chapter 4
Sakura mulai membiasakan diri dengan semua ajaran yang neneknya ajarkan. Mulai dari jilbab, sholat 5 waktu dan membaca Al-Qur'an. Walaupun mungkin kemampuannya masih setara dengan anak TK namun nenek Mira memuji semangat Sakura dan semakin membuat nenek Mira bersyukur. Walaupun sebelumnya ia sempat geram lantaran Tetsuo, ayah sakura yang tiba-tiba membawa Sakura ke Jepang.
Sakura juga sangat bersyukur dengan kasih sayang yang terus menerus diberikan oleh neneknya. Sakura juga tidak sungkan untuk bertanya kepada neneknya tentang Islam. Segalanya terasa mudah seiring berjalannya waktu.
Tak terasa, hari ini adalah hari pertama Sakura masuk ke universitas. Ia kembali mengecek tasnya. Dompet, mukenah, alat tulis, Al-Qur'an, serta binder yang berisi rangkuman sebagian isi dari buku yang sudah Sakura beli. Sakura hanya berdoa supaya ia tak terlihat bodoh nanti.
"Nia!" teriak nenek Mira dari tempat makan di lantai bawah.
"Iya nek... Tunggu sebentar," balas Sakura. Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Sakura hanya memoles wajahnya dengan bedak tipis dan pelembab bibir. Namun aura kecantikan seolah terpancar dari wajah ayunya. Dengan kulit putih bersih, serta bibir sewarna buah ceri, dan jangan lupakan bulu mata lentik yang seolah menantang gravitasi, pasti tidak akan sulit membuat banyak orang suka pada Sakura.
Sakura tersenyum sejenak sambil mengepalkan tangannya di depan dada sebelum berbisik pada dirinya sendiri, "Ganbatta yo ne(semangat)!"
Sakura turun menghampiri neneknya yang sedang menyiapkan makanan di meja makan. Tadi Sakura melihat sekilas neneknya memasak. Ada daging sapi yang dimasak dengan kecap ditambah banyak sekali bumbu. Nanti sakura akan meminta nenek mengajarinya memasak makanan itu.
Sakura membungkuk sedikit sebelum berkata, "Ohayou gozaimasu(selamat pagi)"
Neneknya terlihat kebingungan dengan ucapan Sakura yang terdengar asing bagi nenek. Sakura menepuk jidatnya. Astaghfirullah! Ia lupa neneknya tidak bisa bahasa Jepang. "Maksudku selamat pagi nenek." ujar Sakura sambil terkekeh pelan.
Neneknya hanya geleng-geleng melihat tingkah cucunya itu. "Duduklah Nia, nenek sudah menyiapkan semur daging. Makam yang banyak ya..." perintah nenek sembari tersenyum.
Sakura segera duduk dan mengambil nasi. Entah mengapa rasa guguo ini membuat Sakura menjadi lebih lapar dari biasanya. Ia mengambil nasi dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya, kemudian ia mengambil beberapa potong daging.
Sakura berdoa sejenak sebelum memasukkan suapan pertama ke mulutnya. Subhanallah... Neneknya memang sangat ahli memasak. Rasa gurih dan manis menyatu dengan daging yang lembut. Nasi hangat semakin menambah rasa nikmat dimulutnya. "Hmm... Ini enak sekali nenek! Nenek memang hebat!" puji Sakura setelah menelan makanan dimulutnya.
Nenek Mira tersenyum, "Alhamdulillah... nenek senang Nia suka," balas nenek.
***
Rifqi turun ke ruang makan setelah menyiapkan semua keperluannya. Ia bisa melihat dua bidadarinya yang sedang menyiapkan makanan, dan ayahnya yang sudah duduk di bangku ruang makan.
"Kakak sudah turun? Ngapain bengong disitu? Sini," ajak satu-satunya adik Rifqi.
Adik Rifqi bernama Delima Nisa Az-Zahra. Biasanya dipanggil Delima. Adiknya masih duduk di bangku SMP. Berbeda dengan Rifqi yang memilih masuk pondok pesantren, Delima memilih masuk Madrasah Tsanawiyah. Adiknya itu cukup cerewet bagi Rifqi, tapi itulah yang membuat Rifqi rindu.
"Kakak tau tadi Delima masak masakan kesukaan kakak... pokoknya kakak harus makan banyak soalnya Delima sudah susah payah masak buat kakak. Oh iya, Delima ambilin nasinya ya kak." tawar delima.
Kegiatan makan berlangsung dalam diam. Setelah semua selesai makan, abinya angkat suara. "Rifqi... Abi minta kamu jangan berlaku sewenang-wenang walaupun Abi adalah pemilik universitas. Jalankan amanah yang Abi berikan dengan baik. Kamu bisa tanya tanya pada Zidni atau dosen muda lainnya. Intinya jangan mengecewakan Abi. Fahimta(kamu paham)?"
