01. Chapter 01 🎬

"Palsu!" kata seorang perempuan berbaju serba hitam, tangannya masih memegang kamera, berancang-ancang akan memotret sosok laki-laki yang sudah berdiri di atas karpet merah dengan balutan jas hitam dan celana dengan warna yang senada. Ucapannya sontak membuat orang-orang yang mendengar, seketika langsung menatap dirinya aneh. Mereka meninggalkan lensa yang sudah dititik fokuskan pada sang target. Melihat ke arah perempuan itu aneh.

"Diam!" perintah laki-laki yang masih sibuk dengan sebuah handycam di tangannya. Wanita itu segera melirik. Ia menyadari bahwa orang-orang kini menatapnya sinis.

"Apa?" Dia adalah Airin, hanya mengedikkan bahu, karena tak terima dengan teguran dari temannya.

"Fokus aja!" Lagi-lagi laki-laki itu menginterupsi. Membuat gerakan mata agar menuruti perintahnya. Dia adalah Ken, merupakan bos dari Airin.

"Memang benar, 'kan? Dia itu palsu!" Airin malah membenarkan pernyataannya. "Lihat, senyumnya dia itu palsu," ujarnya lagi tak mau mengalah. Airin tanpa takut mengatakan hal itu di depan banyak wartawan.

"Aish," gerutu beberapa orang yang sudah menatapnya. Mereka kembali fokus pada orang yang masih berdiri dengan senyum manisnya.

Pusat perhatian di tengah-tengah karpet merah adalah Brian, seorang pesohor yang karirnya tengah berada di puncak. Aktor dengan bayaran termahal di dunia hiburan, wajahnya yang tampan kerap berseliweran di media elektronik dan media massa. Memiliki banyak fans lebih dari penggila K-Pop.

Setelah selesai pemotretan singkat dalam kurun waktu kurang dari lima menit, akhirnya dia memberi salam untuk kembali melanjutkan perjalanannya memasuki gedung acara. Cara dia berjalan bak model papan atas. Belum lagi busana yang digunakan membuatnya terlihat sangat tampan saat itu. Hari ini adalah acara pagelaran untuk penghargaan di dunia hiburan. Dihadiri oleh para aktris maupun aktor, juga penyanyi, dan sutradara yang sudah berkecimpung di industri pertelevisian ini. Mereka adalah orang-orang penting yang bekerja keras untuk menciptakan sebuah hiburan di layar kaca.

Ken menarik lengan Airin paksa, dia menghindari kerumunan para wartawan lain agar bisa leluasa berbicara.

"Apa?" Airin melepaskan tangan Ken dengan kasar. Memastikan tak ada orang lain yang berada di sekitarnya. Ia menurunkan letak kupluk hoodie yang dipakainya.

"Rin, bisa 'kan? Profesional sedikit aja," ujar Ken sedikit memohon. Ia masih memegang erat handycam di tangannya. Satu tangannya mengacak pinggang. Wajah manis itu terlihat kesal sekarang.

"Ken! Aku sangat membenci dia! Senyum itu palsu, apa aku salah?" Airin membela diri. Perempuan itu tampak tak tahan dengan si selebriti yang baru saja ia ambil potretnya.

"Oke, kalo kamu benci sama dia, pendam! Kita bisa ada di sini dengan perjuangan, enggak semua wartawan bisa datang." Ken menjelaskan panjang lebar. "Please, aku harap kita ikuti acara ini sampai akhir," ujar Ken penuh dengan permohonan. "Dan juga, dia adalah aktor yang lagi tranding, dengan mendapatkan foto, video, dan berita tentang dia, followers, subscribers kita bakalan nambah. Belum lagi, kita bakal jadi situs pencarian nomor satu di dunia, mengerti?" Ken pasrah. Dia tak ingin menuntut Airin agar tak membenci. Namun, hanya itulah satu-satunya cara agar situs yang dia kelola terkenal dengan mendapatkan informasi dari sang artis.

Mendengar ocehan Ken, Airin hanya mengembuskan napas, mengalah. Dia menatap laki-laki yang mungkin tingkat kekesalannya hampir membuncah. Terlihat sesekali menarik napas untuk mengurangi kekesalannya.

Akhirnya wanita itu mengangguk setuju. Siapa yang tak bisa menerima semua ucapan Ken yang sangat realistis? Laki-laki yang paling pintar dan sangat inovatif itu bahkan pernah berhasil menyabet predikat wartawan 'of the year' pada tahun 2018. Sebelum karirnya berantakan karena sebuah insiden. Wartawan yang menjadi rebutan beberapa perusahaan ternama. Selalu menampilkan berita teratas untuk menaikkan rating perusahaan.

