Dua Puluh Lima

Mei 2022

"Jangan jadikan cincin ini beban di hubungan kita. Anggap saja ini hadiah karena sudah mau berada di sisiku sampai detik ini."

Rana bergeming, menatap cincin di jemari manis kirinya. Kata-kata Soni saat memberikan cincin ini padanya seakan tengah diperdengarkan kembali di telinga Rana. Seolah menyadarkan Rana akan sebuah kenyataan yang tidak bisa ia hindari ataupun ubah.

Rasanya saat ini, oksigen di sekitar Rana mulai menipis, hingga wanita itu kesulitan bernapas dengan benar. Ada sebuah perasaan aneh yang memeluk dada Rana. Perasaan yang membuat Rana menjadi tidak nyaman di sepanjang perjalanan menuju Yogyakarta.

Saat akhirnya pesawat yang membawa tubuh Rana lepas landas, wanita itu masih juga bergelut dengan pikirannya sendiri. Staf Loana Wedding Organizer yang juga turut bersama Rana ke Yogyakarta bukannya tidak menyadari keterdiaman wanita itu. Berbagai upaya mereka lakukan pada Rana agar wanita itu tetap fokus. Namun, tidak lantas membuat Rana sepenuhnya keluar dari lamunan.

Hari ini Rana benar-benar mendapat pukulan yang sangat telak. Sama sekali tidak pernah ada dalam pikirannya bahwa ia akan bertemu Nando dalam situasi yang seperti ini. Sebuah kejutan dari permainan takdir yang mampu membuat dada Rana bergejolak.

Rana terkejut. Wanita itu syok begitu mendapati bahwa laki-laki yang akan menjadi suami Yaya adalah Nando, mantan suaminya. Tidak pernah Rana bayangkan bahwa Nando adalah laki-laki yang akan menikahi Yaya. Bahkan Rana sendiri ikut andil dalam persiapan pernikahan Nando dan Yaya.

Hembusan napas dalam keluar dari bibir Rana. Seperti yang diharapkan teman-temannya dari Loana Wedding Organizer, Rana berusaha agar fokus pada pekerjaannya. Rana sekuat tenaga berusaha mengusir bayangan akan sosok Nando dan pertemuan mereka di galeri Loana Wedding Organizer tadi.

Begitu tiba di hotel, Rana segera membersihkan diri. Memejamkan mata sambil memijit kepalanya. Seakan-akan dengan demikian, bayangan Nando di kepalanya akan segera keluar bersama aliran air yang membasahi tubuh.

Masih segar di ingatan Rana, seperti apa ekspresi Nando saat mereka bertatap muka setelah sekian lama. Tubuh Rana menggigil, sampai giginya kini bergemeratak. Bukan karena dinginnya air yang mengucur dari shower, melainkan karena ingatan akan sorot mata Nando yang dilayangkan padanya, sangat mengganggu pikiran Rana.

Wanita itu tahu, Nando sama terkejutnya seperti Rana. Ada jeda yang cukup lama di antara mereka saat bersitatap dalam diam. Sebelum akhirnya Yaya memecah keheningan itu dan saling memperkenalkan mereka berdua.

Tahukah Yaya jika Nando adalah mantan suami Rana? Tahukah Yaya jika wanita yang pernah menikah dengan Nando adalah Rana? Wanita yang kini menjadi kekasih sepupunya sendiri.

Teringat akan fakta itu, menambah satu beban lagi di dada Rana. Memikirkan Soni yang sampai saat ini belum mengetahui kisah hidup Rana yang satu itu. Terselip kasihan di dada Rana karena ia masih belum bisa dengan jujur memberitahukan kepada Soni bahwa Rana pernah menikah sebelumnya.

Rana sama sekali belum berbagi cerita dengan Soni bahwa sebelum menginjakkan kaki di London, ia pernah gagal dalam membina rumah tangga. Soni bahkan tidak pernah tahu bahwa alasan sebenarnya Rana memilih berkuliah di London adalah untuk melupakan kegagalannya dalam berumah tangga. Alasan lain adalah karena Rana tidak ingin tinggal di bawah langit yang sama dengan Nando, di saat hatinya belum baik-baik saja.

