1. Rencana Liburan Akhir Pekan 🍄
Sabtu pagi, Aliya terbangun dengan penuh semangat, hatinya sangat gembira. Dia bahkan segera membuka mata pada dering pertama jam bekernya. Semua karena rencana liburan akhir pekan yang orang tuanya janjikan sore nanti, sebagai hadiah atas nilai semester gadis itu yang mendapat rangking pertama.
Usai salat Subuh, Aliya segera merapikan kamar tanpa menunggu diperintah oleh Mama. Setelah kamarnya rapi, gadis berusia 9 tahun itu tak lupa memeriksa kembali perlengkapan sekolahnya. Usai memastikan lengkap, dia pun bergegas mandi. Gadis yang selalu ceria itu harus segera mempersiapkan diri untuk ke sekolah agar tidak terlambat.
"Wah, kamar Dek Liya sudah rapi saja! Padahal mbak mau bantu rapikan, lo," ucap Mbak Siti-asisten rumah tangga keluarganya-saat memasuki kamar Aliya.
Gadis yang sudah mengenakan seragam sekolah itu tersenyum lebar. "Iya, dong! Liya kan harus jadi anak hebat untuk Papa dan Mama!"
Mbak Siti tersenyum sambil bergerak mendekati gadis bermata bulat yang tengah berdiri di depan cermin. "Dek Liya memang hebat! Sini, mbak bantu merapikan rambut," ucap Mbak Siti lagi.
"Tolong ya, Mbak. Liya ingin dikepang," pinta gadis itu dengan sopan.
"Beres, Dek," jawab Mbak Siti dengan tangan yang bergerak cekatan menjalin rambut Aliya yang panjangnya mencapai punggung.
Tak berapa lama rambut Aliya sudah rapi. Kepang kreasi Mbak Siti membuat wajah gadis itu terlihat semakin cantik.
"Terima kasih, Mbak. Wow, kepang Mbak Siti selalu rapi!" seru Aliya senang.
Meski anak tunggal, Aliya diajari orang tuanya-Mama Ayu dan Papa Bagus-untuk senantiasa hormat dan sopan kepada orang yang lebih tua, termasuk asisten rumah tangga mereka. Untuk itu, Aliya harus selalu ingat menngucapkan kata tolong saat memerlukan bantuan orang lain, menyampaikan terima kasih saat sudah mendapat bantuan, dan harus bersedia meminta maaf saat sudah melakukan kesalahan.
"Sama-sama, Dek. Yuk, ke ruang makan! Sudah ditunggu sarapan oleh Papa dan Mama," ajak Mbak Siti saat Aliya sudah terlihat rapi.
"Markisa, Mbak!" seru Aliya sambil berjalan keluar kamar.
"Dek Liya mau sirup markisa?" tanya Mbak Siti sambil berjalan di samping Aliya.
"Bukan ... maksud Liya mari kita sarapan, Mbak," jawab Aliya, dia gemas dengan keluguan Mbak Siti.
"Oalah ...." Mereka pun tertgelak bersama saat Mbak Siti paham bahwa markisa yang dimaksud Aliya adalah singkatan dari mari kita sarapan.
"Semangat sekali anak mama? Yuk, segera duduk, Sayang. Papa sudah menunggu," sambut Mama Ayu saat Aliya sampai di ruang Makan.
Aliya pun segera duduk di hadapan Mama Ayu. Dia menerima piring berisi nasi goreng dengan telur dadar di atasnya dari sang mama. "Terima kasih, Mama. Aliya harus semangat, dong. Kan, nanti sore dapat hadiah berlibur ke vila dari Mama dan Papa."
Semua yang ada di ruang makan tergelak mendengar jawaban Aliya. Gadis cilik itu selalu bisa membuat suasana rumah menjadi gembira. Mereka pun segera melanjutkan sarapan setelah tawa mereda.
Tiga puluh menit kemudian, sarapan pagi mereka telah selesai. Aliya bangkit untuk membawa piring kotor miliknya ke dapur, kemudian mencucinya pada bak cuci piring. Meski ada asisten rumah tangga, Mama Ayu selalu mengajarkan putrinya untuk mandiri sejak dini. Setelah selesai, mencuci, gadis itu pun bersiap untuk ke sekolah.
"Pa, Ma, Aliya sekolah dulu, ya. Assalamu'alaikum." Aliya mencium tangan kedua orang tuanya saat berpamitan.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Papa Bagus dan Mama Ayu berbarengan.
"Hati-hati di jalan, Sayang!" pesan Mama Ayu saat Aliya tengah mengenakan sepatu.
"Siap, Mama," jawab Aliya sambil bergegas karena mendengar Faiz dan Fatma-teman-teman sekelasnya-sudah memanggil namanya.
Aliya pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki bersama teman-teman yang tinggal di lingkungan perumahannya, termasuk Faiz dan Fatma di antaranya. Sepanjang jalan dia bernyanyi riang, meluapkan rasa gembira akan liburan akhir pekan nanti. Rasanya, gadis itu tak sabar menunggu sore hari tiba.
***
Bersambung 💙
#repost
~ndaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top