Rifqi mengangguk sebelum menjawab, "Fahimtu(aku paham). Rifqi berangkat dulu ya abi, ummi, Delima. Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
***
Sakura melihat universitas barunya itu. Tidak ada wajah yang Sakura kenal. Segalanya terasa asing. Ahh... Sekarang bagaimana Sakura akan mencari kelasnya?
Tarik napas... Buang napas. Sakura mulai mencoba bertanya pada salah satu wanita berjilbab pink yang sedang mencari namanya di papan pengumuman. "Umm... Apakah kamu mahasiswa fakultas Al-Qur'an dan tafsir?" tanya Sakura pada perempuan itu. Kemudian wanita itu menoleh dan membalas, "Iya... Apakah kamu juga?"
Sakura mendesah lega. "Alhamdulillah... Boleh aku bersamamu? Aku baru beberapa minggu di Indonesia dan aku masih belum punya teman. Aku takut jika sendirian."
"Tentu saja. Aku juga masih baru disini. Namaku Syifa, salam kenal,". sahut Syifa bersemangat.
"Aku Ramadhania Sakura Takahashi. Di Indonesia kau bisa memanggilku Nia. Salam kenal."
"Wah... Kamu dari Jepang? Pantas saja kamu sangat cantik! Wah... Bisa kamu ceritakan sesuatu yang menarik dari Jepang?" tanya Syifa antusias.
"Jadi di Jepang saat kami berkenalan kami membungkuk sedikit, seperti ini," Sakura berhenti sejenak dan mencontohkan. Namun tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang menabrak Sakura hingga Sakura jatuh tersungkur.
"Iiitaaai(sakit)..." Sakura segera berdiri dan membersihkan bajunya lalu berbalik menghadap tersangka yang membuat Sakura jatuh dengan tidak elitnya. Sakura mendelik melihat laki-laki yang menabraknya itu tidak ada niat sama sekali untuk membantunya. "Ne?! Omae no baka(kamu bodoh)! Mienai no ka(apa kamu tidak liat)? ...." Sakura mengomel panjang tanpa sadar ia menggunakan bahasa ayahnya. Praktis laki-laki didepannya ini bingung total, tidak tau apa yang diucapkan Sakura.
Setelah mengomel panjang Sakura mengerucutkan bibirnya melihat lelaki tersebut sama sekali tidak merespon. Kemudian Sakura baru sadar lelaki didepannya ini kebingungan. Sakura baru ingat. Rona merah bersemu di pipinya. Tanpa ba-bi-bu lagi Sakura menarik tangan Syifa lalu segera pergi.
Setelah dirasa cukup jauh Sakura berhenti dan melepaskan tangan Syifa. Aduh... Sakura malu sekali tadi.
Syifa melihat Sakura terlihat tidak tenang. Ia juga ikut bingung. "Kamu kenapa Nia? Kenapa malah lari? Kamu kenal orang itu?" tanya Syifa beruntun.
"Aku malu sekali. Aku mengoceh sementara dia kebingungan. Aku tidak sadar aku mengoceh dalam bahasa Jepang tadi. Astaghfirullah... Bagaimana jika dia menganggap aku orang aneh? Atau malah orang gila?" kata sakura mengakui. Kemudian ada seorang lelaki memakai baju batik menghampiri mereka. Mata orang itu terlihat menusuk dan sangat menakutkan
Sakura bisa melihat Syifa merona saat melihat orang itu. Namun Syifa segera menunduk. Tidak mau ada ketegangan, Sakura segera mengangkat suara. "Ada apa ya? Apa ada masalah?"
Pria itu menyilang tangannya didepan dada. "Apakah sopan bertanya seperti itu disaat kau sedang mencoba kabur dari ospek?" tukas pria itu tajam.
Sakura mengerinyitkan alisnya bingung. "Nani(apa)?... Maksudku... Apa maksud anda?" tanya Sakura lagi.
"Kamu bertanya apa maksudku?! Apa kalian tidak mendengar aba-aba dimulainya ospek?! CEPAT KE LAPANGAN!" teriak pria itu keras sekali. Tanpa ba-bi-bu lagi Sakura dan Syifa segera berlari menuju lapangan, tanpa sempat mengucapkan salam.
Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Alhamdulillah wa syukurillah aku bisa update hari ini. Sekali lagi saran dan kritik akan sangat membantu. Aku masih baru dengan segunung kesalahan. Aku butuh kalian supaya bisa berkembang
اللهم صلي على سيدنا محمد
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top