🌸1. Rumah Kenangan dalam Wasiat 🌸
Pria bertubuh tegap itu dengan potongan rambut pendek, Raga Aditya Theo, merasa perlu keluar dari ruangan itu segera. Ia perlu sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Merokok.
Ia meninggalkan ruang kerja Almarhumah Oma setelah pengacara membacakan surat wasiat. Raga hanya ingin udara segar di luar rumah. Orang tuanya masih belum tahu tentang isi surat wasiat itu. Raga pikir mereka pasti akan mengambil langkah jika sudah mengetahuinya.
Raga tidak habis pikir bahwa Oma bisa merencanakan sampai sedetail ini. Omanya yang orang kolot, orang zaman dulu bisa mengatur surat wasiat seperti ini.
Raga melangkah lebar menuju halaman rumah. Rumah ini adalah milik Opa Theo. Alm. Opa adalah seorang pemilik penggilingan padi di masa mudanya. Opa punya dua anak dari pernikahan pertamanya. Pernikahan kedua Opa terjadi karena saat melahirkan anak kedua, istri pertamanya meninggal. Lalu Opa Theo menikah lagi dengan Oma Sari. Dari Oma Sari, Opa punya 4 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Raga adalah cucu dari anak laki-laki yang ketiga. Raga paling mirip nenek sampai semua cucu merasa Oma paling menyayangi Raga walaupun dia bukan cucu laki-laki yang pertama.
Hubungan Raga dengan Oma sangat baik, begitupun hubungan cucu Oma yang lain karena Oma adalah orang yang sangat menyenangkan. Ia sangat dekat dengan anak-cucunya. Opa dan Oma sangat suka jika setahun sekali anak-cucunya berkumpul di malam sebelum Imlek. Ada beberapa paman dan tante Raga yang sudah pindah ke daerah lain jadi saat mereka berkumpul lengkap adalah malam sebelum Imlek.
Sewaktu Imlek, keluarga Theo lengkap ada di rumah merangkap kilang padi itu. Anak dan menantu saling bercerita dan cucu-cucu menyalakan lilin di halaman rumah. Oma dan tante Raga yang masih belum menikah yang senang menanam bunga di sana. Kakak Raga sering memetik bunga melati sampai Tante Meri kesal.
Para tetangga menyebut Opa Theo sebagai orang kaya di daerah itu. Tanahnya luas, rumahnya ada di bangunan paling kanan. Bangunannya menyerupai bangunan kuno tapi cukup kokok pada waktu itu karena tersusun dari damar laut. Lalu di sampingnya ada garasi tempat pemyimpanan mobil kesayangan Opa. Lalu ada kilang padi dan gudang penyimpanan di sampingnya. Jadi semua bangunannya ada empat.
Raga dilahirkan di rumah itu tapi ketika usianya menginjak 5 atau 6 tahun, ayahnya memutuskan pindah ke Medan agar Raga dan kakaknya dapat bersekolah di sekolah yang lebih berkualitas. Ayahnya juga punya usaha baru jadi kilang padi itu paman Raga yang lain yang membantu mengurusnya bersama Opa sampai ia wafat.
Erickho Theo.
Ia adalah cucu keluarga Theo dari istri pertama Opa Theo. Raga tidak begitu dekat dengannya karena Eric memang bajingan.
Dia pernah menuntut agar Oma memberikan hak atas tanah yang seharusnya dimiliki nenek kandungnya setelah meninggalnya Opa Theo. Oma sudah memberikannya tetapi tanah itu dijualnya demi hidup berfoya-foya dengan pasangannya. Oma Sari sendiri berusaha membeli kembali tanah itu dan akhirnya berhasil dengan harga yang tinggi.
Selalu saja ada kejadian tak enak jika Raga melihat Eric mengunjungi rumah itu. Kaca jendela pecah, Oma menangis. Eric menendang pintu usaha kilang padi lalu pamannya ingin memukulnya tapi dilerai oleh Oma. Beliau bahkan pernah pingsan karena bertengkar dengan Eric tapi tak pernah sekalipun neneknya mengajarkan Raga untuk membenci sepupunya itu sebab mereka masih berhubungan darah.
"Ingat Raga! Darah lebih kental daripada air," pesan Oma.
Oma berpesan begitu tapi tega mewariskan rumah ini padanya jika aku tidak menikah dalam waktu enam bulan.
Bagaimana kalau rumah ini jatuh ke tangannya?
Raga menghembuskan nafasnya kuat-kuat.
Ia belum mau menikah di mana kebebasannya dipasung dalam sebuah ikatan. Raga masih muda, belum ingin bertanggung jawab membina rumah tangga. Bukan karena jomblo, dia enggan tapi masa di usia yang semuda ini ia harus setia pada satu orang saja.
Raga pernah pacaran tapi tak pernah serius. Hari ini mengaku pacaran, besok juga pacaran sama yang lain. Oma pasti tahu itu karena katanya, Raga tidak akan membawa pacarnya untuk dikenalkan karena cucunya sendiri lupa yang mana pacarnya.
Aish!
Raga mengacak rambutnya yang sudah berantakan.
"Malam Sepupu!"
Raga benci suara itu.
Ia harus memastikan Eric tak akan mendapatkan rumah warisan ini.
🌸 Hai! Thankies buat semua yang singgah dan kasih-kasih voted. Walaupun saya mengharapkan krisan sebenarnya tapi gpplah, voted juga oke. Ini tulisan baru saya. Untuk ini saya harus mengorek kenangan masa kecil saya di kota kecil pinggiran Medan. Ke mana arah cerita ini sudah saya tulis kerangkanya tapi tak menutup kemungkinan jika ada saran dari teman-teman, saya akan masukkan.
🌸 Christina Suigo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top