Epilog
"Masuk!"
Pintu ruang kerjaku terbuka. Mike masuk dan menghampiri meja kerjaku. Baju zirahnya yang terbuat dari emas berkilauan seperti bintang.
"Nah... Bagaimana?"
"Ankur sudah diamankan, Bosque," kata Mike. Dia melepas topi perangnya dan meregangkan otot-ototnya yang bikin aku minder. "Dia sudah dipenjara."
Aku mengangguk-angguk senang. "Bagus sekali."
Mike menatapku takut-takut, dan berkata pelan. "Di dalam penjara, Ankur meracau seperti malaikat gila, memanggil-manggil Anda. Rafa bilang otaknya rusak. Boleh saya tahu apa yang akan Anda lakukan pada dia?"
"Oh, Ankur tidak jadi gila," kataku cepat-cepat. Mana mungkin aku setega itu. Aku ini kan Maha Baik. "Hatinya sedang bertransformasi dari gelap menuju terang. Perubahan selalu tak nyaman, tapi akhirnya dia akan menyesuaikan diri."
"Apa Ankur berubah gara-gara ditembak panah itu?"
"Bukan panah itu penyebabnya, tapi cinta yang dikandungnya," kataku sabar. "Cinta adalah kekuatan terbesar di jagad raya ini. Tidak ada satupun yang sanggup mengalahkan cinta sejati."
Mike manggut-manggut. "Omong-omong, Bos... Nana mengundangku untuk mampir ke acara pernikahan Anisa dan Farhan minggu depan. Apa aku boleh pergi?"
Ah, akhirnya Nana memberanikan diri juga. Aku sudah lama tahu kalau si malaikat kesuburan sebetulnya naksir pada Mike, tapi sayangnya malaikat memang nggak bisa menikah atau punya keturunan. Tapi setidaknya mereka bisa jadi sahabat karib. Aku mengangguk pada Mike dan meluluskan permintaannya. "Boleh. Ajak Rafa juga, ya. Dan tolong pastikan acara pernikahan itu berjalan lancar, bebas gangguan dari para malaikat kegelapan."
"Apa Anda mau mampir juga, Bos?"
"Aku selalu hadir dalam setiap pernikahan yang dilandasi cinta sejati," jawabku. "Selain itu, Cinta dan Rangga juga bakal me-"
Ya, ampun. Hampir saja aku keceplosan! Meski sudah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetap saja aku nggak boleh memberitahu siapa-siapa, bahkan para malaikat sekalipun. Tadir manusia hanya Aku seorang yang tahu.
Mike tersenyum lebar. Aku berterima kasih padanya dan sang panglima perangku itu mohon diri.
Aku kembali menekuni catatan-catatan di atas meja. Walaupun urusan Gigi dan Ankur sudah selesai, tapi masalah para manusia yang lain tak ada habis-habisnya. Untung saja aku Maha Penyabar.
Tok, tok, tok...
Ada lagi yang mengetuk. Aku tahu siapa itu. "Masuk!"
Amore muncul dari balik pintu. Dia kelihatan lelah, tapi sehat. Kilau di wajahnya belum benar-benar pulih. "Anda mau bertemu saya, Bosque?"
"Ya. Silakan duduk, Amore..."
Amore duduk di kursi yang tadi diduduki Mike. Dia menunduk, seperti malu untuk menatapku. Hmm, sepertinya aku yang harus mulai duluan.
"Kudengar tanganmu sudah pulih?"
Amore mengangguk. "Benar."
"Berarti kamu sudah siap untuk bertugas lagi?"
Amore meringis dan terkekeh kecil. "Entahlah. Aku nggak yakin, Bos. Apalagi setelah kejadian waktu itu. Aku merasa..."
Kata-kata Amore terputus. Karena sudah tahu apa yang dirasakannya, aku menyambungnya. "Takut? Kamu takut kemarahan itu akan menguasai kamu?"
Amore mengangguk.
