chapter 1
Sakura POV
Aku baru terbangun dari tidurku dan hal pertama yang aku lihat adalah bagian atas kamarku. Tunggu... Kamar ini berwarna hijau tosca? Sejak kapan? Bukankah seharusnya kamarku berwarna merah muda? Astaga dimana aku?
Aku memaksa otakku untuk berpikir sejenak. Oh shit! Aku ada di Indonesia... Apa yang aku lakukan di sini? Oh tuhan, jatlag kemarin membuat kepalaku terasa berat dan berputar. Ya... Aku baru ingat, ayah menyuruhku kembali ke Indonesia karena aku terpergok ke party pada saat itu. Nilai ujianku yang anjlok semakin memperparah keadaan.
Sudahkah aku memperkenalkan diriku? Baiklah... Namaku Rahmadaniah Sakura Takahashi. Yah... Mungkin namaku terdengar aneh. Ayahku berasal dari Jepang dan ibuku dari Indonesia. Ayahku menjadi seorang muallaf karena rasa cinta yang begitu besar pada ibuku. Dan... Ibuku meninggal pada saat melahirkan aku. Sejujurnya aku kurang mengerti apa yang membuat ayahku tertarik masuk agama itu? Dengan aturan yang begitu mengekang dan banyak sekali batasan.
Apalagi di negara ayahku agama itu hanyalah minoritas. Sebagian besar beragama Shinto atau malah Atheis. Namun aku merasa tidak beragama lebih baik karena tidak perlu beribadah dan bisa fokus pada urusan yng mendesak bukan? Bayangkan saja... Masa dalam sehari aku harus beribadah 5 kali... Ditambah lagi dengan ayahku yang sangat cerewet. Yang selalu menyuruhku ini itu. "Sholat lah nak... Itu akan mendekatkan dirimu pada Tuhan semesta alam, yaitu Allah SWT." Itu yang terus ayah katakan.
Jujur aku sangat muak. Dia hanya bisa menasehati ku. Astaga... Bahkan dia tak pernah menemaniku di rumah?! Sejak kecil aku hanya diasuh oleh seorang pembantu yang bahkan lebih dekat denganku daripada ayahku sendiri. Sekedar informasi pembantuku bukanlah seorang muslim jadi selain dari ayahku aku belum pernah mendapat informasi tentang Islam dari siapapun.
Aku memaksa diri untuk bangun. Badanku terasa tidak enak, mungkin efek dari tidak makan dari sore sampai pagi... Tunggu bahkan di pesawat pun aku belum makan. Mungkin aku harus mandi air hangat kemudian mengisi perutku. Tapi tunggu... Ayah berkata ibuku tinggal dirumah yang aku pijak ini. Aku mengingat kalau kemarin aku disambut oleh seorang wanita paruh baya berjilbab yang mungkin usianya jauh lebih tua dari ayahku. Siapa dia?
Aku pergi ke kamar mandi dan menghangatkan tubuhku disana. 15 menit kemudian aku keluar dan pergi ke lantai 1. Aku masih penasaran dengan wanita itu.
Aku terkejut melihat nenek itu sudah menyiapkan makanan di meja makan. Aku melihat arloji yang melingkar manis di tangan kiriku. Ini masih pukul 5? Demi apapun! Di negaraku yang sangat disiplin saja aku terbiasa bangun pukul 6. Bagaimana bisa nenek ini menyiapkan makanan pukul 5? Pukul berapa ia bangun?
"Nak kamu sudah bangun? Sudah sholat shubuh?." ucap nenek itu dengan penuh kelembutan. Astaga... Aku lupa kapan terakhir kali aku mendapat ucapan selamat pagi selembut itu. Untuk sholat shubuh, aku belum melaksanakannya. Kan dari kamar mandi aku langsung ke bawah. Aku menimbang-nimbang apakah harus jujur atau bohong. Akhirnya aku berkata, "Aku belum sholat". Aku berkata jujur, dan aku baru ingat aku belum bertanya siapa nenek ini. "Nenek siapa? Kenapa berada di rumah kaa-san(ibu)?" Astaga... Bahasa Indonesia ku lumayan buruk.
Nenek itu tersenyum dan berkata, "Aku nenekmu... Ibu dari ibumu... Fatimah."
Alhamdulillah wa syukurillah aku bisa menyelesaikan bab 1 ini... Aku harap kalian bisa menikmatinya.
Kalau ada saran maupun kritik jangan lupa tulis di bawah karena aku masih membutuhkan banyak sekali masukan
Jangan lupa tinggalkan jejak 😊😊
اللهم صلي على سيدنا محمد
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top