Kencan? [Zhan XiXi & Jian Yi]
"Hei, Zhan XiXi?"
"Hm?"
"Ayo, berkencan denganku," ajak Jian Yi penuh nada menggebu-gebu
Sayangnya, respons yang didapat kurang memuaskan. "Tidak berminat."
Wajah pemuda itu mengerut penuh kekecewaan. "Ugh. Kau selalu saja begitu. Padahal aku sangat ingin menghabiskan waktu berdua denganmu," ucapnya dengan rona merah di wajah.
Zhan XiXi membalikkan halaman komik sebelum berkata, "Setiap hari aku menghabiskan nyaris 24 jam waktuku bersamamu, kau tahu itu."
Pemuda bermarga Jian itu semakin gemas. "Maksudku, menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal layaknya ... se-sepasang kekasih lainnya." Kali ini rona merah semakin terlihat lantaran malu.
Bahkan XiXi sampai menutupi wajah menggunakan komik demi menyembunyikan rona yang juga menjalar di parasnya. "Jadi, kau mau apa?"
"Kencan denganku!" Berteriak penuh semangat, menubruk tubuh yang tengah bersandar di sofa hingga terbaring.
"Berisik! Kau berteriak terlalu keras," ujar XiXi berlagak marah demi menutupi gugupnya.
Jian Yi tersenyum. "Ya, ya! Kencan denganku, Zhan XiXi?"
Zhan XiXi mengusap kepala Jian Yi lembut. "Mau bagaimana lagi."
Pemuda berambut pirang langsung berdiri lantas berlari menuju pintu sambil bersorak. "Hore! Besok pagi-pagi sekali aku akan datang menjemputmu."
"Oi, tunggu."
Pintu sudah dibuka. "Pokoknya kau tidak boleh membatalkan kencan besok. Horeee!" Kemudian pergi dari sana masih sambil berteriak ceria.
Meninggalkan Zhan XiXi yang tertawa kecil akibat tingkah konyolnya. "Tck. Dasar anak itu."
Namun, esok harinya ...
"Pokoknya aku mau kencan, Zhan XiXi!" Jian Yi menangis seraya memeluk kaki Zhan XiXi yang menariknya kembali pulang.
"Tutup mulutmu! Di luar hujan, bagaimana kita bisa pergi?"
"Pakai payung kan bisa." Si pirang tidak ingin menyerah begitu saja atas gagasan kencan impiannya.
Sayang, kekasihnya bukan tipe yang mudah dibujuk. "Merepotkan. Ayo, masuk."
"Aku ingin kencan!" Jian Yi masih meratapi nasib kencannya yang batal bahkan setelah masuk dan didudukkan ke sofa.
Zhan XiXi membuka laci. "Berhenti merengek seperti bayi. Apa kau lapar? Belum sarapan, kan?"
Jian Yi menoleh ke arah dapur di mana XiXi berada saat ini. "Huhuhu. Aku mau memakanmu."
Pisau di tangan itu nyaris terpeleset jatuh. "Berhenti bicara omong kosong. Akan aku buatkan sandwich dan cokelat panas." Setelah itu tangannya bekerja lebih cepat untuk membuatkan menu sederhana bagi sosok istimewanya yang tak lelah mengeluhkan kecewa.
"Ini, untukmu."
Jian Yi menerima sandwich serta cokelat panas yang langsung dicicipi. "Terima kasih. Adik dan orang tuamu masih belum pulang?"
"Sepertinya terjebak kemacetan karena hujan." XiXi meniup isi gelasnya.
"Ah, aku mengerti." Sandwich habis begitu saja. "Ini sangat enak. Tapi akan lebih enak lagi jika bisa dinikmati sambil berpiknik."
Zhan XiXi mulai bosan mendengarnya. "Kau tidak bisa berhenti mengoceh tentang itu ya, hm? Lihat kemari. Bukankah saat ini kita juga tampak tengah berkencan?" Dia berusaha terlihat setenang mungkin ketika mengucapkannya.
"Hm?" Jian Yi menelengkan kepala.
"K-kencan, di dalam rumah." Wajah pemuda itu memerah.
Alhasil, rona merah dari pipi sosok terkasihnya menjalar pada wajah Jian Yi. "Sungguh? Jadi, begitu! Zhan XiXi, kau romantis sekali." Mereka kini saling tindih di sofa.
Untung saja XiXi sudah meletakkan gelasnya. Sekarang tangannya gantian dipakai menutupi muka. "Jangan buat aku menyesal mengatakannya," desisnya risih.
"Ehehehe. Aku sungguh mencintaimu," ungkap Jian Yi disertai senyum lebar.
"Diam. Aku sudah tahu,", responsnya seraya meletakkan sebelah tangan pada kepala sang kekasih yang kini tengah mendengarkan detakan kencang di jantungnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top