6. Bikin Dia Jatuh Cinta!
Kalau sahabat baik kamu mengaku dia seorang cupid dan bisa bikin orang jatuh cinta, apa reaksi kamu?
Apa kamu bakal langsung percaya dan minta dia untuk menyatukan kamu sama gebetan kamu secepatnya?
Atau kamu bakal terbahak-bahak terus meraba dahinya buat ngecek jangan-jangan teman kamu itu lagi demam dan nge-halu?
Ciko melakukan yang kedua. Alasannya, karena dia masih waras. Kalau kamu melakukan yang pertama, kewarasan kamu harus dicek nih. Sono, minum Panadol dulu, ya...
Ciko meraba dahi Gigi untuk memastikan sahabatnya itu nggak sedang demam.
"Aku nggak nge-halu!" Gigi menunjukkan ponselnya. "Coba liat pesan WA ini deh, Ko!"
"Bisa aja itu orang iseng, kan?" kata Ciko tak percaya. "Lagian, kalau kamu betulan jadi cupid, kenapa kamu nggak bikin Rene jatuh cinta sama kamu aja dulu?"
Gigi termenung. "Wah! Bener juga, Ko! Kenapa nggak kepikiran, ya?"
"Nggak boleh!" Lulu berseru dari sebelah Gigi. "Peraturan kedua: seorang cupid dilarang keras memanfaatkan kekuatannya sendiri buat kepentingan pribadi. Itu namanya kolusi. Masih muda kok udah coba-coba KKN!"
"Uh, iya, iya. Maaf!"
Ciko terkaget-kaget. "Lo ngomong sama siapa, Gi?"
"Sama Lulu, asisten gue. Dia duduk di sebelah lo, Ko. Tapi lo nggak bisa ngeliat dia."
Ciko bergidik. Gigi memohon kepada Lulu agar membiarkan dirinya dilihat Ciko. Jadi cupid dadakan saja sudah menyulitkan, dan sekarang Gigi harus berbicara dengan sosok yang kasat mata? Apa kata orang-orang yang melihatnya bicara sendiri? Akhirnya dengan enggan Lulu menampakkan diri. Ciko berjengit karena mengira dia melihat tuyul, tapi cepat-cepat menguasai diri.
"Jadi apa rencana kamu, Gigi?" tanya Lulu.
"Rencana?" Gigi menggaruk-garuk kepalanya. "Aku nggak punya rencana apa-apa. Bukannya aku hanya perlu menembakkan panah itu, ya?"
Lulu menutup wajahnya dengan tangan. "Ya ampun, kamu pikir pekerjaan cupid segampang itu? Ada tiga peraturan utama!"
"Apa aja peraturannya?" tanya Ciko.
"Pertama, panah asmara hanya bisa ditembakkan sekali. Panah itu nggak boleh meleset atau salah sasaran," kata Lulu serius. "Ini artinya sang cupid harus menunggu saat yang tepat untuk menembakkan panahnya."
Gigi menelan ludah. "Tapi aku nggak tahu cara memanah."
"Nanti aku ajari," jawab Lulu menggampangkan. "Peraturan kedua, seperti yang udah aku jelaskan tadi, yaitu dilarang kolusi. Cupid dilarang menembakkan panahnya pada target yang tidak diminta Bosque. Panah yang mengenai target yang salah tidak akan menghasilkan cinta. Sang cupid akan dihukum, kekuatannya akan dihilangkan selama sisa proyek."
"Kekuatan?" tanya Gigi. "Kekuatan apa?"
"Dalam menjalankan tugasnya sang cupid bisa jadi kasat mata atau berubah bentuk jadi binatang. Kekuatan ini hanya bisa dipakai tiga kali dalam satu proyek, jadi gunakan baik-baik. Dan peraturan terakhir..." Lulu merendahkan suaranya. "Setiap proyek yang diminta Bosque harus dituntaskan."
Gigi dan Ciko saling pandang. "Apa yang terjadi kalau proyeknya putus di tengah jalan?"