Tidak kuasa lagi berada di bawah guyuran air shower, Rana lantas keluar dari kamar mandi. Menggunakan bathrobe, Rana duduk di pinggir ranjang. Setelah melihat Rana selesai membersihkan diri, Tari yang menjadi teman sekamar wanita itu pun langsung masuk ke kamar mandi.

Suara air shower yang berasal dari dalam kamar mandi kembali menyapa Rana. Namun kali ini, bukan Rana yang berada di dalam kamar mandi. Rana memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dengan mendengarkan suara air. Setelah dirasa sudah lebih baik, barulah Rana mengenakan pakaian dengan benar.

Setelah mengerikan tubuh, Rana merebahkan tubuh lelahnya. Sama sekali tidak terpikir untuk mengecek ponsel untuk memastikan adakah pesan atau telepon dari Soni. Sebaliknya, pikiran Rana kembali dipenuhi reka ulang kejadian di galeri Loana Wedding Organizer.

Terselip rasa bersalah di dada Rana saat melihat betapa semringahnya Yaya saat memperkenalkan Nando padanya. Meski Yaya pernah bercerita bahwa calon suaminya adalah duda, tetapi Rana yakin jika sepupu Soni itu tidak tahu bahwa mantan istri Nando adalah dirinya.

"Ini sebenarnya pernikahan kedua bagi Abang, Na."

Rana ingat, saat mengatakan kalimat itu, Yaya begitu lancar tanpa beban. Seolah Yaya sudah mempersiapkan diri akan semua kemungkinan sebelum menjalin hubungan dengan laki-laki yang baru Rana ketahui adalah Nando Mahendra.

"Iya, tapi itu nggak masalah buat gue. Mau Abang duda apa bukan, gue tetap cinta sama dia."

Rana termangu tak percaya. Saat ini ia merasa sosok Yaya tengah duduk di hadapannya dengan senyum tipis yang terukir di bibir. Tawa kecil keluar dari bibir wanita itu sebelum melanjutkan ceritanya. Mengulang momen saat Yaya berbagi kisah cintanya pada Rana di salah satu kafe, beberapa bulan yang lalu.

"Awalnya gue syok. Kaget. Jujur aja. Gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin setelah tahu kalau dia itu duda. Nggak ada tanda-tanda kalau dia udah pernah nikah atau belum." Yaya menatap lurus Rana sebelum melanjutkan, "Tapi gue seneng dia bilang di awal hubungan kami. Itu tandanya dia emang tulus dan serius sama gue. Gue lebih seneng dia jujur di awal kayak gini, ketimbang tahu fakta tersebut setelah hubungan kami melangkah lebih jauh."

Rana menunduk, menatap cincin dari Soni yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Sebuah cincin yang menjadi pengikat tidak langsung di antara Rana dan Soni. Meski Soni berkata agar cincin itu tidak membebani Rana. Namun Rana tahu, cincin itu menjadi langkah awal Soni untuk membuktikan keseriusannya pada wanita yang sudah beberapa tahun ini menjadi kekasihnya.

"Cincin ini memang bukan beban, Son. Namun saat ini, aku merasa terbebani karena belum bisa jujur sama kamu mengenai statusku," monolog Rana. "Aku belum siap melihat reaksi kamu saat tahu kalau aku pernah gagal berumah tangga. Aku nggak mau kamu memandang aku dengan cara yang tidak sama lagi setelah tahu aku ini janda."

Semua ketakutan itu benar-benar Rana rasakan. Namun yang lebih menakutkan bagi Rana adalah, saat membayangkan Soni akan meninggalkannya setelah tahu bahwa ia adalah janda di usia muda. Rana terlalu takut membayangkan saat Soni beranjak pergi menjauh darinya setelah pengakuan itu ia utarakan.

Di saat Rana seharusnya beristirahat agar bisa bekerja maksimal besok, wanita itu malah kesulitan untuk memejamkan mata. Masih belum bisa percaya bahwa takdir Tuhan sangat rapi seperti ini.

