03. Suami dan Istri
"Mereka bilang mimpi pasti akan terwujud. Namun, mereka lupa tentang adanya mimpi buruk." ― MENGUDARA
________
BoBoiBoy selalu memilih [Name] sebagai pujaan hatinya, menjadikan [Name] sebagai penawar atas sakit yang selalu ia rasakan selama dua ratus tahun lebih tanpa rehat. Namun, BoBoiBoy tidak pernah menjadikannya sebuah sandaran. Sebab, bahunya terlalu ringkih untuk menopang hal yang disebut beban oleh semesta.
"Ah, sudah pulang? Kok gak ada salam atau gimana gitu, sih! Aku kan kaget pintu rumah terbuka terus ada manusia terkapar di sofa."
Hari ini pun, kupu-kupunya belum terbang.
"Maaaff, Sayang. Aku lupa. Harusnya aku salam tadi, hehehe."
Memang belum terbang, tapi sayapnya sudah siap untuk dikepakkan.
"Astagaaa, mandi dulu, deh. Oh, ya, mau makan malem, ga? Biar aku hangatin sopnya."
"Nggak usaah. Aku sudah makan tadi. Aku mau mandi aja."
[Name] mengerjapkan matanya bingung. Tidak seperti biasanya sang suami memilih untuk makan malam lebih dahulu di luar dibanding makan malam bersamanya. Akan tetapi, rasa bingungnya itu segera dia tukar dengan anggukan pelan.
"Oke... Aku lanjut kerjaanku aja, ya. Kalau kamu tiba-tiba lapar, tinggal panasin sopnya."
"Iya." Jawabnya. Lantas, BoBoiBoy bangun dari sofa yang sedari tadi menahan berat badannya; dia pergi ke kamar mereka yang berada di sebelah ruang kerja milik [Name] dan membuka lemarinya.
Siapa tahu, ada sebuah petunjuk dari varian dirinya yang menikahi N403.
"..." Perlahan, dia memisahkan baju satu-persatu dan memasukkan dirinya lebih dalam ke lemari hingga sebuah kotak berwarna hitam memasuki penglihatannya.
Itu ... brankas.
"Ada sandinya...." Gumamnya. Lantas, dia bangun dari sana dan menuju ke arah ruang kerja [Name] yang ada di sampingnya.
"Sayang?"
"Hm?" [Name] menyahut kala pintu diketuk dan langsung dibuka oleh suaminya. "Kenapa? Mau makan?"
BoBoiBoy terkekeh, "Nggak. Aku mau tanya soal brankas."
"Eh? Brankas apa?"
"Eh—? Brankas hitam yang ada di lemari kita."
Saat itu juga, [Name] mengerutkan keningnya bingung. "Kita nggak punya brankas, loh."
"Eh? Tapi itu yang di lemari...?"
"Lemari apa?"
"Lemari baju."
[Name] semakin dibuat bingung oleh tingkah suaminya. Dia menutup laptopnya untuk beberapa waktu dan bangun dari kursinya.
"Coba kasih tunjuk aku."
BoBoiBoy mengangguk, dia menggandeng tangan istrinya menuju kamar mereka; membawanya tepat di depan lemari yang kini isinya sudah berantakan karena BoBoiBoy.
"Tuh, brankas ini—" Seketika, kalimatnya terhenti; matanya menatap kaget dengan apa yang dia lihat di lemari sekarang.
Brankas itu tidak ada.
"Apa? Mana? Nggak ada brankas, tuh."
"... [Name], sumpah. Tadi aku lihat ada brankas."
"Kamu halusinasi, ya?"
"Aku serius, [Name]!"
"Aku juga serius, BoBoiBoy." [Name] menghela napasnya pelan. Dia menepuk punggung suaminya sebelum akhirnya mengusapnya.
"Kita nggak pernah punya brankas. Kamu kenapa, sih? Kamu aneh, loh, belakangan ini."
"...."
"Sudah, ya? Mandi dulu, yuk. Mungkin habis mandi kamu bisa ngerasa lebih baik."
"... Iya." Akhirnya, BoBoiBoy memilih mengalah. Pria itu mengambil handuk yang ada di atas ranjang mereka lalu segera pergi masuk ke dalam kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, sepuluh menit kemudian pria itu kembali keluar dari kamar mandi dan segera memakai bajunya di kamar mereka. Dia membuka lemari yang sama dengan yang tadi, memilah baju sekali lagi; lalu ... matanya kembali melirik pada kotak berukuran sedang berwarna hitam.