"Sang cupid tak bisa kembali ke khayangan sampai proyek itu tuntas," kata Lulu khidmat. "Cupid tidak makan atau minum, tetapi hidup dari rahmat yang dicurahkan oleh Bosque di khayangan. Meski makhluk abadi, tetapi cupid yang tidak kembali ke khayangan dalam jangka waktu tertentu akan berubah..."
Kata-kata Lulu menggantung. Gigi dan Ciko menunggu si asisten untuk menuntaskan kalimatnya, tetapi dia hanya diam saja. Mungkin sengaja biar kata-katanya terdengar misterius.
Karena nggak tahan, Gigi menagihnya. "Berubah jadi... apa?"
"Malaikat kegelapan," jawab Lulu. Tiba-tiba dia bergidik dan mulai gemetaran. "Malaikat yang tak lagi hidup dari curahan kasih Bosque. Menjadi malaikat kegelapan sama saja dengan kematian, karena mereka tidak bisa lagi merasakan cinta. Mereka bertahan hidup dengan menyebarkan rasa putus asa, kesedihan dan kemarahan dalam diri manusia..."
Kepala Gigi mendadak pusing. Ternyata ini lebih susah dari perkiraanku!
"Bu Olin itu kan guru Bahasa Indonesia kita..." kata Ciko sambil bertopang dagu. Tampaknya dia juga dibuat pusing dengan urusan cupid dadakan ini. "Sedangkan Pak Eka guru olahraga. Ini siapa yang naksir siapa?"
"Nggak jadi masalah siapa yang naksir siapa," kata Lulu riang. "Yang penting sesuai permintaan Bosque, mereka berdua harus saling cinta."
Gigi mengingat-ingat kedua gurunya itu. "Kayaknya susah deh kalo Pak Eka yang naksir Bu Olin duluan. Soalnya Bu Olin kan penampilannya kayak kutu buku gitu. Rambutnya pake poni gulung. Kacamatanya tebal banget. Giginya agak tonggos dan pake behel. Alergi high-heels. Walaupun masih muda, tapi selera fashion-nya jadul ala tahun sembilan puluhan gitu. Terus, dari gosip kelas sebelah, disinyalir bau ketek juga..."
Ciko mengangguk-angguk setuju. "Sementara Pak Eka itu atletis, modis, suka sama aktivitas-aktivitas yang menantang. Gue nggak yakin Pak Eka bakal naksir Bu Olin. Menurut gue lebih mungkin Bu Olin yang naksir duluan sama Pak Eka. Ini sih kayak elo yang naksir Rene, Gi!"
"Sialan lo, Ko!"
Meski begitu, Gigi tahu Ciko benar. Kedua gurunya itu bagaikan langit dan bumi. Gimana caranya supaya mereka berdua saling suka?
"Jadi gimana Gigi?" tuntut Lulu. "Apa kamu udah punya ide?"
Gigi menggeleng sedih. Lalu dia teringat peraturan ketiga: setiap proyek harus dituntaskan. Gigi tahu apa konsekuensinya. Kalau Amore nggak bisa kembali ke khayangan dan jadi malaikat kegelapan, siapa yang akan menggantikan tugasnya sebagai cupid?
Pasti aku, kan? Mana mungkin aku jadi cupid selamanya!
...
Sesampainya di rumah, Gigi uring-uringan. Dia masih belum menemukan cara supaya Bu Olin bisa naksir Pak Eka. Di dalam kamar, Amore si cupid songong itu masih tidur dengan lelap di boksnya. Gigi mencoba membangunkan merpati putih itu, tapi nggak berhasil.
Sebagai asisten, Lulu juga nggak membantu banyak. Dia bilang yang harus gerak duluan adalah sang cupid, karena dia kan cuma asisten. Sekarang si anak berkepala botak itu sedang ketawa-ketiwi sendiri membaca webtoon di iPad Gigi.
Saking frustasinya, Gigi mengetik di kolom pencarian Google: 'Cara bikin cowok jatuh cinta.'
Nggak disangka-sangka, ternyata ada jawabannya di Google (apa sih yang nggak ada di Google?) Dibacanya jawaban yang muncul paling atas.
'Satu: menjaga kontak mata.'
Hmm, adanya Pak Eka ilfeel liat kacamata Bu Olin yang setebal pantat gelas itu.