Yaya yang merupakan sepupu Soni akan menikah dengan Nando, mantan suami Rana. Sedangkan Soni adalah kekasih Rana saat ini. Betapa rapinya benang merah yang menghubungkan mereka berempat seperti ini. Apalagi Rana meyakini bahwa baik Soni maupun Yaya, tidak ada yang tahu hubungan masa lalu di antara Rana dan Nando.

Hal tersebut yang mungkin membuat Rana masih merasa tidak nyaman dan kesulitan untuk memejamkan mata. Seperti ada yang mengganjal di dalam dada Rana hingga membuat alam bawah sadarnya merespons untuk tidak beristirahat dengan tenang dan nyaman.

Meski mengantuk, Rana tidak bisa sepenuhnya tertidur. Rana akan jatuh tertidur, tetapi beberapa menit kemudian terbangun lagi. Terus seperti itu hingga wanita itu benar-benar terjaga di pagi hari.

Penginapan Rana dan staf Loana Wedding Organizer tidak terlalu jauh dari kediaman calon pengantin wanita. Karena itulah, Rana dan timnya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di tempat acara. Kesibukan khas orang-orang yang tengah mengadakan hajatan terlihat sangat jelas.

Setelah melakukan akad nikah, nantinya kedua mempelai akan segera menuju ke tempat resepsi pernikahan. Tim yang ditugaskan Loana Wedding Organizer untung meng-handle acara di Yogyakarta pun dibagi menjadi dua. Tim pertama yang terdiri dari tiga orang, akan membantu jalannya akad nikah. Sedangkan sisanya, akan mengatur kelangsungan acara di tempat resepsi diadakan.

Tidak lupa, sebelum mengerjakan tugas masing-masing, Rana dan timnya mengadakan briefing singkat. Mengingatkan kembali tanggung jawab yang diemban masing-masing dan mendoakan agar acara hari ini dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya gangguan. Baik secara internal, maupun eksternal.

Rana tentu saja diberikan amanah untuk membantu kelancaran akad nikah di rumah mempelai wanita. Selain itu pula, Rana memang memiliki tugas khusus untuk membantu mempelai wanita menggunakan segala atribut busana pengantin.

Setelah tim make up selesai merias, barulah Rana mengerjakan tugasnya dengan attire yang disewakan Loana Wedding Organizer. Kedua pasangan calon pengantin memang memilih paket all package yang disediakan Loana Wedding Organizer. Meski masih tergolong baru, tetapi cabang Loana Wedding Organizer di Yogyakarta cukup banyak memiliki klien.

Dengan hati-hati dan telaten, Rana membantu calon mempelai wanita mengenakan kebaya modern berwarna sage green. Warna yang cukup populer belakangan ini menjadi pilihan sang pengantin saat pertama kali mendatangi galeri Loana Wedding Organizer.

Setelah selesai dengan busana pengantin, Rana kini beralih memakaikan headpiece yang mempercantik penampilan sang mempelai wanita. Rambut yang disanggul dengan gaya modern, serta headpiece yang senada dengan payet di kebaya, mampu menambah keanggunan sang pengantin.

Seperti halnya calon pengantin yang tersenyum puas melihat penampilan final-nya, Rana juga merasa puas dan bangga akan kerja kerasnya hari ini. Rasa bangga di dada Rana semakin bertambah karena kebaya yang dipakai mempelai wanita adalah hasil rancangannya.

Kebaya pertama yang ia rancang setelah Rana bergabung dengan Loana Wedding Organizer. Rana benar-benar merasa puas hasil kreasi tangannya itu dapat membalut tubuh sang pengantin dengan begitu indahnya. Benar-benar pas menjadi saksi bisu saat kedua insan yang jatuh cinta mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan dan ciptaan-Nya.

"Cantik banget, Mbak. Terima kasih, ya," ucap sang mempelai wanita.

Ungkapan terima kasih yang tulus itu benar-benar menembus dada Rana. Karenanya, Rana pun membalas ucapan itu dengan senyuman lebar dan anggukan penuh terima kasih.

"Karena mbaknya juga sudah cantik," puji Rana jujur.

