10. Si Ahli Bikin Anak


"Terus gue tancepin aja itu panah ke punggung Pak Eka."

"Oh, jadi lo masuk ke UKS?" tanya Ciko. Suaranya terputus sebentar, muncul tulisan Reconnecting... di layar sebelum terdengar lagi. "Sebenernya gue memang nungguin lo datang, Gi. Waktu itu gue udah sadar tapi pura-pura pingsan."

Pintar juga akting Ciko, pikir Gigi. "Gue lega karena proyek ini sukses!"

Ciko bergumam setuju. "Iya, padahal kita udah pesimis banget gara-gara ada Miss Rebecca."

"Makasih ya, Ko. Lo udah ngebantuin gue."

"Sama-sama, Gi. Besok mau nonton lagi, nggak?"

"Ih, elo mah! Nonton terus! Lo gabung di eskul film, ya?"

"Bukan. Di kartu kredit emak gue lagi ada promo buy one get one."

"Dasar nggak modal," kata Gigi sambil tertawa. "Nanti gue kabarin, deh! Bye, Ko!"

Panggilan WhatsApp itu terputus. Gigi senyam-senyum sendiri memikirkan kejadian tadi siang di UKS. Untung dia masuk tepat waktu. Bu Olin mengajak ngobrol Pak Eka yang sedang menjagai Ciko. Tanpa Gigi duga, obrolan mereka berdua berjalan luwes sekali. Kedua gurunya itu ternyata langsung klop, kayak kancing ketemu lubang kancing gitu. Gigi yakin Bu Olin juga punya bakat jadi presenter acara talkshow. Tanpa menunggu lama, Gigi langsung menancapkan panah asmara.

"Seharusnya bukan ditancapkan, tapi ditembakkan!" protes Lulu keras. Sejak tadi, si asisten uring-uringan karena Gigi melakukan kesalahan kecil.

"Ya sama aja, Lulu. Mau ditancepin, ditembakkin, dilem, dicelupin yang penting nempel! Lagian aku masih belum bisa pakai busurnya."

"Udah kubilang nanti aku ajari!"

"Tadi itu waktu kita mepet!" Gigi heran kenapa Lulu mempermasalahkan ini. "Mumpung lagi momen. Makanya harus gercep!"

Lulu melanjutkan ngedumel. Dia kelihatan seperti versi mini Mama Gigi kalau memergoki Gigi makan kulit ayam goreng doang tanpa dagingnya.

Gigi masuk ke rumah. Suasana rumah sedang sepi. Mama Gigi sedang melakukan aktivitas sosialnya: ngerumpi dengan tetangga di balik tembok pagar. Samar-samar Gigi menangkap obrolan mereka saat lewat.

"Eh, tau nggak jeung! Menantunya Bu RT mecahin telor pake martil!"

"Ih, jeung! Itu sih mendingan! Anak perempuannya Pak Bambang masak air aja gosong! Diomongin sama ibu-ibu di Gang Nangka!"

Obrolan dengan emak-emak kompleks itu adalah sarana bagi Mama Gigi untuk update soal apapun, mulai dari resep kue pukis yang paling enak sampai politikus mana yang ketahuan korupsi. Tapi Gigi udah paham. Tanpa geng emak-emaknya, Mama Gigi bakal kudet. The power of emak-emak memang terbukti jos. Hidup emak-emak!

Di dapur, menu makan siang sudah tersedia. Gigi menyantap makan siangnya dengan lahap, lalu naik ke kamarnya.

Kamar tidurnya kosong. Jendela terbuka, jadi Gigi menebak pastilah Amore sedang pergi entah ke mana. Gigi menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia lelah sekali hari itu. Tak sampai satu menit, dia sudah terlelap.


...


Saat Gigi terbangun, dia mendengar suara-suara di kamarnya.

"Ini baru proyek pertamanya. Dia masih harus dipersiapkan!"

Itu adalah suara perempuan yang agak cempreng. Gigi membeku, tapi dia menunggu untuk membalik badan. Siapa lagi yang datang sekarang?

"Bahkan tanpa persiapan sama sekali, dia bisa menuntaskan proyek pertama ini dengan gemilang," kata Amore. "Bosque senang sekali!"

"Tapi kita nggak boleh lengah, Amore! Menurut desas-desus yang kudengar dari para cupid di daerah Bogor, Ankur sudah mulai bergerak."

"Ankur nggak akan berani macam-macam," kata Amore. "Toh aku nggak mengabaikan tugas. Itulah mengapa aku melantik cupid pengganti, kan?"

Sekarang Gigi tahu yang sedang dibicarakan oleh Amore dan si wanita asing adalah dirinya. Dia duduk dan berbalik.

Di atas meja belajarnya ada Amore yang berbentuk merpati putih, sedang berdiri berhadapan dengan seekor kelinci gemuk berwarna abu-abu. Lulu sedang tertidur di karpet. Kelinci itu menoleh pada Gigi, telinganya yang panjang berdiri.

"Haloooooo sayaaaang!"

Gigi memekik kaget. Dia kira binatang yang bisa ngomong itu hanya ada di film kartun saja. "Umm... Maaf. Kamu siapa?"

"Dia pasti kaget melihat kita mengobrol dalam wujud seperti ini." Suara bosan Amore terdengar dari paruh si merpati. "Berubah, yuk!"

