chapter 3

Nenek Mira meminta Sakura membeli baju panjang, rok panjang, dan gamis. Kemudian Sakura juga bertanya tentang apa itu hijab. Sakura masih mengingat jawaban neneknya.

"Sesuatu yang digunakan untuk menutupi sesuatu yang menang dituntut untuk ditutup yaitu aurat. Aurat adalah bagian tubuh yang harus ditutupi dari pandangan orang lain. Aurat wanita terdiri dari seluruh tubuh kecuali tangan dan wajah."

Pada awalnya Sakura menolak, namun melihat wajah neneknya yang begitu meneduhkan dan sakura tidak mau menyakiti beliau, akhirnya Sakura menurut perintah neneknya.

Nenek Mira terlihat begitu antusias melihat dan memilihkan pakaian yang cocok untuk Sakura. Namun pada dasarnya memang sakura sudah memiliki wajah yang ayu dengan kulit yang putih bersih, baju manapun akan terlihat cantik jika dipakai oleh sakura. Dan untuk masalah uang, ayah Sakura sudah mengirimkan beberapa Yen untuk mereka. Kemarin sekalian Sakura tukarkan ke money changer. Dan uang yang menurut Sakura pas-pasan di Jepang ternyata sangat banyak di Indonesia.

Ketika sakura melihat-lihat baju didalam pasar, Sakura bertanya kepada nenek Mira, "Mengapa kita tidak membeli baju di mall saja?" Nenek Mira kembali menjawab. "Karena Rasulullah tidak suka umatnya yang berlebihan, kecuali dalam hal ilmu dan ibadah".

Sakura kembali bertanya, "Siapa itu Rasulullah?"

Kali ini nenek Mira tersenyum sambil menutup matanya seolah menutupi kerinduan yang begitu mendalam. "Dia adalah pemimpin kita... Suri tauladan bagi seluruh umat muslim... Orang yang begitu dirindukan oleh seluruh umat."

Kembali sakura bertanya, "Sekarang dimana dia nek?" Sakura terlihat seperti bocah berusia 7 tahun yang penasaran terhadap hal-hal yang baru ia dengar. Namun dengan sabar nenek Mira kembali menjawab, "Baginda Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam hidup beribu tahun yang lalu, sekarang Beliau sudah berada di tempat yang indah... Disisi Allah... Tuhan seluruh alam."

Sekali lagi Sakura bertanya, "Bagaimana bisa nenek merindukan seseorang yang bahkan nenek tidak pernah bertemu dengannya?"

"Karena beliaulah yang mengajarkan pada kita semua cara untuk bertemu dengan Allah... Mencintai Allah... Mengajarkan arti sabar dan banyak lagi yang lainnya. Dan yang paling penting... Hanya Rasulullah manusia yang bisa menolong kita di akhirat kelak... Nia... Nanti kalau Nia mau tanya tanya lagi silahkan... Selama nenek bisa menjawab nenek akan menjawabnya. Tapi sekarang kita pilih pilih dulu ya bajunya."
Nenek Mira mendatangi satu kios di pasar, dan mengambil beberapa setelan baju panjang serta gamis kemudian Sakura mengeluarkan dompetnya untuk membayarnya. Lantas mereka berdua pulang ke rumah.

Setelah sampai di rumah, Sakura mengambil ponsel disakunya dan menelepon ayahnya untuk menceritakan semua yang ia lakukan dengan neneknya, serta menceritakan apa yang baru saja ia dapatkan dari nenek Mira. Semakin hari Sakura semakin nyaman bersama neneknya. Sakura juga menceritakan bahwa Sakura sudah mengurus administrasi di universitas yang akan sakura masuki. Dan Sakura bisa mulai masuk Minggu depan.

Sejujurnya sakura agak ragu, bagaimana jika ia tidak bisa mengikuti pembelajaran yang ada di kuliahnya. bagaimana jika dia adalah satu-satunya orang yang tidak mengerti apapun tentang islam. Namun Sakura meyakinkan dirinya sendiri kalau ia pasti bisa. Toh ketika di Jepang ia adalah murid yang cukup pandai. Ia bisa dengan cepat mengikuti pembelajaran. Dan Sakura bukanlah orang yang takut untuk bertanya. Bukankah itu seharusnya sangat membantu?

Sakura segera membeli semua buku, serta alat tulis yang ia pikir akan ia butuhkan nanti. Sakura juga membeli Al-Qur'an terjemah Indonesia karena Sakura tidak mengerti bahasa Arab sama sekali. Dan juga ia membeli beberapa buku hadits yang sangat tebal. Bukankah mempersiapkan dari awal itu bagus?

Yah... Sakura bisa menyicil supaya tidak benar-benar buta akan ilmu Islam. Ia juga akan mulai belajar pada nenek tentang cara sholat dan membaca Al-Qur'an dan hadits. Astaga... Banyak sekali yang harus Sakura pelajari!

Sakura menatap baju-baju yang baru saja ia beli bersama nenek. "Kenapa harus sepanjang itu? Bukankah lebih nyaman menggunakan baju lengan pendek? Dan apa ini? Bukankan akan lebih nyaman pakai celana?" tanya Sakura lebih ke pada dirinya sendiri.

Namun sebelum sakura menemukan jawabannya, terdengar suara neneknya berteriak, "Nia... Ayo makan."

***

Rifqi mengusap wajahnya yang lelah. Ia baru saja lulus dari salah satu pondok di Aceh. Ia baru saja sampai di bandara dan sekarang ia sedang duduk di tempat duduk di depan bandara menunggu ayahnya menjemput. Alhamdulillah atas izin Allah, Rifqi tidak perlu mencari pekerjaan karena ia sudah diberi amanah oleh ayahnya untuk mengajar disalah satu universitas dekat rumahnya di Bogor. Ia mengambil Al-Qur'an kecil yang selalu ia bawa, Al-Qur'an yang diberikan oleh salah satu kyai di pondoknya. Kemudian ia mulai memuraja'ah hapalannya.

Tadi ia sudah menelepon ayahnya. Tapi apa yang membuat ayahnya begitu lama?

Tak lama kemudian terdengar suara tapak kaki bersepatu kulit dari depan Rifqi. "Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Ahlan wasahlan(selamat datang) Rifqi." ucap seorang pria berjas hitam didepan Rifqi.

Rifqi mengakhiri muraja'ahnya kemudian mencium Al-Qur'an miliknya dan mendongak untuk menjawab salamnya. "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... Abi? Ya Allah abiii Rifqi kangen." Rifqi segera berdiri lalu memeluk ayahnya.

Ayah Rifqi melepas pelukannya. "Ayo nak kita pulang. Ummi sudah memasakkan makanan spesial untuk Rifqi."

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Alhamdulillah wa syukurillah aku masih bisa update hari ini. Kritik dan saran akan sangat membantu aku. Jadi kalau ada kritik atau saran bisa tulis di bawah ya...

اللهم صلي على سيدنا محمد

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top