gak kepikiran ya?"
"Dihh gak jelas lo!"
Aku sudah selesai makan, dan seperti biasa, Josh makannya belom beres, dia tuh lama banget kalo makan, sumpah!
"Gue mau ke laundry, lo balik sana ke kamar lo!"
"Bentar napa!"
"Yaudah, gue ke laundry, lo kalau balik, kamar gue kunci aja, simpen kuncinya di pot ya?" Kataku, untunglah di lantai 3 ini ada hiasan tanaman-tanaman gantung gitu.
"Okay, pot yang persis depan kamar lo ya?"
Aku mengangguk, kemudian mengangkut semua pakaian kotorku keluar. Tumben banget nih, Josh gak menawarkan diri bantuin. Padahal biasanya dia kayak anak pramuka, ringan tangan dalam membantu sesama. Huh!
*****
Ketika aku kembali, kunci gak ada di pot, kucoba membuka pintu kamarku dan ternyata gak dikunci, Josh masih ada, tertidur.
Astaga!! Tumben banget dia Sabtu gini gak kerja? Biasanya dari pagi udah berangkat. Lha ini malah tidur?
Kubiarkan Josh yang tertidur itu. Karena ini libur, aku memilih buat beres-beres kamar. Cuci piring, sikat kamar mandi, dan lain sebagainya supaya kamar ini nyaman ditempati.
Tengah hari, ketika kerjaanku jadi upik abu selesai dan aku lagi rebahan, tiba-tiba ponselku berbunyi.
Arya calling....
Aku langsung tersenyum, Arya mau ajak malem mingguan kali ya? Bisa nih, biar aku bolos les masak juga. Empet aku kalau seharian liatin Josh mulu.
"Hay Ar!" Seruku.
"Hay! Lagi di mana?"
"Lagi di kosan, kenapa?"
"Aku di kostan kamu nih!"
Mataku seketika melotot. Hah? Demi apa?
"What?"
"Yap! Lagi naik tangga nih, bentar lagi sampe."
"Okay, okay! Wait a sec!" Seruku lalu mematikan sambungan telepon. Panic attack!
"Josh! Josh bangun Josh! Pindah gihhh!" Kuguncangkan tubuh Josh tapi anak sialan ini malah merengut,
"Josh come on! Gue mau ada tamu!" Seruku, menarik tangannya agar ia terduduk.
"Apa sih lo?" Syukurlah, dia sudah bangun.
"Gue mau ada tamu, lo keluar sekarang!" Usirku, suaraku bergetar sumpah. Aku ngeri cuy!
Baru Josh berdiri, terdengar ketukan di pintu. Longsor jantungku, sumpah.
"Wait Arrrrr!" Seruku.
"Gue gimana nih?" Tanya Josh.
"Kolong! Lo sembunyi di kolong kasur, bersih kok! Entar gue cari cara biar lo lari ke luar, oke?"
"Awas lo ya kalau lama!"
"Ya suruh siapa lo tidur di kamar gue?"
Terdengar kembali ketukan di pintu,
"Bentar Aarrrrr!" Seruku lagi.
Josh masuk ke kolong kasur, ku rapikan sedikit kasurku yang agak berantakan karena ditiduri Josh. Setelah itu, menarik napas panjang-panjang sebelum membukakan pintu.
"Sorry lama, tadi agak sedikit berantakan!" Kataku.
"It's okay kali Ca, kamar kamu kan ditinggalin pasti ya berantakan, kalau contoh kamar kaya di IKEA, baru tuh rapi." Ujar Arya santai, aku tersenyum, kemudian mempersilahkan Arya untuk masuk.
Aku dan Arya duduk di karpet, bersandar di kasur. Bingung gimana caranya keluarin Josh dari kolong. Astaga! Kenapa begini sih?
"Kamu bawa apa? Tahu aja aku belum makan."
"Nih di rumah lagi ada acara, Mama banyak pesen catering, aku bawa deh nih dua box, pusing juga di rumah rame."
Aku mengangguk.
Kami berdua kemudian makan dan saling mengobrol, sesekali aku melirik ke arah kolong kasur, tapi cuma sekilas, ngeri Arya liat terus dia ikutan liat ke kolong.... kan bahaya.
"Ca?"
"Hemm?"
"Kita mau terus begini, atau gimana?" Tanya Arya,
"Eh? Maksudnya?"
"Kamu ngerti kali Ca, dari awal kan juga bahasan kita untuk hubungan serius."
Aku diam sejenak.
"Emm, gimana ya, ada yang harus aku selesaikan dulu sih sebenernya Arr, jadi aku gak bisa kasih kepastian sekarang, karena kalau aku jawab sekarang, serius... itu gak baik buat kamu." Kataku.
"Jadi?"
"Aku juga mau hubungan serius, gosh! Siapa sih yang gak mau? Apalagi aku cewek! Tapi belum bisa sekarang."
"Terus kapan?"
Aku diam, apa malam ini aku bisa ngobrol sama Josh? Ngasih tahu dia kalau aku mundur jadi FWB-annya.
Tapi.... Atta bilang aku gak boleh terburu-buru ambil keputusan. Jujur, aku pengin serius, tapi hati aku kurang sreg sama Arya.