Kami diam sejenak. Kuamati bulu-bulu di sayap Amore ada yang rontok. Kurasa sebaiknya dia kuberi kekuatan untuk berubah jadi hewan yang lebih kuat dari merpati. Mungkin lumba-lumba. Atau penguin. Aku suka hewan-hewan laut.
"Bos, boleh aku tanya sesuatu?"
Sudah waktunya. Aku sudah menunggu-nunggu saat ini. "Silakan."
"Mengapa Anda mengubah saya jadi malaikat cinta?" Amore mengangkat wajah dan menatapku lurus-lurus. "Anda tahu ada kemarahan dan dendam dalam diri saya gara-gara kejadian dengan Tyas itu. Tapi kenapa Anda memilih saya?"
Aku mengangkat bahu. Para makhluk ciptaanku sering bilang aku bekerja dengan cara yang misterius, tapi kali aku tak keberatan menjelaskan.
"Hanya karena kamu pernah marah dan benci, bukan berarti kamu tak bisa menjadi orang baik." Aku ingin menambahkan 'Kesempurnaan itu hanya milikku', tapi aku nggak mau kedengaran sombong di depan Amore, jadi kubatalkan.
"Tapi kenapa malaikat cinta? Kenapa nggak malaikat yang lain?"
"Aku ingin memberimu kesempatan kedua, Amore..." jawabku lambat-lambat. "Untuk lebih memahami cinta. Di kehidupanmu sebagai manusia, kamu telah salah memahami kasih dari Tyas. Aku berharap dengan menjadikanmu cupid, kau bisa mengerti lebih dalam apa makna mencintai..."
Amore terbelalak. Dia merenung sejenak, lalu mengangguk-angguk. "Cinta banyak bentuknya. Orang-orang yang mencintai tidak perlu melulu harus jadi kekasih. Cinta sejati justru membebaskan, bukan mengikat."
Aku tersenyum senang. Amore akhirnya paham. "Kau benar."
"Tapi..." Amore mengernyit. "Kenapa Anda tidak memilih Ankur? Dia juga tidak sempurna sama seperti saya. Ini terasa..."
"Tidak adil?" Aku senang sekali kalau ciptaanku menggunakan otaknya. "Aku juga memberi kesempatan kedua padanya, Amore."
"Sebagai malaikat kebencian dan angkara murka?"
"Sebagai malaikat," koreksiku. "Kalian berdua diberi anugrah yang sama, dimurnikan dari dosa-dosa masa lalu dan sama-sama menjadi malaikat. Ankur punya pilihan. Dia bisa melepaskan kenangan buruk masa lalunya dan memilih hidup tenang di khayangan. Tapi Ankur membiarkan amarah dan dendam itu menggerogotinya. Kegelapan menguasainya dan dia harus menanggung konsekuensi pilihannya. Aku memberi semua ciptaanku kebebasan untuk mencintai atau membenci. Apa yang kau pilih, itulah yang akan menentukan jalan hidupmu..."
Kami diam lagi. Aku sengaja memberi Amore waktu untuk memahami. Hal-hal berat seperti ini perlu dibiarkan meresap. Aku sendiri sih sebetulnya sudah paham. Aku Maha Tahu.
Akhirnya Amore menghembuskan napas lega. Kelegaan itu tersirat di wajahnya. Dia tak lagi muram.
"Saya paham. Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu..."
"Tunggu, Amore." Aku menuliskan sebuah pesan di secarik kertas. "Kurasa kamu sudah siap untuk bertugas lagi."
"Oh, ya. Maaf, Bosque."
"Ini." Kuserahkan kertas itu padanya. "Aku meminta Lulu untuk membantu Nana karena belakangan makin banyak orang yang melahirkan. Lagipula sepertinya Lulu lebih tertarik mempelajari soal kesuburan. Kali ini kau akan dibantu Mimi, asistenmu yang baru. Selama bertugas!"
Amore menerima kertas itu. Dia membaca isinya dan tersenyum gembira.
Di kertas itu tertulis dua nama.
'Gigi dan Ciko'.
TAMAT
31 Mei 2020, 12.36 WITA
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top