2. Berita Duka 🍄

Bel pulang berbunyi nyaring. Semua murid SD Nusantara Jaya berhamburan keluar kelas, termasuk Aliya, Faiz, dan Fatma. Aliya bahkan nyaris berlari meninggalkan kedua sahabatnya. Dia tak sabar untuk segera sampai di rumah.

“Liya, tunggu, dong!” seru Fatma.

“Iya, nih! Aliya nggak asik! Ngapain, sih, buru-buru?” timpal Faiz.

“Maaf, teman-teman. Aku terlalu gembira, sehingga tak sabar untuk segera sampai di rumah,” jawab Aliya.

“Memang di rumahmu ada apa, sih?” tanya Fatma kemudian.

“Ngg ….” Aliya meringis, dia bingung harus menjawab bagaimana untuk pertanyaan Fatma. Dia tak ingin berbohong, tetapi jika jujur, Aliya takut disangka pamer.

Gadis berkepang dua itu menatap kedua sahabatnya. Tampak Fatma dan Faiz menunggu jawaban Aliya.

“Sebenarnya aku terburu karena tak sabar bersiap untuk liburan sore nanti,” jawab Aliya ragu-ragu. Dia menatap kedua temannya dengan perasaan tidak nyaman.

“Oh, kamu mau liburan? Ya sudah, ayo kita segera pulang,” kata Faiz kemudian.

“Kalian tidak marah, kan?” tanya Aliya sambil menatap Fatma dengan perasaan was-was.

“Kenapa kami harus marah?” Fatma menatap Aliya bingung.

“Mungkin kalian merasa aku pamer ….” Aliya menjawab lirih. Perasaannya semakin tidak enak terhadap kedua sahabatnya.

“Hahaha, Liya, Liya … kami tentu tidak marah, karena kami tahu kalau rencana rekreasimu ke taman safari pada liburan sekolah kemarin batal.” jawab Fatma sambil merangkul Aliya.

“Jadi anggap saja liburan nanti sebagai pengganti,” ucap Fatma lagi.

“Iya, nih! Aliya ada-ada saja pikirannya. Sudah, yuk, katanya buru-buru!” Faiz kembali menimpali ucapan Fatma.

Mereka bertiga akhirnya bergegas pulang. Kembali berjalan beriringan seperti saat berangkat sekolah. Dalam hati Aliya sangat bersyukur, memiliki dua sahabat yang sangat pengertian.

***

Jam menunjukkan pukul 10.20 WIB saat Aliya tiba di rumah. Itu karena hari Sabtu, jadwal Aliya di sekolah hanya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika.

“Assalamu’alaikum …. Aliya pulang!” ucap Aliya saat Aliya membuka pintu.

“Wa’alaikumsalam, Sayang.” Terdengar sahutan Papa Bagus dari ruang tengah.

Aliya pun segera melepas sepatunya dan meletakkan pada rak di dekat pintu. Kemudian dia menghampiri sang papa yang tengah menata perlengkapan berlibur mereka.

“Pah, kita jadi berangkat jam berapa?” tanya Aliya

“Insyaallah selepas duhur, Sayang,” jawab Papa Bagus sambil menutup risleting koper berisi pakain.

“Sayang, tasnya disimpan dulu sekalian ganti baju, dong,” titah Mama Ayu yang baru keluar dari kamar.

“Siap, Mama!” Aliya pun berlalu, masuk ke dalam kamarnya.

Usai berganti baju, Aliya menyeret koper berisi pakaian yang hendak dibawa berlibur. Semalam dia sudah mempersiapkan dengan dibantu Mbak Siti. Tidak lupa dia membawa bantal berbentuk donat untuk dipeluk dalam perjalanan nanti.

Aliya baru sampai di ruang tengah ketika ponsel Mama Ayu berbunyi. Ponsel yang tergeletak di meja menampakkan panggilan dari Tante Dewi, adik Mama Ayu yang tinggal di kota tetangga.

“Assalamu’alaikum, Wi,” ucap Mama Ayu saat menerima panggilan Tante Dewi.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun!” Seruan Mama Ayu membuat Aliya dan Papa Bagus terkejut.

“Kamu tenang dulu ya, Wi. Mbak dan Mas Bagus akan segera menyusul kesana. Jangan panik. Mbak tutup dulu teleponnya. Wassalamu’alaikum.” Usai menutup telepon, Mama Ayu menatap Aliya dengan mata berkaca-kaca.

“Dewi kenapa, Ma?” tanya Papa Bagus cemas.

“Putra kecelakaan, Pa. Sekarang Dewi bingung, butuh teman untuk membantu mengurus suaminya di rumah sakit,” jawab Mama Ayu dengan suara bergetar.

“Innalillahi wa inna illaihi rojiun ….” Aliya dan Papa Bagus mengucap istirja’ bersamaan.

Seketika hati Aliya terasa sedih. Om Putra adalah om kesayangannya. Begitu juga dengan Tante Dewi, beliau sering membelikan Aliya baju kembar dengan putrinya, Anasya.

***

Bersambung 💙
#repost
~ndaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top