"Minggu depan? Gimana? Kasih aku satu minggu buat beresin dan mikirin semuanya." Kataku. Yak, mungkin satu minggu cukup kali ya?
Arya mengganguk, aku tersenyum kepadanya. Kami pun ngobrol ringan, memutar film dari laptopku.
Filmnya nih komedi romantis, tapi keterlaluan sih romantisnya, bikin gemes sendiri.
Aku tak menolak ketika Arya merangkulkan tangannya di bahuku, kurespon dengan memeluk pinggangnya dan ia pun mendaratkan kecupan kecil di pelipisku.
Suasana makin gak kondusif karena Arya tiba-tiba menciumku, aku diam sebentar sebelum membalas ciumannya. Lalu, ia menarikku untuk naik ke pangkuannya.
Astaga.... gimana ini? Mau terus tapi kan ada Josh di kolong kasur? Gosh!
Arya menciumku makin dalam, tangannya bahkan sudah bermain di dadaku, membuatku sedikit mendesah.
Oh gosh!
Mengosongkan pikiranku, aku mulai membalas setiap sentuhan Arya. Meresponnya dengan melepas satu persatu kancing kemejanya.
Menarik diri sebentar, kulihat Arya tersenyum dan ia pun bangkit. Anjir, ini aku masih dipangku dan dia kuat berdiri sambil ngangkat aku. Wow!
Pindah ke kasur, kami saling melucuti pakaian masing-masing sambil terus memberikan rangsangan kepada satu sama lain.
"Ohhh shit!" Seruku ketika Arya turun, bermain di bagian paling sensitif di tubuhku. Memberikan sentuhan dengan lidah dan jarinya.
Kuremas bahu Arya ketika merasakan gelombang klimaks yang pertama, kemudian terengah-engah karena perlakuannya itu.
Mendorong Arya agar ia merebah, kini giliranku yang bermain dengan miliknya. Memasukannya kedalam mulut, lidahku bergerak seiring dengan kepalaku yang naik turun.
Cukup lama aku bermain dengan miliknya karena aku menikmati desahan dan makian pelan yang keluar dari Arya. Sumpah, suka deh aku cowok yang begini, kayak rangsangan tambahan gitu buatku.
Ketika sudah merasa cukup, Arya menarikku, jadi aku pun mengatur posisi di atasnya.
"Eh bentar... kamu ada kondom gak?" Tanyaku.
"Gak bawa."
"Lha? Yaudah entar finishing nya di kamar mandi ya?"
Arya mengangguk.
Menurunkan pinggulku pelan-pelan, kami berdua sedikit mendesah ketika milik Arya sudah masuk sepenuhnya ke dalamku.
Gosh!
Sumpah deh yaa, dulu tuh aku ML kalau gak pagi ya malem, lha ini siang hari bolong juga jadi. Kacau emang hidupku.
Mulai bergerak, tangan Arya bermain di dadaku membuatku makin semangat bergerak. Lalu, ketika kurasakan klimaks hampir datang, aku mempercepat gerakanku, dan Arya yang mengerti juga ikut bergerak membantuku mendapatkan klimaks kedua ku.
Gosh!
Aku ambruk, tubuh kami menempel dan Arya memutarnya, kini ia yang berada di atas, mengambil kontrol sepenuhnya.
Aku hanya bisa menikmati setiap tekanan yang ia berikan, sambil sesekali mendesah, menarik Arya agar bisa menciumnya, bahkan kadang menggigit bibir atau bahunya.
Anjirrr lah! Kayaknya sebelumnya Arya gak se-oke ini. Kalau gini ceritanya sih, Arya bisa setara nih sama Josh.
Kembali memutar tubuhku, Arya berganti posisi sehingga kini aku bertumpu pada kedua lutut dan tanganku sementara ia bergerak dari belakang, sambil sesekali memainkan dadaku.
"Ohhh shit, shit, shit, oghhh!" Kembali kurasakan gelombang klimaks menyerangku.
"Yuk, kamar mandi yuk!" Ajak Arya.
Aku langsung menarik diri, kemudian berlari ke kamar mandi. Begitu Arya masuk ke kamar mandi dan menutupnya, aku berlutut di hadapannya, memainkan kembali miliknya sebelum mulai lagi.
Arya menarikku berdiri, lalu tiba-tiba mengangkatku, kemudian maju selangkah hingga punggungku menempel di dinding. Saat posisiku dalam gendongannya stabil, ia mengarahkan miliknya masuk, dan bergerak dengan ritme yang lumayan cepat.
"Ohhh shit!"
Aku mendesah tak karuan karena gerakan Arya yang terus menerus bahkan makin cepat. Tak lama kemudian aku kembali merasakan klimaks untuk ke sekian kalinya dan bersamaan dengan itu, Arya menarik diri, membuatku turun menapak ke lantai sementara cairannya menyembur ke perutku.
"Oh gosh! Kayaknya kita harus mandi." Kataku.
"Sure!" Sahutnya.
Aku mengangguk, kemudian berjalan ke arah shower, menyalakan kerannya, lalu mandi bersama Arya.
Semoga... di luar sana, Josh udah balik ke kamarnya yaa, amin!
*********
TBC
Thanks for reading don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top