Namun, sebuah kejadian mengharuskan Ken dan Airin akhirnya bekerja sama membuat sebuah situs online untuk menguak kasus para selebriti. Dari mulai berita kencan rahasia, jadwal selebriti, dan kehidupan pribadi mereka. Ken memberikan nama pada perusahaan kecilnya itu dengan sebutan 'Secret'. Memiliki lebih dari dua juta followers di Instagram, satu koma empat juta subscribers di YouTube, dan beberapa kali menjadi pencarian utama di internet karena pernah menguak kasus kencan seorang selebriti kawakan. Secret berhasil menjadi situs online favorit di kalangan milenial dan orang tua.

Perjalanan mereka tidaklah mulus. Ken harus membuang semua tenaga dan energinya untuk menjadi penguntit selebriti. Pernah suatu ketika, dia ketahuan mengikuti selebriti. Dilaporkan lah laki-laki itu kepada pihak berwajib. Untung saja, bisa bebas karena dia menjadikan wartawan senior untuk bernegosiasi.

Airin yang juga seorang wartawan terbaik di perusahaannya yang dulu, kini lebih memilih menerima tawaran Ken sebagai partner kerjanya sekarang. Mereka memiliki lima orang pekerja yang masing-masing memiliki tugas berbeda. Sebagai seorang paparazzi adalah keahlian Airin. Ken turut serta dalam pekerjaan Airin. Karena menurutnya pekerjaan itu sedikit berbahaya untuk ukuran perempuan. Ada juga yang bertugas sebagai pengunggah konten, pengeditan artikel, dan juga kameramen handal.

Semua orang di area venue bertepuk tangan meriah. Mata mereka masih tertuju pada satu pusat yang sedang berjalan ke arah panggung.

Brian tampak gugup, ia terus mengukir senyuman manis hingga posisinya tepat berada di tengah panggung. Menerima sebuah piala tropi dan mengangkatnya penuh dengan semangat.

"Terima kasih, sudah menerima saya dengan baik di industri hiburan. Ini adalah penghargaan kedua sebagai aktor laki-laki terbaik tahun ini. Kedepannya, semoga saya bisa lebih berkembang lagi, lebih menjadi publik figur yang mengesankan untuk negeri ini terutama para penggemar saya. Sekali lagi, terima kasih." Brian tengah menyampaikan sebuah sambutan penghargaan yang diraihnya hari ini. Laki-laki itu tampak tersenyum maskulin,  tangannya masih memegang sebuah tropi dan sesekali mengusapnya lembut. "Aku cinta kalian," lanjutnya lalu tersenyum bahagia. Sepeninggalannya dari panggung menimbulkan suara tepuk tangan dari para tamu undangan ikut memeriahkan berakhirnya sambutan dari Brian. Pria itu membungkukkan setengah badannya sebagai tanda terima kasih sebelum akhirnya meninggalkan panggung.

"Enggak tahu diri," umpat Airin. Dia berdiri di tengah-tengah para wartawan yang lain. Berbeda dengan Ken yang sudah ada di barisan paling depan. Untung saja ucapannya tak bisa didengar oleh yang lain. Karena suara musik yang diputar lebih kencang.

Acara demi acara pun terlaksana dengan baik. Semua penghargaan sudah dibacakan. Acara akhirnya selesai tanpa ada satupun kendala. Penampilan penutup pada hari itu adalah menampilkan sebuah band papan atas sebagai penutup acara. Hiburan yang sedari tadi pusing karena ucapan selamat atas kemenangan.

Satu per satu tamu meninggalkan venue, memasuki mobil-mobil yang sudah antre di depan gedung. Terlihat Brian menghela napas berat. Antara lega dan lelah, dia menunggu giliran mobilnya sampai di depan karpet merah yang masih tergelar manis. Banyak wartawan yang masih mengambil potret dirinya, membuat dia sedikit tidak nyaman. Namun, laki-laki itu tetap harus tersenyum pada semua wartawan yang mengambil gambar.

"Brian," panggil seorang laki-laki muda yang mungkin seumuran dengan dirinya. Brian menoleh, dia adalah Jackson yang menjadi lawan mainnya di film yang rencananya akan tayang pada akhir tahun. Laki-laki itu tersenyum, membuat Brian juga membalas senyumnya dengan sedikit terpaksa. Matanya terlihat sangat jelas, bahwa Brian tak menyukai Jackson.

