Bagian 2
Akhirnya, dengan berat hati seberat-beratnya, aku memilih pindah duduk di kursi depan saat ada yang berbaik hati menawarkan karena kasihan. Penuh haru, aku pun melambaikan tangan. Bye bye tampan. Cowok Cool itu hanya diam tanpa tersenyum, apalagi membalas lambaian tanganku. Ngenes! Meski lega karena mabuk perjalanan berkurang, tapi hati tak dapat berdusta bahwa aku nyesal dan kecewa banget mabuk ini datang tanpa perasaan. Tapi kalau dipikir-pikir ada baiknya juga. Pan kami berdua bukan muhrim, jadi enggak baik lah duduk berdekatan lama-lama. Tapi setidaknya kami masih bisa bertemu ketika makan siang, dimana bus biasanya berhenti dulu di sebuah warung makan atau ketika singgah untuk shalat di mesjid. Diam-diam aku tetap menaruh harapan, ditengah hati yang tiba-tiba dilanda gundah gulana. Duh, segitunya..Alhamdulillah , sesuatu banget yah, kalau kata Syahrini.
Yah, moment yang kutunggu-tunggu datang juga. Menjelang makan siang, bus berhenti di sebuah restoran. Para penumpang bus termasuk diriku pun bergegas turun untuk mengisi perut yang keroncongan. Ada juga yang memutuskan untuk mandi dan shalat lebih dulu baru makan termasuk aku dan cowok Cool itu. Selesai membersihkan badan, aku pun menjamak shalat Dzuhur dan Ashar di mushala yang tak jauh dari restoran padang yang kami singgahi. Sebab biasanya masih lama lagi bus baru berhenti yaitu menjelang Isya. Begitu memasuki mushalla, deg! Aku berpapasan dengan cowok Cool itu lagi. Namun saat melihatku, sedikitpun dia tak memberikan senyum ramah, atau basa basi. Apalagi sampai menegurku. Patah hati ini, duh Robbi...Nyesel, napa sifat baperku enggak ilang-ilang juga padanya. Payah! Dikit-dikit bawa perasaan. Bawa duit kek! Celetuk batinku tajam.
Sementara untuk menegurnya lebih dulu, aku gengsi lah. Alhasil, kami pun tak saling bertegur sapa selama diperjalanan bagaikan orang yang tak pernah kenal sama sekali.
"Huh!" Benar-benar The Cool Man, gerutuku penuh rasa sesal di hati.
Baiklah! Aku putuskan untuk tak memedulikan cowok Cool itu lagi. Akan kututup hati ini rapat-rapat untuknya. Takkan kubiarkan harapan ini semakin melebar dan pada akhirnya cintaku akan bertepuk sebelah tangan. Ketika bus akan menyeberang ke Pelabuhan Merak, kami para penumpang turun dari bus untuk naik ke kapal feri, dan lagi-lagi aku berpapasan dengannya ketika hendak naik. Tapi lagi-lagi dia tak mengacuhkanku.
Oh, tidaaakkk! Apa dosa yang dulu pernah kulakukan sehingga di PHP-in begini? Jangan-jangan dulu aku pernah bikin sakit hati cowok lain, hingga terkena karmanya. Sebab menurut buku perjodohan yang pernah kubaca, salah satu terhambat datangnya jodoh adalah karena sikap kita dimasa lalu yang pernah nyakitin hati cowok atau cewek yang naksir kita. Aku harus tobat nih dengan mandi kembang tujuh rupa tujuh warna. Masalahnya, cowok yang naksir diriku kan enggak terhitung jumlahnya. Muntah! Sirik, sirik, tau! Lagian apa hubungannya coba? susah dapat jodoh dengan mandi kembang? Ejek batinku seolah kurang terima. Hmm. benar juga , yah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top