Kelinci itu mengangguk. Lalu POF! Muncul asap tebal.

Si merpati berubah menjadi sosok kurus jangkung Amore yang sudah dikenal Gigi. Hari ini Amore memakai jaket hoodie warna putih dan celana jins yang sobek di lutut. Di sebelahnya ada seorang wanita pendek yang sangat gemuk dalam setelan blus dengan motif bunga-bunga norak dan celana legging yang sepertinya terlalu ketat. Dari jauh, Amore dan wanita itu kelihatan seperti angka sepuluh raksasa.

"Kalo gini gimana?" tanya wanita itu. "Mendingan?"

Amore mengangguk.

"Jadi kamu yang namanya Gigi?" Wanita itu menghambur dan membuka tangannya lebar-lebar untuk memeluk. Gelambir lemaknya bergetar. "Sini yuuuk, berpelukaaaaan!"

Gigi ingin mengelak tapi terlambat. Wanita itu memeluknya erat-erat seperti ingin mematahkan tulang punggung Gigi.

"Na... udah, udah," tegur Amore setelah melihat mulut Gigi yang mulai berbusa. "Dia masih harus menyelesaikan proyek lainnya."

Gigi pikir tubuhnya udah tergolong gemuk, setidaknya sampai dia bertemu wanita itu. Pelukannya dilepas, dan oksigen bisa mengalir lagi ke paru-paru Gigi.

"Kamu siapa?"

"Aku?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri. "Hahaha! Maaf, aku belum kenalan, ya? Aku Nana."

"Nana...?"

Amore mendengus dan duduk di atas meja belajar Gigi. "Gigi, ini Nana temanku. Dia adalah malaikat kesuburan dan pelindung keluarga."

Nana bertepuk tangan girang. Gerak-geriknya mengingatkan Gigi pada tante yang hanya datang berkunjung setahun sekali pas Lebaran, dan biasanya selalu membawa banyak kue.

"Tulang panggul kamu lebar. Melahirkannya normal aja ya, nggak usah Caesar!" Nana mengitari Gigi sambil menunjuk-nunjuk tubuhnya. "Payudara kamu kecil, jadi mungkin produksi ASI-nya kurang, nih..."

"Eh. Umm... maaf. Aku nggak hamil. Aku... gemuk."

"Oooh! Pas sekali!" Nana mengerjap-ngerjap. "Kamu mau bikin anak? Sini aku kasih tau caranya. Atau mau anak kembar? Ada triknya, lho! Kamu harus melakukannya pas malam Jumat Kliwon. Jadi suami kamu harus membuahi–"

Amore cepat-cepat menangkupkan tangannya di mulut Nana sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya. "Maaf, ya. Dia memang bersemangat sekali kalau ngomongin soal anak, kesuburan dan keluarga."

Gigi hanya terkekeh pelan. Ternyata bukan hanya Amore yang suka mesum, tapi temannya juga. "Jadi umm... Mbak Nana, ada perlu apa mampir?"

Kalian jangan salah sangka dulu, ya. Yang dipanggi Gigi dengan sebutan "Mbak Nana" di sini adalah si malaikat kesuburan, bukannya Najwa Kebab, sang presenter kondang yang punya acara televisi di stasiun TransSeven itu. Di novel ini memang banyak memakai nama-nama artis, tapi percayalah, hanya BTS yang selalu di hati sang penulis.

"Kalau aku lepasin mulut kamu..." kata Amore pada Nana. "Janji nggak bakal nyebut-nyebut soal kesuburan, pembuahan dan lain-lain?"

Nana mendelik tak setuju, mulutnya masih dibekap.

"Janji? Gigi masih enam belas tahun."

Akhirnya malaikat itu mengangguk lesu. Amore melepaskan bekapannya.

"Aku hanya mampir untuk memberitahu sesuatu pada Amore," kata Nana. "Sebelum itu, selamat ya! Kamu udah berhasil melaksanakan proyek pertama kamu dengan sukses! Bosque senang sekali! Olin dan Eka memang pasangan yang serasi. Aku udah nggak sabar membantu mereka punya banyak anak! Sel telur Olin..."

Amore berdeham keras dan melirik Nana dengan tatapan memperingati.

"Sori. Susah buat aku nggak ngomong soal kesuburan. Amore aja nggak bisa berhenti ngomongin cinta. Cinta dan kesuburan itu berhubungan erat, lho! Biasanya pasangan yang saling mencintai akan cepat-cepat berhub–"

"Nana! Kamu udah janji!"

"Umm... baik, baik! Jadi–"

"Sini aku aja yang lanjutin!" Amore mendengus marah. "Jadi Nana datang kemari untuk memberiku peringatan yang nggak penting–"

"Nggak penting apanya!" potong Nana marah. "Kalau Ankur berhasil menjalankan rencananya, bukan cuma kamu yang kena imbasnya, Amore! Aku juga! Tanpa cinta, para pasangan yang menikah itu nggak akan bisa punya anak!"

"Tunggu sebentar!" Gigi menyetop mereka berdua. "Siapa itu Ankur?"

Amore dan Nana saling beradu pandang, tak yakin akan memberitahu Gigi. Lalu Amore mengangguk dan Nana berbisik pelan. "Ankur adalah malaikat kebencian dan angkara murka. Dia musuh bebuyutan Amore!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top