'Dua: bersikap tertarik dan selalu mendengarkan.'
Ini juga susah. Bu Olin itu pemalu banget. Di kelas aja menghadap papan tulis terus. Boro-boro bisa ngobrol sama Pak Eka.
'Tiga: buat dia merasa spesial.'
Gigi memikirkan jawaban ketiga itu. Sepertinya yang ini bisa berhasil.
"Kasih hadiah."
"Hiiiii!"
Gigi memekik ngeri dan hampir terjengkang dari kursinya. Amore tiba-tiba muncul di belakangnya dan berbisik di telinganya.
"Kamu jangan muncul seenaknya gitu, dong! Kaget aku!"
Lulu terbahak-bahak geli. Asisten kurang ajar! Awas kau ya!
"Aku cuma ngasih saran," kata Amore cuek.
Gigi memandangi si cupid senior itu. Dia udah nggak lagi telanjang, tetapi memakai kaos dan celana jogger yang sepertinya dikenal Gigi. "Itu kan... baju sama celana Gogo, kakak aku! Kamu nyolong dari lemari bajunya, ya?"
"Pinjam kok," Amore mengangkat bahu. "Kamu mau aku telanjang terus?"
"Bu-bukan begitu!" Sial, sial, siaaal! Cepat-cepat Gigi mengganti topik. "Umm... tadi kamu bilang kasih hadiah?"
"Iya," kata Amore tenang. "Coba cari tahu makanan kesukaannya. Atau hobinya. Kasih sesuatu yang berhubungan dengan dua hal itu. Pasti sukses!"
"Tapi aku gagal tuh." Gigi teringat penolakan Rene. "Gagal total."
"Oh, maksudmu cowok blasteran Prancis teman sekelas kamu itu? Yang waktu itu kamu tembak pake coklat, kan?"
"Kok kamu tau?"
"Ya iyalah," jawab Amore gerah. "Gini-gini aku kan cupid. Siapa namanya? Rene? Kamu sama dia harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan cinta."
Amore kedengaran seperti menyimpan rahasia. Apa dia betul-betul tahu sesuatu? Tiba-tiba Gigi sadar akan sesuatu. "Apa nama Rene atau aku udah muncul di pesan Bosque?"
Amore mendelik. Mendadak dia membekap mulutnya sendiri pakai tangan.
"Jawab, Amore! Kamu tahu soal itu, kan?"
"Amore nggak bisa jawab," sahut Lulu datar dari atas kasur. "Seorang cupid dilarang membocorkan nama-nama yang udah dibacanya dari pesan-pesan Bosque yang terdahulu. Itu namanya melanggar kode etik!"
Uuuh! Gigi tambah kesal. Amore pasti tahu sesuatu soal aku sama Rene! Pasti! Kalau nggak, kenapa dia harus tutup mulut begini?
"Kasih petunjuk aja deh kalo nggak bisa jawab."
Amore menggeleng dan berkata tegas. "Maaf, aku nggak bisa. Lagipula sekarang kamu seharusnya memikirkan Olin sama Eka, bukan Rene! F-O-K-U-S!"
Uuuuuh! Gigi bertekad untuk mencoba lagi lain waktu. "Iya, iya. Kasih hadiah, ya? Hadiah apa ya yang cocok buat Pak Eka? Barbel?"
Di kasur, Lulu ngakak lagi. Kali ini lebih ngeselin dari sebelumnya.
"Sembarangan," tegur Amore. "Pantes kamu ditolak Rene. Hadiah kamu itu biasa aja. Menurut kamu berapa banyak coklat yang diterima cowok seganteng Rene tiap hari?"
"Umm, sepuluh?"
"Aku juga nggak tahu, sih."
Uuuuuuuuh! "Kalo gitu nggak usah ngomong!"
Amore mengibas-ngibaskan tangannya dengan anggun, mengabaikan Gigi. "Maksud aku itu, kasih hadiah yang punya makna khusus. Selain hadiah, ada satu lagi yang bisa ditambahkan dan dijamin bakal bikin dia naksir."
Gigi jadi penasaran. "Apa?"
Amore tersenyum lebar. "Puisi cinta!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top