Epilog

"Siapa pun yang menulisnya nanti. Nenek harap suatu hari nanti kisah Nenek dibukukan dan dapat membantu dan memotivasi banyak orang, bahkan jika Nenek sudah meninggal."

-Lilis

_____________________

"Jadi.... Nenek pernah ya ke luar negeri? Keliling-keliling dunia?! Wow! Keren banget! Nenek bisa bahasa Arab, bahasa Inggris juga?!"

Aku terkekeh mendapati gadis kecil dengan seragam batik hijau mendengarkan penuh semangat. Ada beberapa siswa yang ikut mendengarkan, setelah beberapa tahun terlewati, di penghujung umurku yang mulai menua, aku memilih mengajar ekstrakurikuler di salah satu sekolah khusus penghafal al-quran.

"Tidak seperti itu juga..."

Salah satu gadis kecil dengan kaca mata menopang satu dagu. "Nenek biar aku aja yah yang nulis cerita Nenek?" Satu gadis lain dengan kerudung oranye menggeleng keras. "Nggak! Aku udah ngomong duluan, ya! Aku yang udah tandain." Mereka adu mulut, perlahan aku menepuk bahu mereka melerai anak-anak manis ini.

"Hush... jangan berantem. Nulisnya bareng-bareng aja ya?"

Setelah mengingat-ingat memori masa lalu aku terpikirkan membuat catatan juga buku kecil untuk diberikan orang lain. Aku terkekeh melirik kertas yang kufotokopi dari buku tulis yang telah kucacatat dalam beberapa bulan. "Nggak!"

Aku menghela napas, menggelengkan kepala. Suara bel terdengar akhirnya mereka salim padaku bergegas salat Dzuhur. Tersisa satu gadis lagi menggunakan kerudung hijau yang sedari tadi banyak bertanya. "Ada apa Teh Aisyah?" Aku tersenyum geli, melihatnya masih menatapku takjub, gadis kecil ini sudah membaca catatanku.

"Mau menuliskannya?"

"Teteh mah gak tahu cara nulis, Nenek. Fadhilah sama Hasna yang bisa. Tapi, teteh suka banget cerita Nenek!"

Aku tertawa sementara dia masih diam di kursi, aku mengelus kepalanya kemudian menatap catatanku. "Siapa pun yang menulisnya nanti. Nenek harap suatu hari nanti kisah Nenek dibukukan dan dapat membantu dan memotivasi banyak orang, bahkan jika Nenek sudah meninggal."

Dia tertawa pelan, mengangguk, tubuhnya bergoyang-goyang seperti anak kecil. "Aaamiiiinn! Teteh doain semoga buku Nenek nanti jadi buku terkenal! Bisa dibaca semua orang!" Aku tertawa, sesaat kemudian melompat dari kursi dia beranjak keluar kelas, sekali lagi dia menatapku. "Teteh pasti!"

Sungguh anak yang optimis.

Tapi, aku berharap buku ini dapat membantu banyak orang, itu harapanku. Iqomah terdengar, aku beranjak pergi untuk salat berjamaah. Dibanding apa pun, semua kisah yang kumiliki, semua perjalanan yang kulewati adalah pelajaran berharga. Untuk kini dan masa yang akan datang.

Dan kuharap aku bisa membagikan kisah ini dengan orang-orang.

TAMAT.

29 Mei 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top