1. Laki-laki Aneh
"Aaaaaa..." Indy menjerit mendapatkan seorang pria berbaring sampingnya.
Indy langsung mendorong tubuh laki-laki yang masih terlelap tidur, hingga terjatuh. Prilaku Indy itu sontak memancing emosi pria tersebut.
"Kamu!" laki-laki itu bangkit dengan muka arogannya.
"Berani banget kamu tidur di kamar aku," protes Indy. Jovan terkekeh mendengar kalimat Indy, lalu mendekat menyetil dahi perempuan itu.
"Yakin ini kamar kamu?" tanya Jovan membuat Indy memperhatikan sekitar kamar itu sangat jauh berbeda dengan kamarnya. Indy menggigit bibir bawah, ia bingung bagaimana bisa bersama pria tak dikenalnya.
"Terus siapa kamu?" Indy mulai melembutkan suaranya. Ia bergegas mengambil sweater tebalnya yang bergeletak di ranjang. "Kamu nggak melakukan sesuatu kan sama aku," tuduhnya.
Jovan tampak memikirkan sesuatu, terbesit rencana licik di benaknya. Yang akan sukses mengatur kepulangannya di Jakarta kelak menjadi lancar.
"Kamu sendiri bisa bayangkan laki-laki dan wanita berada di tempat tidur yang sama. Ah sudahlah aku nggak ingin menceritakan terlalu detail." Indy ternganga tak percaya.
Indy merasa tak mungkin dia melakukan sesuatu tidak bermoral tanpa ikatan pernikahan. Memang kini Indy janda, dan dia juga tidak sedang memiliki hubungan dengan siapapun. Tapi bagaimana caranya dia bisa tidur dengan Jovan yang dia sendiri tidak mengetahui namanya.
"Nggak... Nggak... Kamu pasti berbohong, gak mungkin aku lakukan itu sama..." Indy tidak melanjutkan kalimatnya saking tak percaya yang dia lakukan.
"Ya sudah kalau kamu nggak percaya, tapi jika kamu hamil aku nggak tanggung jawab." Indy tersenyum memiringkan sudut bibir, ia berpikir tak mungkin dirinya hamil, selama menikah dulu juga dia tak bisa memiliki keturunan.
"Aku gak perduli. Aku mau pergi!" belum Indy melangkah keluar dari kamar pria itu, Jovan sudah bergegas bangkit menarik tangannya. "Lepas! Lepas! Kamu mau apa?" Indy memberontak ingin melarikan dirinya dari Jovan.
"Urusan kita belum selesai," ucap Jovan tak membiarkan Indy pergi sebelum rencananya berjalan sesuai keinginannya.
"Urusan apa?"
"Kamu gak mau minta tanggung jawab?" Indy baru kali bertemu laki-laki aneh seperti Jovan, bukannya lebih baik kalau ia sama sekali tidak menuntut apapun.
"Gak!"
"Kenapa?"
"Karena aku gak bisa hamil. Puas!"
Jovan berdecak jengkel. Ia merasa keberuntungan tak berpihak dengannya. Namun Jovan tidak ingin kehabisan akal.
"Aku akan tetap tanggung jawab." Indy mengernyitkan dahinya. Lalu ia menatap Jovan intimidasi, daripada lama-lama berurusan dengan pria tak dikenalnya malah membuat kepalanya pening, dia memilih tak menanggapinya.
"Gak perlu!" Jovan mengambil benda pipih di nakas tak jauh darinya. Kemudian ia menunjukan foto tidur mereka membuat Indy terbelalak matanya.
"Hapus foto itu sekarang!" titah Indy yang terlihat ingin menerkamnya. Jovan langsung menyelipkan ponsel di saku celana boxer yang ia kenakan.
"Dengan satu syarat kamu harus mau nikah sama aku," ucap Jovan enteng sambil mendarat duduk di sofa dengan santai.
Indy tak menyangka bisa bertemu dengan pria seperti Jovan. "Dasar sinting!" umpatnya jengkel.
"Aku serius kalau kamu gak mau kita nikah, aku pastikan kamu keluar dari rumah ini, foto kita tersebar sosial media," ancam Jovan sambil tersenyum puas.
"Bagaimana mau berbisnis denganku?" ucap pria itu lagi.
Indy menghempaskan napas kasarnya. Dia pernah gagal menikah, itu sangat menyakitkan. Indy tidak ingin mendapatkan rasa sakit yang sama tapi ia tidak mungkin bisa menolak. Indy dapat melihat Jovan serius dengan kalimatnya, bukan hanya sekedar gertakan.
"Tidak! Aku nggak mau nikah sama kamu atau siapapun," ucap Indy tegas terpampang jelas aura kecantikannya, namun tidak membuat Jovan tertarik kepada Indy.
