3. Papah Pulang


"Sumpah?"

Leo mengangguk cepat. Tangannya ke atas dua-duanya. Bak tersangka kasus pencurian jambu di rumah tetangga lalu digrebek Pak RT.

"Bukan kamu yang berbuat?"

Leo menggeleng mantap.

"Udah dipastiin? Jangan-jangan pas kamu mabuk susu jahe di angkringan, langsung perkosa anak orang?" selidik ibu Leo yang hanya ingin memastikan bahwa anaknya tak melakukan hubungan remang.

"Beneran. Itu bukan anak dari hasil wik-wik anak orang, Buk. Percaya dong, sama anak sendiri." Leo bersikeras bahwa Agam yang tadi dilihat emaknya saat video call bukan anaknya.

Sundari agaknya bernapas lega. Tapi, ia tak percaya begitu saja. Bisa saja Leo yang ia kenal selama ini selain pecicilan juga terjerumus isi paha.

"Ok. Kali ini percaya. Sana, urusin toko!"

Sundari mengusir Leo. Laki-laki yang merasa sudah bebas itu ngacir masuk ke kamar. Mengambil baju lalu menuju kamar mandi yang berada di dekat tempat cuci baju belakang.

***

Serly menyusui sambil memperhatikan stok popok Agam. Ia mengecek, apakah masih bisa ia pakai untuk malam ini atau tidak. Untuk sementara, ia mengandalkan Revi guna membantunya membeli peralatana Agam. Bagaimana tidak. Ia sendirian, harus mengurus Agam. Tak mungkin meninggalkan Agam sendirian.

Revi, tetangga dan juga teman kerja Serly datang pagi menjelang siang kemarin dengan panik dan tangis haru. Bagaimana tidak. Ia menyesal tertidur pulas sampai tak mendengar telepon dari Serly. Baru dikabari paginya karena Serly tak datang ke toko.

Masih sore, dan Agam sedang lelap. Baiknya Serly tinggal sebentar untuk mandi. Setelah ini ia akan minta tolong Revi membelikannya saat pulang kerja nanti.

Masuk ke kamar mandi, Serly tak bisa lagi lama-lama. Ia takut Agam bangun. Begitu keluar kamar mandi, ia terkejut. Ada Leo di tepi ranjang sambil duduk jongkok dan menepuki lengan Agam.

"Loh, kok di sini?"

Leo menoleh. Matanya langsung membelalak terkejut. Serly ikut tersadar dan putar badan guna masuk lagi ke dalam kamar mandi.

Di tempatnya jongkok, Leo hanya bisa bersiul. "Wah, emejing gentong ASI nya Agam. Pantesan kenyang terus. Stok full."

Ia terkekeh sendiri. Hingga Agam terbangun. Leo lekas menggendong Agam dan menimangnya. Lidah Agam tampak menjulur. Leo yang tak paham, malah menjulurkan telunjuknya. Meminta lidah untuk masuk saja, tak usah dikeluarkan.

"Us... us.... cup, Agam. Papah Leo di sini. Uh, lidah nggak usah dikeluarin kayak main tik tokan lah."

Serly yang mendengar keributan pun datang. Tadi ia hanya memakai handuk, karena bajunya tak ia bawa masuk serta. Eh, siapa yang menduga ada Leo di sana. Salah sendiri ia tak mengunci pintu. Hanya ditutup rapat.

"Ada apa ini? Agam, anak Ibu, Sayang. Sini, sini. Mau nyusu lagi nih ya."

Leo menyerahkan Agam pada ibunya. Ia lantas duduk memperhatikan sambil duduk di tepi ranjang.

"Ada apa ke sini?" tanya Serly, membuyarkan fokus Leo pada bibir Agam yang disusui Serly sambil tiduran.

Leo berdiri dan mengambil kantong belanjaan. Ia tadi mampir dulu ke toko peralatan bayi. "Aku mau bawain ini buat Agam. Buat ibunya nggak usah lah ya. Popok juga kekecilan kamu pakai. Baju juga mana muat. Pokok semua khusus buat Agam seorang."

Serly hanya berdecap. "Iya. Makasih. Tapi, kamu nggak perlu repot sih."

Leo menggeleng. "Nggak repot kok."

"Kamu bawa apa memangnya?"

Leo membuka kantong kreseknya. "Ada popok, baju, bedak sama sabun pokok sepaket gitu sama minyak apa ini."

"Banyak banget. Padahal Agam udah punya dan masih."

Sebelum lahiran, Serly memang sudah mencicil membeli peralatan seperti baju, gurita, bak mandi, handuk, kaos tangan dan kaki dsb. Ditambah kemarin teman-temannya di toko baju menjenguk dan bawa hadiah untuk Agam.

"Ah, kan dari Papah Leo belum ada."

Serly tak membantah. Leo sudah banyak membantu. Harusnya ia bersukur masih ada Revi dan Leo yang membantunya saat sendirian harua melahirkan. Dan setelah ini, ia juga aka membesarkan Agam sendirian. Ia harus kuat.

Menjadi orang tua tunggal tak jadi soal. Daripada ia harus membesarkan anak dari laki-laki itu. Laki-laki tak punya hati dan tak mengakui anak dalam kandungannya. Serly harus tegar. Mungkin ini lebih baik.

"Eh, loh, ada bapaknya Agam nih. Halo, Mas. Saya Revi, temen dan tetangga deket sini."

Leo hanya melongo, saat tangannya tiba-tiba dijabat perempuang yang langsung nyelonong masuk.

Serly menepuk pantat Revi hingga mengaduh. "Apaan sih."

Revi yang baru saja memperkenalkan diri juga menyalami Leo, malah tersenyum bahagia menatal Agam yang kembali pulas.

"Halo, Agam. Tante dateng nih. Agam seneng dong ya, Papa udah pulang dan bisa meluk Agam deh. Yeyyy."

Serly melirik Leo, mengisyararkan ia minta maaf dengan kelancangan teman Serly tersebut.

Bukannya memaklumi, Leo malah menanggapi dengan drama kesalahpahaman babak baru. "Iya dong. Agam seneng Papah pulang. Malam nanti bisa bobok bertiga."

Serly melotot dan melempar Leo dengan minyal telon Agam.

_________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top