Brankas itu ... ada lagi. Namun, kali ini, ada sebuah notes tertempel di atas brankas.
Notesnya berisi, "Orang lab yang kamu temui pertama kali." detik itu pula, BoBoiBoy langsung mengerti. Brankas ini memang bukan milik pasangan suami istri di rumah ini. Melainkan milik KP00.
Lantas, BoBoiBoy memasuki kata sandinya. K adalah huruf ke-11 sedangkan P adalah huruf ke-16. Maka kode untuk brankasnya adalah 111600. Memecahkan kode seperti ini bukanlah apa-apa bagi para orang lab.
Berhasil. Brankas itu terbuka.
______
B301 — 00.
"Jadi, varian kamu kodenya berapa?"
"Aku? Aku N400."
"00? Berarti kamu lebih dulu diciptakan daripada aku, ya."
"Memangnya kamu berapa?"
"Aku 01, B301. Amerta."
Lantas, [Name] terkekeh. "Aku fana."
"Oh, ya?"
"Iya. Makanya, aku bukan diciptakan lebih dulu. Tapi aku uji coba pertama sebagai fana. N400. Itu kodenya."
"Uji coba apa?"
"Perubahan fana menjadi amerta."
BoBoiBoy mengerjapkan matanya. "Memangnya bisa?"
"Karena itu Tuan KZ00 dan aku melakukan uji coba. Aku kelincinya."
Mendengar penjelasan dari [Name], sang pria menghela napasnya pelan. "Seharusnya kamu nggak usah main-main ke lab."
"Kenapa nggak?"
"Tugas fana kan cuma memberi dan menafkahi amerta. Berkat fana, amerta bisa senantiasa menjaga lab yang sudah dibangun susah payah ini selama ribuan tahun. Bisa dibilang, ini simbiosis mutualisme."
"... Kedengerannya kurang adil. Aku juga mau main-main di lab seperti amerta."
"... Haish... Bahaya, loh."
"Nggak apa-apa. Aku nggak takut.
"Kamu tuh...?"
"Hehehe. Jangan khawatir. Aku dan Tuan KZ00 akan baik-baik saja."
"Aku nggak khawatir sama Kaizo—maksudku, KZ00. Soalnya dia amerta. Tapi kamu?"
Detik itu juga, [Name] menutup mulut BoBoiBoy dengan tangannya. "Aku nggak apa-apa. Nggak ada yang perlu ditakuti."
"... Ya, baiklah. Terserah kamu saja. Aku, B301 sudah memperingati, loh."
"Iya, iyaaa."
Seharusnya pada hari itu... B301 mencegahnya sampai menyerah. Bukan malah bersikap tidak mau tahu. Andai kata dia melakukannya; maka perjalanan sampai ke-21 ini tidak akan pernah ada.
"Ngomong-ngomong, namamu siapa? Kamu sedari tadi cuma sebut kode varian."
"... BoBoiBoy."
"Ah ... Begitu, ya. Salam kenal, BoBoiBoy. Aku [Name]. Asistennya Tuan Kaizo."
"Ah... Salam kenal juga."
Siapa yang menyangka, pertemuan itu malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan; atau lebih parahnya lagi... sampai ke jenjang di mana tidak bisa merelakan kematian fana—sebuah hal wajar yang suatu saat akan terjadi kepada seluruh makhluk fana.
________
B301 — 21.
"Jadi... Brankas ini dari KP00?"
BoBoiBoy mengerutkan keningnya heran. Dia melirik ke arah dalam brankas. Akan tetapi di dalamnya hanya ada sebuah amplop besar berwarna coklat yang ia yakini berisi kertas-kertas penting dari lab.
"... Ini apa?" Dia membuka map tersebut; mengeluarkan beberapa kertas dari dalam map dan membaca salah satunya.
"...?"
Detik itu juga, brankas yang berada di depan BoBoiBoy hilang begitu saja.
Jika saja omongan Kuputeri bisa dipercaya, akankah ... dia kembali ke lab dan meninggalkan ini semua?
_____
HALOO!! aku kembaliii. shshdhhd maaf aku hilang lamaawbangeettt 😔😔 pukul aja gapapa seriuss
hihiw, dari chapter ini, ada yang mau ditanya atau membuat sebuah teori? 👀 kira-kira kenapa [Name] yang pertama kali BoBoiBoy temui malah dikarang-karang kematiannya?
Sebenarnya ini berhubungan sama Beliung dan Solar juga, sih. Hehe.
Maaciw semua. Sampai jumpa nanti lagii dan happy weekend!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top