"Apa yang kamu inginkan, aku bisa penuhi." Indy membuang muka malas, ia memang membutuhkan uang tapi Indy masih memiliki harga diri. Dan dia tak ingin pernikahan hanya untuk dijadikan sebagai dagangan.
"Dengar ya Mr.. Hemm siapa nama kamu?"
"Jovan."
"Yah.. Mr Jovan, dengarkan baik-baik. Mungkin dengan uang kamu bisa membeli apapun termasuk aku, tapi aku bukan perempuan yang kamu pikirkan." Jovan terkekeh, dia tak menyangka akan menemukan wanita sombong seperti Indy bahkan setelah dia menolongnya tadi malam.
"Kamu benaran gak akan menyesal menolak tawaran aku. Ingat foto kamu bisa tersebar luas. Bagaimana jika keluarga kamu melihat foto ini?" Indy menahan napas, dia sendiri telah lama meninggalkan keluarganya.
"Aku enggak punya keluarga," papar Indy.
Masih teringat lima tahun yang lalu, tidak ada satu orang mempercayai dirinya. Padahal satu-satu harapannya hanya kedua orang tuanya, namun mereka justru percaya dengan tuduhan mantan suaminya.
Jovan berpikir harus mencari cara lain mendesak perempuan di depannya. Paling tidak ada wanita yang akan dia kenali sebagai istrinya depan seluruh keluarga besarnya.
Adiknya saja sudah dua kali menikah, sedangkan dia hingga kini belum juga mendapatkan pasangan. Malu sekali rasanya!
Indy keluar dari apartement Jovan, ia tak perduli jika memang Jovan menyebarkan foto mereka tidur bersama, sebab dia yakin tidak akan ada satu orang yang perduli dengannya lagi. Mungkin keluarga juga sudah tidak menganggap dirinya ada.
Jovan menarik paksa Indy kembali ke ranjang, lalu laki-laki itu mengunci tubuh Indy tak berdaya. Bukan Jovan rasanya kalau tidak mendapatkan yang dia inginkan.
"Hemmpppt." Jovan menyesap bibir lembut Indy.
Indy memukuli dada Jovan keras agar dapat terlepas dari laki-laki belum lama bertemu dengannya.
Dan kegilaan Jovan bukan itu saja karena tanpa Indy sadari, Jovan telah melakukan live di sosial medianya.
Buruk...
Ya... Tentunya ini sangat buruk bagi Indy, dia tak menduga Jovan segila ini. Dan setelah melakukan hal tak bermoral, tanpa berdosa ia malah tertawa puas dengan permainan yang baru Jovan mulai.
"Sayang, jangan marah gitu," ucap Jovan sambil memandangi ponselnya yang masih melakukan live.
[Jo.. Itu Indy kan. Dia tetangga gue. Lo pacaran sama dia?]
[Calon istri lo?]
[Bisa aja cari yang bening]
Beberapa komentar membuat Indy shock seketika. Lama-lama dia jantungan menghadapi kegilaan Jovan. Dia sungguh nekat tanpa diprediksi.
"Jadi apa keputusanmu?" tanya Jovan setelah mematikan live yang sangat membuat Indy jengkel lantaran ada yang menghujat dirinya.
Jika video ini viral bisa mati dia, kemungkinan besar Indy bisa kehilangan pekerjaannya. Padahal hanya itu penghasilan sehari-hari Indy, untuk membayar sewa apartement dia harus susah payah mencari tambahan.
"Dasar laki-laki gak punya hati!" hujat Indy berang.
"Me?" ucap Jovan. "Dengarkan ini namanya bisnis, sebagai laki-laki aku gak bisa menyiakan perempuan secantik kamu," tambahnya lagi. Indy membidik Jovan dengan tatapan matanya yang tajam seakan pria itu penjahat berdarah dingin.
Kemudian Indy turun dari ranjang, lalu mengambil ponsel Jovan setelah itu ia membantingkannya. Indy benar-benar marah, dia tak sudi menikah dengan Jovan yang seenaknya.
"Aku masih menunggu keputusanmu," ucap Jovan lagi. Indy masih terdiam untuk berpikir.
Bagi Indy pernikahan bukan prihal main-main. Apalagi ini bukan pertama kali untuknya. Sulit sekali menerima pernikahan dengan cara paksaan seperti Jovan lakukan kepadanya.
"Fine... Aku akan menikah denganmu tapi dengan syarat." Jovan langsung memasang senyumnya.
Selama ini Jovan terlalu sibuk dengan kerjaannya, sampai lupa mencari pasangan untuk dirinya sendiri. Dan dia paham jika Indy awalnya menolak, mana ada laki-laki yang baru pertama kali bertemu mengajak menikah. Hanya dia yang terlalu nekat.
"Apa syaratnya?"
"Akan aku beritahu setelah hari pernikahan." Jovan setuju.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top