"Tapi beneran deh, Mbak. Aku nggak nyangka bakal secantik ini. Bukan berarti aku meremehkan skill staf Loana, ya. Tapi ini bener-bener melebihi ekspektasi aku."

Rana dan dua orang lainnya tersenyum hangat. Merasa senang karena klien mereka puas dengan jasa yang telah diberikan dengan sepenuh hati itu.

"Tangan mbaknya terampil banget. Aku sampe hampir nggak bisa ngenalin bayang diri aku di cermin," celoteh sang pengantin wanita lagi. "Good skill, nih. Aku suka. Aku pasti bakal rekomendasiin Loana ke temen-temen aku yang masih single."

"Terima kasih, Mbak," balas Disti. Perias yang sudah hampir setahun ini bekerja sama dengan Loana Wedding Organizer.

Berbeda dengan Disti yang merasa tersanjung, Rana justru merasa sebaliknya. Ucapan yang baru saja keluar dari sang mempelai wanita membuat Rana seketika bergeming. Seolah tersedot ke dalam lubang hitam pusaran waktu, Rana memutar kenangan yang hampir saja ia lupakan.

Kali ini, Rana bukan menatap wajah kliennya. Alih-alih berada di kamar klien yang berada di Yogyakarta, Rana justru berada di kamarnya. Tersenyum malu-malu sekaligus bahagia saat menatap bayang dirinya di dalam cermin.

"Gimana, Mbak? Suka?"

Rana mengangguk antusias sebagai respons dari pertanyaan tersebut. Ia tidak melepaskan pandangannya dari potret dirinya yang telah dirias sedemikian rupa.

"Suka banget, Mbak. Aku jadi cantik gini. Tangan Mbak bagus banget ngeriasnya. Good skill, nih."

"Itu karena wajah mbaknya juga mulus. Bersih tanpa celah. Makanya makeup-nya nempel sempurna."

Rana tersentak dan segera sadar dari lamunan saat tak sengaja Disti menyenggol lengannya. Seketika Rana menoleh dan merespons dengan pekikan kecil. Mendapati respons Rana yang tidak biasa, Disti hanya mengerutkan dahinya.

"Kenapa Mbak?" tanya Disti heran.

Rana menggeleng, tersenyum tipis. "Ah, nggak. Nggak pa-pa."

Disti tidak terlihat ambil pusing dengan tingkah Rana yang sedikit berbeda dari biasanya. Tidak ingin yang lain menyadari Rana sedikit tidak fokus, Rana pun mundur beberapa langkah dan berbalik. Memejamkan mata sambil mengatur napasnya.

Rana menenangkan diri. Memberikan sugesti bahwa saat ini tidak ada yang boleh mengganggu pikirannya hingga kehilangan fokus. Setelah merasa cukup, Rana menarik napas dan mengembuskannya.

"Fokus, Na. Fokus! Sekarang lo lagi kerja, jangan mikirin yang macem-macem," bisik Rana, menyemangati diri sendiri.

Beruntungnya, akad dan resepsi pernikahan berlangsung dengan lancar dan sesuai rundown acara. Terlihat jelas ekspresi puas di wajah kedua mempelai yang kini berada di pelaminan dengan pelayanan dan jasa dari Loana Wedding Organizer


***


Halo guys, apa kabar? Gimana puasanya hari ini? Semoga masih tetap kuat, ya.

Btw, selamat menjalankan ibadah puasa, ya, bagi yang menjalankan. Buat yang nggak puasa, jangan lupa makan, ya.


Akhirnya Menikah Kembali update lagi. Sebenarnya naskah ini udah aku tulis tanggal 7 tadi. Kalau dilihat dari history pas aku buka Ms.Word. Rencananya tuh aku mau update bab ini setelah bab 26 selesai aku tulis. Namun ternyata aku nggak buka-buka laptop lagi karena laptopnya dipinjem mbakku buat kerjaan dia. Mau ngetik di hp, suka nge-lag.

Duh, malah curcol.


Btw, kurang-lebih sisa 5 bab lagi sebelum ending. Terus pantengin Menikah Kembali, ya. Semoga suka juga dengan bab ini.


xoxo


Winda Zizty

29 Maret 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top