"Wah, selamat! Kamu adalah aktor terbaik tahun ini," ucapnya memberi selamat. Ia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Oh, terima kasih," jawab Brian singkat. Brian enggan membalas jabatan tangan itu. Namun, ia masih menjaga image-nya di depan banyak wartawan.

"Ah, kapan-kapan kita bisa makan bersama, aku ingin lebih banyak belajar darimu," kata Jackson bersemangat. Brian tersenyum tipis. Ia mengangguk sebagai tanggapan.

"Benarkah? Oke, kita tunggu waktu yang tepat," ucap Brian datar. Netranya melihat sebuah mobil Audi berwarna merah mengkilap sudah berada di antrean kedua.

"Aku harus pergi, sampai jumpa," ujar Brian tanpa basa-basi. Dia berjalan menuju mobil pribadinya. Tak lupa, melambaikan tangan kepada seluruh wartawan yang masih meliputnya.

"Aish, sikapnya sombong tapi juga sangat keren." Jackson menyaksikan Brian menghilang dari balik pintu mobilnya. Tatapan Jackson sangat tulus dan penuh dengan kekaguman.

Semua adegan itu disaksikan oleh Airin dengan penuh tatapan tajam. Melihat temannya kesal, Ken hanya menggelengkan kepala.

"Ayo! Kita harus segera mengunggahnya," ajak Ken. Airin hanya pasrah mengikuti langkah laki-laki itu.

Ken meminta Airin untuk menyetir mobilnya. Sedangkan dia sibuk dengan kamera dan membolak-balik gambar Brian yang terlihat sangat tampan.

"Kerja bagus!" Ken bersorak. Dia yakin, postingannya kali ini akan lebih banyak yang menekan tombol hati pada akun Instagram.

"Pasti penggemar dia bakalan sangat senang. Secara ini benar-benar ekslusif." Ken bangga. Airin sama sekali tak merespon. Dia hanya fokus pada jalan yang ada di depan matanya. Dan mengemudikan mobil dengan tenang.

____

Setelah perjalanan pulang yang melelahkan, akhirnya Ken memarkirkan mobilnya di depan sebuah studio milik pribadinya. Tempat kerja ternyaman dan membuat semangatnya kembali terbakar. Di ruangan yang hanya terdapat empat sekat termasuk kamar mandi itulah di sana mereka bekerja. Layar komputer berukuran tiga puluh sembilan inchi adalah komputer utama pekerjaannya. Beberapa laptop yang tergeletak manis di meja, terlihat juga di dalam lemari kaca berbagai macam kamera dan alat perekam video di sana. Piagam penghargaan yang tergantung pada dinding menambah semangat mereka untuk lebih maju lagi. Padahal kurang  dari satu tahun ini Ken menjalankan profesinya sebagai paparazzi, tetapi mendapat banyak penghargaan entah itu konten terbaik dari YouTube dan penghargaan lainnya.

Airin menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang nan empuk. Dia mengembuskan napas kasar. Memejamkan matanya sebelum akhirnya kembali membuka dengan kedatangan Ken dan dua buah kaleng minuman dingin di tangannya. Ken melempar minuman itu, dan tepat Airin bisa menangkap.

"Apa kamu masih mau menghancurkan karir Brian? Belum tentu dia bersalah 'kan?" tanya Ken, tangannya membuka tutup kaleng dan segera meneguknya.

"Ken, udah jelas-jelas di sana tertulis Brian adalah cintaku. Sudah pasti, laki-laki itu adalah penyebabnya!" Airin menguatkan pendapatnya.

"Tapi, berkat dia kita mendapat banyak followers. 'Secret' juga menjadi tranding di pencarian internet ataupun sosial media yang lain." Ken tak mau kalah.

"Aku tahu, tapi ..." Airin lemah. Beberapa kali dia meyakinkan Ken, namun selalu saja laki-laki itu meragukannya.

"Oke, untuk saat ini kita manjakan penggemar dia dengan berita menarik tentang dia. Sampai nanti kita menemukan kelemahan dia untuk kita hancurkan," ucap Ken. Mendengar itu Airin sedikit mendapat penghiburan. Dia mengangguk pelan.

"Oke, aku enggak bisa berpikir jernih jika menyangkut tentang dia," ujar Airin datar.

"Aku pastikan, karier dia hancur jika benar memang dia yang bersalah," ucap Ken yakin.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top